Rabu, 30 April 2008

Hanya Sebuah Teori

Setelah selesai mengkaji kitab ihya ulumuddin, sang kiyai bertanya kepada muridnya " Apakah sekarang kalian telah mengetahui apa penyebab kotornya hati ?" , "sudah guru" jawab sang murid serentak, "setelah membaca kitab tadi sudahkah kalian mengetahui kiat-kiat membersihkan hati ?" , "sudah guru" kembali murid-murid menjawab dengan serempak, " lalu apakah kalian sudah bisa membersihkan hati kalian ?" para murid terdiam seketika, tidak ada yang berani menjawab, sang kiyai hanya tersenyum, sambil melontarkan pertanyaan baru "siapakah yang menggoda kita sehingga berbuat keburukan ?" , " syaitan guru " jawab para murid " siapkah syaitan itu " tanya sang kiyai meneruskan " balatentara iblis yang bertugas menggoda manusia" jawab salah seorang murid " lalu jika manusia di goda oleh iblis untuk berbuat keburukan , siapakah yang menggoda iblis agar tidak mau tunduk kepada adam " para murid kembali terdiam.

Kilasan cerita diatas menunjukan bahwa kita seringkali termakan oleh pakem-pakem istilah yang diciptakan untuk mempermudah sebuah teori yang pada akhirnya justru membuatkan kita melenceng dari paham yang sebenarnya (the real path). Keindahan literatur Al Quran yang begitu tinggi terkadang dimaknai dengan cara sempit sehingga terjadi pergeseran makna, seperti makna syaitan di Indonesia berubah jadi bermacam-macam seperti kuntilanak, gederuwo, pocong dan sebagainya yang tidak lagi bersifat merongrong hati, tetapi juga menjadi menakut-nakuti yang bersifat fisik. Sebagian ulama menafsirkan syaitan hanyalah sebagai sifat buruk pada manusia dan jin yang di bendakan menjadi sebuah nama, seperti jahat adalah kata sifat dan kata kejahatan adalah kata bendanya, sehingga bisa disimpulkan bahwa segala sifat buruk, baik yang dimiliki manusia maupun jin dipanggil oleh Allah dengan istilah syaitan bahkan saking melekatnya sifat ini pada manusia atau jin maka simanusia dan jin tersebut bisa dipanggil dengan istilah syaitan juga seperti tergambar dalam surat Al An'am ayat 112 "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan"
sehingga jika ada pertanyaan siapakah yang menggoda iblis sehingga tidak mau tunduk pada nabi Adam anda bisa tersenyum dalam memahami tanpa perlu menjawabnya.

Sebuah pelaksanaan atau sebuah aturan jelas memerlukan teori sebagai petunjuk (guidance), akan tetapi banyak diantara kita justru menghabiskan waktu mempelajari petunjuk atau bahkan sering berdebat mengenai siapa yang paling bisa menganalisa atau menghafal petunjuk tersebut dan anehnya ketika pelaksanaan dilapangan justru banyak terjadi ketidak sesuaian dengan petunjuk asal dan hal ini terjadi dalam berbagai bidang. Ternyata memang kita hanya cerdas dalam berteori, mungkin juga termasuk teori omong kosong yang baru saja saya paparkan
.

