Senin, 27 Juli 2009

Rezeki Dari Arah Lain


" kak bagaimana kalau dagangan es kacang ijonya gak laku, kan hari lagi hujan deras" kata seorang adik kepada kakaknya pada sebuah tempat pemberhentian bis. Si kakak hanya diam , dia tidak bisa berkata apa-apa untuk meyakinkan adiknya. Semenjak pagi mendung memang telah menyambut mereka berdua, akan tetapi dagangan es yang telah di persiapkan dari semalam harus tetap dijual. Belum satupun dagangan mereka yang laku, sementara jam hampir memasuki waktu sholat dzuhur " Kakak gak tahu dek, tetapi ibu pernah mengatakan bahwa rezeki ada di tangan tuhan. Hari ini tuhan hendak mencoba keyakinan kita dengan memberikan siraman air hujan" kata sang kakak yang sebenarnya lebih banyak meyakinkan diri sendiri ketimbang adiknya yang masih termagu memandangi air hujan.




Kabut awan diangkasa semakin gelap seperti akan memasuki waktu maghrib, padahal pada jam yang sama jika cuaca normal maka matahari tepat berada diatas kepala. Adiknya masih bermain-main dengan air hujan, tangan kecilnya yang sebelah kiri sibuk memainkan tampias air hujan dan tangan kanannya memutar-mutar payung yang di bawa dari rumah. Sekolah masih libur, biasanya es dagangan mereka di bawa kesekolah untuk dititipkan pada warung depan sekolah dan sewaktu pulang, dagangan tersebut diambil, jika ternyata esnya masih banyak , mereka menjualnya berkeliling dan setelah itu baru pulang kerumah. " Dek, bisa pinjam payungnya , saya mau supermarket yang didepan itu ?" tanya seorang bapak dengan pakaian rapi seperti pulang dari kantor. Adiknya memberikan payung tersebut dan mengikuti bapak itu disampingnya. Tidak beberapa lama kemudian adiknya tiba. " Kak, bapak tadi ngasih aku uang lima ribu" kata adiknya dengan bangga. " Ya sudah simpan saja uangnya" kata kakaknya yang masih cemas dengan dagangan mereka.

Dari jauh terlihat seorang bapak tua kehujanan yang berusaha mencari tempat berteduh. Ternyata bapak tua itu seorang pengemis dan dia langsung duduk di pojokan halte bis.
" Nak antar ibu ke ujung gang sana yah, anak ibu sedang menunggu disana, ibu lup bawa payung" kata seorang ibu kepada adiknya. Tidak beberapa lama adiknya sudah menghilang bersama ibu tersebut ke ujung jalan yang dimaksud oleh ibu tadi. Setelah itu beberapa saat kemudian adiknya sudah tiba kembali " Kak aku dapat sepuluh ribu lagi" kata adiknya sambil menunjukan uang tersebut. " Ya sudah kamu simpan lagi saja" jawab kakaknya masih dengan raut wajah cemas. Beberapa kali adiknya memberikan pertolongan dengan mengantar orang yang ada di pemberhentian bis tersebut ketempat yang mereka minta dan beberapa kali pula tambahan dana mengisi kantong kecil adiknya, tetapi fikiran sikakak tetap fokus pada barang dagangnya yang masih utuh atau belum terjual sama sekali.

Setelah menunggu lebih dari satu jam, akhirnya hujan berhenti, tidak satupun orang yang berada di pemberhentian bis tersebut yang membeli dagangannya, bisa saja mereka berkeliling dengan menggunakan payung, tetapi berdagang es ditengah hujan tentulah kurang efektif dan membuang tenaga sehingga mereka berharap di pemberhentian bis tersebut ada yang membeli, tetapi ternyata keadaan bertolak belakang dengan harapan mereka. Kakak beradik tersebut menyebrang jalan menuju supermarket di sebrang jalan dan berniat berjualan di depannya. Bapak tua yang tadi duduk di pojokan halte berjalan di samping mereka tanpa melihat kanan kiri. Tubuhnya masih basah, hal itu yang mungkin menyebabkan bapak tersebut tidak fokus dengan jalanan karena dia tampak kedinginan. Tidak beberapa lama kemudian tubuhnya limbung dan jatuh diantara genangan air. Kedua kakak beradik tersebut berusaha menolong dengan mengangkat dan memapah bapak tersebut kembali ke halte. Terseok-seok tubuh kecil itu memapah seorang lelaki tua yang ukuran badannya dua kali mereka. Sesampai di pinggir jalan, tiba-tiba terdengar suara benturan cukup keras. Termos es dagangan mereka yang masih berda di tengah jalan tersenggol kendaraan roda empat, semua isi berhamburan dan banyak yang hancur terlindas ban kendaraan umum yang lewat.

