Jika kita berfikir hidup itu untuk berbagi maka anda pasti mengerti bahwa keberadaan anda sekarang sangat berharga
Kamis, 30 April 2009
Tangan Yang Menengadah
Selasa, 28 April 2009
Wakil Allah
Rabu, 22 April 2009
Mimpi Di ujung Doa
Hubungan Sebab Akibat
Selasa, 21 April 2009
Merajut Kepingan Yang Tercecer
Siang itu cukup cerah, sepeda motor masih terparkir di depan toko buku sementara saya berjalan di pinggiran ruko mencari makanan kecil. Seorang anak kecil, pengemis yang biasa berkeliaran di sekitar toko buku, menemukan selembar uang lima ribu tergeletak dijalan, tukang gorengan yang berada tepat disamping saya berkomentar " wah enak juga baru beroperasi udah dapat rezeki". Memang setiap penilaian tergantung prasangka orang yang menilainya, padahal akan selalu ada rangkaian kejadian yang saling bertaut. Tidak lama anak tersebut menggenggam uang tersebut sang kakak berusaha merebut " sini saya yang pegang, kemaren kamu gak dapat uang yang bayarin" teriaknya. Tapi siadik berusaha menolak dan hasilnya kepalanya di ketok sang kakak sambil merebut uang yang ada ditangannya. " Yah bukannya dapat untung malah di pentung" teriak tukang gorengan seperti merevisi ocehan sebelumnya.
Senin, 20 April 2009
Cerita Mengenai Cita-cita
Jumat, 17 April 2009
Cerita Dibalik Mozaik Kehidupan
Kamis, 16 April 2009
Learning By Doing
Rabu, 15 April 2009
Dibalik Berbagai Kejadian
Selasa, 14 April 2009
Tujuan Hidup
Senin, 13 April 2009
Mulai Dari Yang Sederhana
Memaksimalkan Suatu Potensi
Minggu, 12 April 2009
Wadah Bertemunya Kepala
Selasa, 07 April 2009
Pendekatan Akal
Renungan Pendek -Jakarta 08/04/09
Senin, 06 April 2009
Pencirian Itu Masih Saja Ada
Renungan Pendek -Jakarta 07/04/09
Minggu, 05 April 2009
Saksi
Dalam berbagai hal posisi saksi memang sangat menentukan, sehingga tidaklah mengherankan jika sebuah persaksian dalam hukum Islam begitu penting. Jika tanpa adanya saksi maka ada kemungkinan menghukum orang yang tidak bersalah dan membebaskan orang yang bersalah. Dari sahih muslim Rasulullah bersabda bahwa mengawali pengadilan harus di awali dengan sumpah dan saksi dan sebaik baiknya saksi adalah yang memberi keterangan sebelum diminta.
Ada sebuah kisah yang mengatasi ketiadaan saksi dengan kecerdikan, tetapi hal ini belum tentu bisa diterapkan pada saat sekarang, hanya sekedar renungan yang diambil masih dalam sahih muslim
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw. beliau bersabda: Ketika dua orang wanita sedang bersama anak mereka, tiba-tiba datanglah seekor serigala membawa anak salah seorang dari mereka. Lalu wanita yang satu berkata kepada yang lain: Yang dibawa lari serigala itu adalah anakmu. Yang lain mengatakan: Tidak, anakmulah yang dibawa. Lalu mereka berdua meminta keputusan kepada Nabi Dawud as., lalu ia memutuskan untuk wanita yang lebih tua. Kemudian keluarlah keduanya menghadap Sulaiman bin Dawud as. dan menceritakan perkara itu kepadanya. Sulaiman berkata: Ambilkanlah pisau, aku akan membelahnya untuk kalian berdua. Maka berkatalah wanita yang lebih muda: Semoga Allah tidak merahmatimu (janganlah dia dipotong), ia adalah anaknya! Maka Sulaiman memutuskan untuk yang lebih muda. (Shahih Muslim No.3245)
Tidak ada satu muslim pun yang tidak pernah menjadi saksi. Saksi yang jelas nanti harus kita pertanggung jawabkan adalah saksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah
Renungan Pendek -Jakarta 06/04/09
Kamis, 02 April 2009
Beribadah Dengan Sombong
Untuk sebagian daerah di wilayah Jakarta , hari jum'at merupakan hari di serbunya masjid oleh para pedagang yang berjejer di area masjid untuk menjajakan barang dagangan sebelum maupun sesudah sholat jum'at. Saya beserta seorang teman berniat membeli celana 'cungkring' atau kalo orang betawi bilang celana panci sebagian lagi bilang celana tukang sate, maklum rata-rata tukang sate madura yang lewat dekat rumah celananya memang menggantung seperti itu dari dulunya eh belakangan ini mereka disaingin sama orang-orang yang mau ke masjid. Kelihatannya era sarung mulai tergeser apalagi memakai celana tersebut ditempeli dalil jadi mantap deh.
Memang tradisi bisa mewabah melebihi penyakit malaria atau kolera seperti era gadget saat ini. Dalam hal berpakaianpun tidak jauh dari seperti itu dan kami salah satunya. Salah seorang teman sempat meledekin " ikut sunnah atau ikut-ikutan doang". Saya tergerak untuk mengkonfirmasi dalil tersebut pertanyannya adalah ulama yang mana ? ulama yang mensunnahkan , bahkan ada juga yang mewajibkan atau yang tidak. nampaknya jadi subjectif , tinggal masalah keberpihakan atau dengan kata lain gak jauh dari masalah ego
Sebagian ulama berpendapat di tinjau dari masalah sababul wurrud maka ini berkenanaan dengan kesombongan bukan tatacara berpakaian yang diharuskan , bunyi hadisnya adalah Hadis riwayat Ibnu Umar ra., Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak akan memandang orang yang menyeretkan pakaiannya dengan sombong. (Shahih Muslim No.3887) dan Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Ia melihat seorang lelaki menyeret kainnya, ia menghentakkan kakinya ke bumi, lelaki itu adalah pangeran (penguasa) Bahrain. Ia berkata: Pangeran datang, pangeran datang! Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan memandang orang yang menyeretkan kainnya dengan kecongkakan. (Shahih Muslim No.3893)
Karena hal ini sejalan dengan ayat-ayat didalam Al Qur'an seperti dalam surat Al Israa dan Lukman "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." ( Al Israa ayat 37)
Terlepas dari itu semua saya memang senang dengan celana ini karena terlihat simple dan nyaman dipakainya dan tanpa saya sadari muncul perasaan bangga teman yang lain nyeletuk " loh kalo pake celana cungkringnya nyombang gimana ? bisa aja kan karena merasa udah melaksanakan sunnah, jadi belagak " Ustad Farid yang bisa memakai sarung menambahkan hadist dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa menganggap besar dirinya dan bersikap sombong dalam berjalan, ia akan menemui Allah dalam keadaan amat marah kepadanya." Riwayat Hakim dan para perawinya dapat dipercaya. dan dari Iyadl Ibnu Himar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri, sehingga tidak ada seorang pun menganiaya orang lain dan tidak ada yang bersikap sombong terhadap orang lain." Riwayat Muslim.