Riwayat Yang Terkubur

Sudah sejak lama Abu salam menghafal surat yang diberikan sahabatnya yang berkebangsaan belanda mengenai suatu rahasia. Walaupun tidak mengerti bahasa belanda, namun Abu salam setiap hari tetap rajin membaca surat dari sahabatnya tersebut sambil tetap berusaha mencari makna yang terkandung didalamnya. Suatu hari Abu salam berteriak keluar rumah sambil mengacungkan surat dari sahabatnya sambil berkata " horeee.....aku telah bisa mengartikan seluruh surat ini ! ". Nasruddin yang sedang tertidur sampai terbangun sambil menoleh kearah jendela melihat Abu salam melompat-lompat kegirangan. Nasruddin kemudian menghampiri si Abu salam " hai Abu salam mengapa kamu begitu gembira" , tanya Nasruddin " Akhirnya aku berhasil mengartikan seluruh dari surat sahabatku ini, Din " jawab si abu , "lalu apa isi dari surat itu " tanya Nasuruddin semakin penasaran " ini adalah peta menuju harta karun yang disimpan oleh temanku, letaknya ada di negeri belanda". Nasruddin mulai paham akan tetapi justru tidak mengerti maunya si Abu salam, " Wahai Abu salam temanku, lalu apa yang meyebabkanmu begitu gembira , apakah karena kemampuanmu mengartikan surat tersebut atau kegembiran karena menemukan harta ?", Abu salam terdiam, " sebenarnya tadi aku gembira karena kemampuanku dalam megartikan bahasa belanda, tetapi setelah engkau bertanya aku jadi sadar bahwa ada yang lebih menggembirakan lagi yaitu harta karun.....benar Nasruddin....harta....harta...ha..ha..ha" sahut Abu salam semakin gembira. Nasruddin kembali geleng-geleng kepala " Kau ternyata masih belum sadar Abu , perjaananmu masih lah sangat panjang, kau mesti bergerak melintasi negeri belanda dengan perbekalan yang cukup, belumlagi perbekalan pengetahuan mengenai negeri belanda mengenai dimana persisnya lokasi harta tersebut dan banyak masalah lain yang tidak bisa dicapai hanya dengan berdiam diri " jawab Nasruddin dengan panjang lebar. Mendengar hal tersebut kembali si Abu terdiam, rona kebahagian seperti tercabut seketika, namun secercah senyuman kembali muncul " ya sudahlah gak apa-apa, lagian bisa mengartikan saja aku sudah senang" sahut si Abu sambil ngeloyor pergi.

Al Qur'an adalah petunjuk dari Allah dengan kata lain Allah menginginkan kita berperilaku sesuai dengan cara pandangNya yaitu Al Qur'an. Rasulullah merupakan prototype dari ke pribadian Al Qur'an sehingga beliau dikenal sebagai Al Qur'an yang berjalan. Keyakinan kita terhadap satu ayat Al Qur'an jauh lebih baik dari ketidak yakinan kita terhadap seribu ayat yang telah kita hafal. Sering mulut kita komat-kamit mencari ayat-yat yang pas ketika kita berjalan di pekuburan pada malam hari seorang diri, padahal keyakinan kita terhadap satu surat Al Ikhlas saja sudah cukup bagi kita untuk ditakuti sesuatu yang biasa ditakuti oranglain di pekuburan tersebut. Sebuah jawaban sangat di tentukan oleh pertanyaannya, sehingga untuk melihat secara jelas segala jawaban Al Qur'an , maka lihatlah sekeliling kita atau melopatlah kebelakang sebelum Al Qur'an di turunkan kemudian runtunlah satu-persatu lewat hubungan sebab akibat (sababun nuzul) dan kita akan melihat bahwa jawaban masalah kita sekarang ini bukanlah akibat dari pertanyaan masa lalu tetapi bisa jadi ada kaitan sebab dari pertanyaan tersebut diajukan. sebagai contoh surat At Tahrim ayat 1
"Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" dalam suatu riwayat bukhari diceritakan bahwa rasulullah mengharamkan dirinya meminum madu demi menyenangkan hati istri-istrinya sehingga di tegur oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. sehingga larangan mengharamkan yang telah di halalkan oleh Allah adalah sebab dari turunya ayat tersebut dan sebab itulah yang bisa kita bawa pada masa sekarang ini.

Rahasia besar Al Qur'an akan tetap terkubur selama kita belum bergerak menjadikannya bagian dari diri kita dan lebih suka melihat rangkuman cerita dari orang lain. Nama-nama besar seperti Nabi Muhammad Shallallahu 'Alahi wa Sallam, Albert Einstain, Thomas Alpha Edison, Isac Newton dan lain sebagainya adalah hanya sebagai peletak dasar dari kaidah ilmu yang mereka sampaikan dan kita yang harus mengembangkannya yang disesuaikan dengan tantangan pada masa sekarang, Jika tongkat estafet dari penemu-penemu besar tersebut telah diteruskan lalu tongkat estafet dari Rasulullah nampaknya seperti terlempar ke udara dan entah siapa yang akan meneruskannya karena sekarang kita masih sibuk membicarakan bayang-bayang tongkat tersebut yang seharusnya telah kita raih sejak dahulu.