Sang kakak mengambil termos tersebut, tidak ada isi yang tersisa semua terbuang. Termos masih dalam keadaan baik, hanya sedikit goresan akibat benturan dengan batu jalanan. Setelah merasa kondisi bapak tersebut agak membaik, mereka pulang kerumah dengan wajah lesu. " Ada apa nak , kok wajah kalian lesu begitu ?...es nya gak laku? ya gak apa-apa ..kan memang cuacanya tidak mendukung" kata ibu mereka dengan bijaksana ketika mereka sampai dirumah. " Bukan cuma tidak laku bu tapi juga , es nya rusak semua karena terjatuh" jawab sang adik. Sang kakak menceritakan kejadian yang menimpa mereka sewaktu di tempat pemberhentian bis. " Emang adik dapat uang berapa ?" kata ibunya mengalihkan perhatian kedua anaknya dengan menfokuskan hasil dari menolong orang lain dengan memberikan pinjaman payung, mirip tukang ojek payung di terminal. " gak tahu bu coba hitung aja " kata sang adik sambil merogoh kantong dan menyerahkan semua kepada ibunya." Wah ini lumayan banyak hampir empat puluh ribu rupiah...lebih banyak dari jualan kalian kalo laku semua yang hanya dua puluh ribu, selain itu kalian juga telah menolong orang lain dan itu juga sebuah rezeki loh" kata sang ibu dengan tersenyum"...tapi kan bu kalo lakukan jadi tambah banyak..." kata sang kakak masih dengan nada sedih.

" Rezeki Allah itu dari mana saja, kita hanya berusaha dan Allah lah yang memutuskan apakah usaha kita layak mendapat hasil atau tidak, dan Allah pula yang memutuskan apakah hasil itu di peroleh dari yang kita usahakan atau dari tempat lain yang kita tidak duga sebelumnya. Banyak orang yang salah sangka dengan mengira bahwa hasil yang mereka peroleh dari usaha mereka. Tidak, banyak yang telah bekerja keras tapi hasilnya tidak seberapa dan ada juga yang bekerja ringan tapi hasilnya sangat banyak. Tugas kita hanya berusaha sekuat tenaga dan diniatkan karena Allah, insyaAllah hasil yang kita peroleh baik itu sedikt atau banyak akan mendapat ridho dari Allah" kata ibu mereka sambil memeluk kedua anaknya.





Kamis, 23 Juli 2009

Cinta Buta


Cinta bisa membuat mata menjadi buta. Kasus pemboman dua hotel di Jakarta masih menjadi buah bibir media, walau dampaknya tidak seperti kasus bom bali atau bom marriot sebelumnya ( mungkin karena sudah terbiasa), tetapi hal ini tetap membuat warga asing sedikit bertanya, mengapa dan untuk apa hal itu dilakukan ?. " I heard that Moslem is very kind people, maybe they bombed the hotels with love" kata seorang turis asing dengan nada sedikit mengejek , yang hendak ke Yogya melalui stasiun Gambir.



Stigma terorist telah dilekatkan dikepala orang Islam. Berada di antara kaum mayoritas muslim di Indonesia, membuat warga asing terutama yang non muslim seperti dipaksa untuk mengerti kondisi kita. " Mungkin mereka terlalu mencintai agama mereka, sehingga yang lain tampak begitu buruk dan mesti disingkirkan" begitulah kira-kira maksud dari kata "bombed with love" oleh turis tadi, padahal apa yangtelah terjadi belum tentu bermotifkan agama, bisa saja politik dan sebagainya. Tetapi karena target pemboman adalah warga asing membuat mereka berasumsi menurut apa yang mereka suka. Motif agama seakan selalu berhiaskan darah dan air mata.

Diluar sana, dimana Islam terkondisi sebagai minoritas, saudara dan saudari kita banyak dihina dan dilecehkan oleh kaum yang selalu mendongengkan cerita tentang hak asasi manusia. Marwa al Sharbini, seorang muslimah yang dianggap terorist hanya karena mengenakan jilbab, terbunuh diruang persidangan di Jerman. Persidangan itu memperkarakan tuntutan keadilan oleh Marwa akibat penghinaan yang dilakukan seorang pemuda Jerman bernama Alex. Pemuda itulah yang akhirnya membunuhnya di ruang persidangan tersebut. Berita ini tentu saja tidak layak dikonsumsi oleh masyarakat internasional, selain sesama kaum terorist.

Kita selalu di tuntut untuk bersikap bijaksana dan memakai kacamata dua dimensi. Dimensi pertama kita tidak boleh membiarkan terorist berkeliaran di negeri tercinta ini walaupun dia beragama Islam. Dimensi kedua kita harus mengerti bahwa tidak semua orang diluar sana yang menganggap Islam sebagai agama terorist, kalaupun ada itu hanya sebagian dari oknum tidak bertanggung jawab. Kacamata dua dimensi tadi sering kali melukai mata kita dan memaksa kita untuk melihat kesatu arah, arah kepentingan negeri adikuasa.

Kita tidak boleh dituntut untuk bijaksana dalam hal-hal tertentu tapi kita harus bijaksana dalam menempatkan segala sesuatu. Kejahatan atas nama agama harus dibedakan dengan kejahatan karena beragama. Terkadang toleransi dan kepedulian kita yang terlalu besar terhadap korban warga asing membuat kita lupa dengan penderitaan saudara kita dinegara asing. Cinta buta memang terlarang, tetapi membutakan mata karena cinta jauh lebih terlarang.



Jumat, 17 Juli 2009

Bertemu Tuhan



Have you met your God , and what He said to you " kata seorang atasan yang berasal dari Jepang dengan nada bercanda kepada seorang teman setelah selesai melaksanakan sholat ashar di kantor. " He just smiles to me" jawab teman sambil lalu. " Yesterday, I prayed for God and suddenly All of my problems have been solved " katanya meneruskan. Teman tersebut hanya diam mendengarkan dalam hatinya dia berkata " mana mungkin Allah lebih memperhatikan doa orang yang non muslim dari pada doaku".



" Aku bersama prasangka hambaku" begitulah secara maknawi kira-kira bunyi sebuah hadist qudsi. Hambaku yang mana ? tentu, semua hamba ciptaan Allah tanpa terkecuali. Setiap agama mempunyai kriteria terkabunya sebuah doa, tetapi secara umum doa harus diyakini dan dirasakan akan terkabul karena Tuhan maha mendengar lagi maha mengetahui, kepadaNyalah kembali segala doa.

Pak Jafri pemilik rumah makan masakan padang yang juga pemilik warung kelontong di seberang rumah makan tersebut beberapa kali menguji keyakinan para pengemis yang datang ke warungnya. Hari itu Pak Jafri berada di warung sedangkan rumah makan dijaga oleh anak dan istrinya. Kebetulan saya sedang lewat dan mampir sebentar. " Vid kita sering berdo'a kepada Allah, tapi kita sering tidak yakin atau justru tidak merasakan apa-apa bahwa doa kita akan terkabul, seperti berbicara di ruang hampa, lalu setelah itu hilang. Nah ini ada pengemis datang, kemungkinan dia akan meminta kepada kita, lalu kita beri apa yag dia minta ...hanya saja dia mau percaya gak" kata Pak Jafri. Waktu itu terlihat seorang pengemis sedang meminta pada beberapa rumah disamping warungnya.

" Pak... bagi uang pak...sudah lama gak makan..." kata pengemis tersebut dengan memelas. Pengemis itu masih sangat muda, entah mengapa dia mengubur potensi tenaganya untuk bisa bekerja secara terhormat dan malah diganti dengan mengemis. " Kamu ini mau makan atau mau uang....pilih salah satu" kata Pak Jafri sambil tersenyum " terserah bapak ...saya sih yang mana saja toh kalo dikasih uang ...akan saya gunakan buat beli makan" kata pengemis tersebut. " ya sudah ini, bawa ini ke rumah makan padang di seberang jalan dan kamu minta saja apa saja yang kamu mau " kata pak Jafri sambil memberikan sehelai daun yang diambil di pekarangan rumahnya. " ahhh bapak bercanda ???" kata pengemis tersebut dengan nada kesal. " tidak ..saya tidak bercanda ..pergilah" kata Pak Jafri dengan enteng. Pengemis itupun pergi dengan muka kesal, entah apa yang ada di fikirannya, yang jelas dari jauh saya melihat dia membuang daun itu dan menginjaknya.