Tuhanku Yang Tersembunyi


Pada suatu pagi terdengar suara mendayu-dayu mengagungkan asma Allah yang berasal dari sebuah majelis dzikir " Subhanallahi walhamdulillah walaila ha illallahu Allahu Akbar" , saling sahut menyahut antara sang ustadz dan makmumnya, namun pada siang harinya di sudut lain kota ini kembali asma Allah dikumandangkan tetapi dengan nada garang "Allahuakbar! ", " Allahuakbar!" seru para peserta pada acara demontstrasi menentang kebijakan pemerintah, pun di tempat lain kembali kembali kalimat kepsarahan kepada Allah di perdengarkan "Insya Allah deh saya datang " seru seorang ibu ketika diundang datang ke acara arisan sebagai tanda bahwa sebenarnya dia malas datang dan kembali puji syukur yang dipanjatkan petugas kelurahan " Alhamdulillah" ketika ada seseorang yang memberikan uang pelicin agar pembuatan KTP nya cepat selesai.

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan " (QS 7:180)

Kita terkadang sering menempatkan Allah pada posisi yang kita mau, pada saat kita sedang susah kita sering memanggil Allah "ya Rahmaaan ....", "Yaa Rahiiimm..." , pada saat kita merasa berdosa kita sering memanggil Allah " Yaa goffar.....", " Ya Goffur", pada saat marah kita memanggil Allah " Allahu Akbar !!!!" terus saja seperti itu tanpa kita mau perduli apa sih sebenarnya maunya Allah pada diri kita. Apakah kita bertindak dulu baru berharap kita mendapat ridho Allah atau kita cari tau dulu sesuatu yang akan kita lakukan mendapat ridho atau tidak baru setelah itu bertindak, susah memang untuk diterangkan karena selama ini kita selalu bermain dengan prasangka-prasangka. Ketika kita menemukan orang lain menempatkan Allah pada posisi yang berbeda dengan kita, kita merasa aneh seolah-olah posisi kitalah yang paling benar padahal Allah mempunyai lebih dari 99 nama , artinya akan lebih dari 99 cara orang akan memposisi Allah secara berbeda pula walaupun tuhan yang diseru tetaplah satu, lalu apanya yang salah ?

Allah Subhanahu wa Ta'ala sering kita buat tersembunyi dibalik perasaan kita yang notabane nya perasaan minor (sedih, marah kesal, putus asa) dan mungkin kita sering lupa ketika sedang dalam perasaan bahagia, gembira atau sedang bercanda dengan teman, sedang tertawa dengan relasi. Jadi salahkah Allah jika Dia ingin dingat dengan membuat kita sakit, menghadirkan kita bencana dan sebagainya ?

Kamis, 03 April 2008

Kesabaran sebagai suatu Kebiasaan


"Hai Orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar " (QS 2:153)

"Sabar sich ada batasnya ! " , kata kita ketika sedang marah pada kondisi yang berulang-ulang terjadi, tapi benarkah sabar ada batasnya, tidak , sabar tidak pernah ada batasnya, lalu jika kita dalam kondisi teraniaya sampai berapa lama kita mesti bersabar ? sampai pertolongan Allah datang, bukankah Allah bersama orang-orang yang sabar dan bukan bersama orang-orang 'yang menahan diri' (anggapan orang terhadap sabar) karena menahan diri hanya akan mengakumulasi rasa amarah, dan pada saatnya siap untuk dimuntahkan. Jika cara beriman adalah dengan sabar lalu bagaimana cara agar bisa bersabar ?
'ala bisa karena biasa', pepatah dari sumatra tersebut seperti menegaskan kepada kita bahwa apapun bisa dilakukan selama kita konsisten (istiqomah), bahkan kebiasaan bisa membentuk atau merubah suatu watak atau karakter asal kita tidak lupa bahwa segala sesuatu membutuhkan proses dan akan selalu ada saat pertama yang harus dilalui dan mungkin saja saat itu adalah yang paling tidak menyenangkan dan setelah itu akan terjadi proses penetralan atau penyeimbangan

Sering kita beranggapan bahwa pekerjaan kuli bangunan merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan, dan kita merasa kurang mampu melakukannya karena perasaan kita mengatakan kondisi fisik kita tidak menunjang atau karena kita memang tidak suka melakukannya artinya kita masih mempunyai pilihan. Bagaimana dengan orang yang tidak mempunyai pilihan lagi dan dia hanya dihadapkan dengan pekerjaan ini sebagai mata pencahariannya, apakah itu sudah menunjukan bahwa orang tersebut mempunyai kesanggupan fisik atau memang dia dipaksa untuk sanggup dengan segala resikonya ? Kemauan sering membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin untuk dilakukan sedangkan penolakan tubuh hanya berlangsung sementara (tahap penyesuaian) hal ini bisa kita lihat pada tukang sampah, apakah mereka tidak merasakan bau busuk dari sampah tersebut ? pada awalnya meraka mencium bau tersebut namun lambat laun indera penciuman mulai melakukan penetralan sehingga mereka tampak tidak merasakannya dan ini pun sering kita lakukan di kamar kecil (WC).