" Saya sudah berbicara dengan istri dan anak saya yang ada di warung makan, bahwa kalau ada orang yang datang dengan membawa daun mangga yang saya ambil dari pohon didepan warung, maka tolong kasih makan dengan apa saja yang dia minta...mereka tahu kalau saya sering menguji keyakinan seseorang, bagaimana mungkin ada yang minta tolong kepada seseorang tetapi dia tidak yakin dengan tempat dia minta tolong....ya mending gak usah minta tolong sekalian..ya gak.....ya semua ini iseng saja sih ....dan gak ngejamin juga. ....entah mengapa dengan cara ini saya seperti membuka salah satu rahasia langit bahwa berdoa itu mudah tetapi meyakini isi dari doa kita sendiri yang tidak mudah " kata Pak Jafri menjelaskan apa yang telah dilakukannya. Di masjid Pak Jafri memang terkenal dengan orang yang suka bercanda dan selalu optimis terhadap segala sesuatu.


Banyak orang yang menjadikan doanya sebagai sebuah rutinitas, bukan sebagai kebutuhan, maka wajar saja orang Jepang tersebut mengatakan " Have you met your God" karena wajah-wajah orang yang baru bertemu dengan tuhannya pastilah berbeda dengan yang belum atau tidak bertemu sama sekali. Lihat dan pandanglah wajah orang yang akan bertemu orang yang dicintainya dengan yang telah bertemu dengan orang yang dicintainya, pastilah berbeda, wajahnya pasti berseri karena bahagia. Mungkin saja wajah temanku masih terlihat kusut setelah sholat sehingga dia bertanya seperti itu, seperti ingin mengatakan bahwa " sebenarnya anda tidak pernah bertemu siapa-siapa selain diri dan fikiran anda sendiri"






Selasa, 14 Juli 2009

Janganlah Berpahit Lidah


Dari lima waktu sholat yang di tunaikan didalam masjid, maka sholat maghrib dan isya menempati peringkat tertinggi dalam menampung jama'ah. Sholat subuh, banyak yang menunuaikannya di rumah dengan alasan pribadi tentunya, sedangkan sholat dzuhur dan ashar dilaksanakan di tempat kerja. Sebaliknya untuk masjid di area perkantoran maka "prime time" nya adalah waktu sholat dzuhur dan ashar. Untuk hari biasa atau hari kerja, di area perkantoran , pengajian dimasjid banyak dilaksanakan ba'da dzuhur (waktu istirahat) dan ba'da ashar (kajian selepas kerja). Sedangkan untuk area perumahan pengajian biasanya dilaksanakan sehabis menunaikan sholat maghrib.

Hari itu pengajian dekat rumah di liburkan karena ustadz yang biasa mengajar berhalangan hadir. Sambil menunggu waktu sholat isya, para jama'ah ada yang membaca al qur'an dan ada yang berbincang santai dengan berbagai topik permasalahan harian, dan saat ini masalah pemilu adalah yang paling sering di perbincangkan. Gonjang-ganjing hasil pemilu masih sumbang terdengar dilayar kaca atau di media cetak. Anehnya, nada dari orkes sakit hati itu berasal dari orang-orang partai dan bukan dari level bawah seperti masyarakat umum. Mungkin saja dana yang telah mereka keluarkan sudah begitu besar untuk sekedar diam dan menuntut untuk segera di "balance" kan.




"Silahkan rasakan sendiri nanti akibatnya karena sudah memilih pemimpin yang salah!!!" kata salah satu jam'ah yang kecewa dengan hasil pemilu kemarin. Suara lain terdengar membodohi masyarakat yang telah salah memilih. " Lebih baik di tuntaskan periode yang kemaren , kan masih banyak korutor yang belum di tangkap, jadi lanjutkan saja!!" kata pihak lain menimpali. Salah satu keburukan dari perdebatan adalah banyaknya memunculkan keburukan orang lain yang berseberangan dengan pendapatnya. Keikhlasan sirna tak berbekas

Ada suatu hikamah yang bisa di petik dari sebuah kisah klasik tentang sebuah pilihan. Pada suatu hari terdapatlah sebuah kapal yang sangat besar yang mampu mengarungi samudra yang sangat luas. Didalam kapal tersebut banyak dinaiki oleh para saudagar, para ilmuan dan orang-orang hebat lainnya. Setelah mengarungi beberapa samudra, tiba-tiba nahkoda kapal terkena penyakit jantung dan meninggal dunia. Pemakamanpun dilakukan secara darurat dengan melempar tubuh sang nahkoda kedasar laut, dan bersemayam di dalam perut ikan-ikan yang suatu hari akan di konsumsi manusia. Setelah melakukan prosesi pemakaman secara sederhana, penumpang dan awak kapal bingung untuk memilih siapa yang pantas untuk jadi nahkoda kapal.

Ahli mesin menawarkan orangnya untuk menjadi nahkoda dengan alasan bahwa mereka paling mengerti dengan kondisi mesin kapal. Di lain pihak ahli perbintangan dan cuaca ( sekarang : metereologi dan geofisika) menawarkan kandidat terbaiknya sebagai nahkoda dengan alasan bahwa merekalah yang paling mengerti dengan kondisi alam di tengah laut dan paling tahu arah tujuan. Para awal kapal tidak mau kalah mereka juga menawarkan calon dari mereka dengan alasan merekalah yang menjalankan kapal tersebut, sehingga seorang nahkoda mesti mengerti keadaan para anak buah kapal. Perdebatan sengitpun tidak bisa dihindari. Akhirnya di adakanlah pemungutan suara. Karena pada saat itu penumpang banyak yang resah, sehingga kebanyakan ingin segera sampai di tujuan dan yang paling tahu arah tujuan adalah ahli perbintangan, maka ahli perbintanganlah yang kemudian menjadi pemenang dan berhak menduduki kursi nahkoda kapal.

" mereka telah salah pilih , awas kalau kapal rusak , jangan salahkan kami dan rasakan sendiri" kata ahli mesin. " Pokoknya sekali dia salah perintah, kita tinggalkan " kata anak buah kapal. Semua merasa merekalah yang paling pantas menduduki kursi nahkoda tersebut, sehingga mereka lupa bahwa mereka berada pada satu kapal. Setelah beberapa hari berada di tengah laut tiba-tiba cuaca berubah gelap, badai datang menggulung ombak dan menghempaskan kapal keberbagai arah. Mesin kapal mendadak mati, padahal layar sudah di turunkan agr tidak terbalik akibat sapuan angin. Ahli mesin dipanggil, tetapi mereka malah menampik " rasakah sekarang akibatnya , sudah tahukan kalau kalian salah pilih , buktinya dia tidak bisa menghindari badai" kata ahli mesin. Kemudian anak buah kapalpun didatangi agar masalah bisa cepat selesai, tetapi kembali cemooh yang didapat bukannya tindakan " makanya kalau sudah begini pasti anak buah kapal yg jadi sasaran" kata mereka yang lebih memilih membereskan perlengkapan mereka.

Badai semakin mengamuk dan berhasil memecahkan geladak kapal. Air mulai masuk menggenangi dasar kapal. Para orang hebat diatas kapal masih sibuk saling menyalahkan. Akhirnya kapal tersebut tenggelam secara perlahan-lahan membawa berbagai kesombongan dan keangkuhan penumpangnya. Doa orang-orang kalah tersebut telah terkabul dalam bentuk yang salah kaprah " rasakan nanti akibatnya !!!" kata mereka dulu kepada lawannya yang akhirnya mereka juga ikut merasakannya, karena memang mereka berada pada satu kapal. Mereka lupa dengan keikhlasan, bahwa mendoakan orang lain sama artinya dengan mendoakan diri mereka sendiri, atau paling tidak harapan itu untuk anak cucu kita nanti terlepas dari kita pernah dikecewakan atau tidak.