Ketika Allah Subhanahu wata'ala mengatakan akan bersama orang-orang yang sabar itu artinya Allah bersama orang yang sedang berusaha untuk bersabar dan pertolongan Allah tidak hanya pada masalah yang sedang kita hadapi tetapi juga untuk meneguhkan hati kita agar tetap bersabar, sehingga aneh jika kita mendengar kata " saya telah bersabar tetapi........" Mudah-mudahan Allah tetap meneguhkan hati kita dalam kesabaran sampai Allah memanggil kelak (QS 87:27-28)

Membalik Sisi Gelap Dalam Diri


Manusia di ciptakan dengan memiliki dua potensi diri yaitu kebaikan dan keburukan, penyemaian bibit potensi tersebut kita lakukan setiap hari melalui adaptasi diri dan lingkungan yang kemudian membentuk suatu kebiasaan oleh sebab itu orang yang paling jahatpun pasti mempunyai nilai kebaikan dalam dirinya. Nilai kebaikan dan keburukan sering bertambah pada diri seseorang tanpa disadari seiring dengan volume aktifitas orang tersebut. Sensasi rasa yang dimunculkan ketika berbuat baik maupun berbuat tidak baik hanya terjadi sesaat sampai kita meningkatkan volumenya. sebagai contoh ketika kita terbiasa bersedekah dengan uang lima ribu rupiah dan kita tingkatkan menjadi lima puluh ribu rupiah maka ada rasa yang timbul didada tanpa kita sadari namun semakin sering kiita bersedekah dengan nilai tersebut rasa tadi semakin hilang dan akan muncul kembali ketika kita tambahkan nilainya. Demikian juga halnya dengan keburukan, orang yang pertama kali menerima suap pasti akan mengalami rasa yang tidak nyaman namun ketika suap telah membudaya maka rasa tadi pun menjadi hilang secara perlahan

Ketika Allah menurunkan peringatan lewat bencana maka hati kita merasa ketakutan, namun ketika bencana terus menerus terjadi, sepertinya wajah ketakutanpun mulai memudar, dan inilah bencana yang sesungguhnya dimana Allah mencabut rasa takut dihati kita terhadap laknatnya dan mencabut rasa syukur dihati kita terhadap nikmatnya. Sisi gelap diri menjadi lebih dominan tanpa kita sadari walaupun setiap hari kita sibuk membolak-balik ayat-ayat suci. Setinggi apapun ilmu yang kita miliki baik ilmu Al Qur'an maupun hadist hanya akan berujung pada pengindetifikasian masalah dan bukan pada penyelesaian karena penyelesaian membutuhkan tindakan dari dalam diri yang harus dilakukan dengan secara sadar dan contoh yang sering saya kemukakan adalah pecandu rokok, dimana pengetahuan mengenai bahaya rokok sudah sering di publikasikan dimana-mana dan para dokterpun sering melontarkan kiat agar bisa berhenti merokok tapi apakah masalah selesai ? tidak selama sang perokok belum bergerak membalik sisi gelap diri nya secara sadar maka selama itupula semuanya hanya sekedar wacana ,tidak lebih.

Di negeri kita para Da'i atau penceramah naik turun silih berganti, pertanyaannya adalah apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi , apakah kualitas mereka menurun atau materi yang mereka sampaikan sudah tidak menarik ? Pertanyaan selanjutnya adalah apakah ada pengaruhnya khutbah jumat yang telah kita dengarkan pada ahlak keseharian kita, bukankah kita telah mendengarkan khutbah juma'at hampir 50 kali dalam setahun belum lagi diluar itu, lalu apa amal apa yang membedakan ahlak kita dari tahun kemaren, bukankah ilmu yang kita miliki telah bertambah, bukankah nasehat yang telah kita dengar sangat banyak, bukankah buku yang kita baca juga telah berlimpah. Harus kita akui bahwa mata, telinga bahkan lidah kita mempunyai titik jenuh yang ketika sudah sampai pada puncaknya maka akan terjadi penolakan tubuh, dan secara fitrah tubuh akan mencari yang baru, yang enak dilihat, yang enak didengar bahkan yang enak untuk dirasakan, kecuali hati. Maka melihat, mendengar dan rasakanlah dengan hati.

"maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. " (QS 22:46)