Senin, 13 Juli 2009

Cermin Tingkah Laku



Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." ( Al Ahqaaf, ayat 15)

Tidak salah jika dikatakan bahwa ridhonya orang tua adalah juga ridhonya Allah, karena orang tualah yang telah merawat dan membesarkan kita dengan penuh kasih sayang. " Yara jangan suka lompat-lompatan gitu, nanti jatuh loh" teriak saya kepada anak saya yang terus saja melompat dari atas bangku ke atas karpet. Ketika di cegah dia lari ketempat lain dan ketika kita pergi Yara kembali melompat, entah apa yang ada didalam kepalanya. Adiknya yang berumur dua tahun lebih malah mau meniru ulah sang kakak. Anak itu memang sangat keras kepala, semakin di cegah, justru dia semakin penasaran. Buah selalu jatuh tidak jauh dari pohonnya.



Sekitar duapuluh delapan tahun yang lalu di sebuah kampung kecil, kenakalan seperti itu pernah terjadi. " Pian, gak usah ikut....habis hujan begini tanah diatas bukit licin, nanti jatuh loh" teriak Ibu kepada Pian yang masih saja melangkah pergi meski agak tersendat-sendat. Ibunya menyuruh Syakban, temannya untuk mencari buah delima yang akan digunakan sebagai bumbu masakan. Syakban yang telah lama putus sekolah memang terbiasa naik turun bukit mencari kayu bakar dan akar tanaman untuk obat karena ibunya adalah tukang urut dan dukun beranak di kampung itu. Walaupun Syakban di upah tetapi Pian tetap merasa tidak enak kepada temannya itu sehingga dia memaksa untuk tetap pergi bersama Syakban tanpa menghiraukan teriakan ibunya.

Bukit kecil yang terletak di belakang sekolah itu adalah pintu masuk puncak gunung yang lebih tinggi dan terjal, orang Sumatra menyebutnya dengan nama Bukit Barisan. Bukit kecil itu banyak di tanami pohon delima dan pohon karet, tempat anak-anak biasa bermain perang-perangan, aka tetapi jika musim hujan datang, banyak orang tua melarang anaknya kesana karena jalan menuju ke atas bukit harus melalui tanah merah yang terjal dan licin. Setelah mengambil buah delima, Syakban menaiki pohon karet mengambil buahnya untuk diadu dan Pian menunggu di bawah. Karena terlalu sering melihat keatas dan terus mundur sambil menangkap buah pohon karet, kaki Pian tersandung akar pohon tepat disamping jalanan berbatu. Tubuh Pian jatuh dan menggelinding kebawah bukit yang berjarak sekitar seratus meter, setelah itu gelap, dia tidak ingat apa-apa. Pian baru sadar setelah berada dirumah sakit dengan balutan di kepala, tangan dan kaki.

Kenakalan itu sekarang terwarisi dengan sempurna, hanya saja, saya tidak ingin apa yang saya alami terjadi pada anak saya, mungkin juga anak anda. Yah, anak nakal ini sekarang telah menjadi orang tua dan Allah telah meletakan cermin itu tepat di depan mata. Dulu saya pernah berkata kepada ibu " Bu tahu gak kenapa Pian jatuh ?, itu bukan karena pian ceroboh, bukan karena tanahnya licin, tetapi karena kekhawatiran ibu ". Peristiwa itu tidak pernah membuat Pian jadi jera, "namanya juga anak-anak" kata neneknya, tetapi dilain sisi ibu berubah drastis. Ketika Pian memaksa hendak melakukan sesuatu, ibu tidak pernah lagi melarang tetapi berdoa untuk anaknya tercinta tersebut, dan doa itulah yang perlahan-lahan merubah kelakuannya. Saya teringat kisah Lukman dan nasehatnya terhadap anaknya, seperti salah satu nasehatnya berikut
(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. ( Luqman ,ayat 16)


" Kok ayah gak marah lagi kalau yara lompat di bangku " kata yara kepada saya yang sedang menunggu lompatannya diatas karpet. " Gak ah , ayah mau jagain Yara aja biar gak jatuh" kata saya sambil tersenyum. Yah, kita yang tadinya dikhawatirkan sekarang berubah menjadi yang mengkhawatirkan anak kita, namun demikian hati-hatilah dalam kecemasan terhadap anak, karena kekhawatiran bertuah orang tua kita dulu sekarang telah kita warisi dan pintu langit selalu terbuka untuk setiap harapan dan kekhawatiran orang tua terhadap anaknya.




Sabtu, 11 Juli 2009

Nilai Dari Waktu


Dari sebuah kutipan John C.Maxwell dalam buku Today Matters tentang betapa berharganya sebuah waktu yang kemudian disarikan oleh Parlindungan Marpaung dalam bukunya Fulfilling Life



Untuk mengetahui betapa berharganya nilai dari satu tahun ....maka tanyakanlah kepada murid yang gagal pada ujian akhir
Untuk mengetahui betapa berharganya nilai dari satu bulan....maka tanyakanlah kepada ibu yang bayinya lahir prematur
Untuk mengetahui betapa berharganya nilai dari satu minggu....maka tanyakanlah kepada editor majalah mingguan
Untuk mengetahui betapa berharganya nilai dari satu hari....maka tanyakanlah kepada buruh harian yang mempunyai enam orang anak
Untuk mengetahui betapa berharganya nilai dari satu jam ....maka tanyakanlah kepada pasangan yang telah lama tidak berjumpa dan sekarang sedang menanti
Untuk mengetahui betapa berharganya nilai dari satu menit....maka tanyakanlah kepada orang yang baru saja selamat dari kecelakaan
Untuk mengetahui betapa berharganya nilai dari satu detik .....maka tanyakanlah kepada pelari atau atlit olimpiade yang sedang memecahkan rekor

Jumat, 10 Juli 2009

Potret Ketidakpuasan


Potret Keikhlasan telah memudar di negeri ini. Wajah para petinggi yang berkompetisi memperebutkan kursi saat ini tidak mampu lagi menyelaraskan antara wajah dan mulut. Mulut yang tadinya di hiasi dengan kata-kata indah dalam mencari simpati sekarang seperti merontokan tambalan-tambalan bopeng di wajah. Kekalahan bukanlah kehinaan, tetapi kehinaan itu justru muncul dengan mencerca yang berhasil memenangkan hati rakyat, hati yang selama ini di kejar mereka dengan mulut berbusa menawarkan berbagai solusi.


Bisa saja mereka tersingkir karena doa-doa para ulama yang mereka jadikan tempat menyembunyikan wajah dari tuhan dan berusaha menarik simpati masyarakat lewat ciuman tangan yang mereka persembahkan, semua demi kekuasaan.Saatnya para petinggi tersebut di bodohi oleh pemilihnya yang telah bosan merasa di tipu pada pemilu terdahulu akhirnya memilih yang mereka suka dan merampok dana kampanye para selebritis politik tersebut dengan berpura-pura menjadi pendukung, subhanallah..........


Selasa, 07 Juli 2009

Isyarat Kebaikan


Didalam sebuah pengajian seorang guru agama bertanya kepada muridnya " apakah kalian sanggup menjadi orang yang bertaqwa ? " , para murid menjawab dengan serempak " sanggup !" , lalu guru tersebut bertanya lagi " tahu dari mana kalian kalo sudah bertaqwa atau belum ?" , suasana hening , tidak ada yang berani menjawab " berusaha sajalah karena memang hanya Allah yang berhak melekatkan predikat taqwa kepada kita, dan jika ada yang merasa telah bertaqwa, itu berarti dia telah ujub pada setiap ibadahnya"


" Jika kalian tidak sanggup melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya sekaligus , mana yang mesti kalian dahulukan ?" lanjut sang guru meneruskan pertanyaannya. Salah satu murid memberanikan diri menjawab " menjauhi laranganNya guru , karena apapun bentuk keburukan akan berakibat tidak baik bagi diri kita maupun orang lain, bukankah dosa kita tidak akan di ampunkan Allah sebelum kita minta maaf kepada sesama ?, jadi menghindar lebih utama guru " jawab sang murid percaya diri , diantara para murid dia memang terkenal paling tenggang rasa, dan sering mengobarkan semangat persatuan.

" tetapi bagi saya yang penting melaksanakan perintahNya dulu guru, hablumminallah baru hamblumminannas, karena jika semua orang berbuat baik tanpa melaksanakan perintah Tuhan untuk apa lagi ada agama, trus perbuatan baiknya karena apa ? , apakah karena hanya ingin dinilai baik sama orang lain ? karena apapun kebaikan tanpa ridho Allah adalah sia-sia, bukankah imam Ali RA pernah berkata jika kalian tidak bisa meninggalkan larangan Allah maka jangan pernah tinggalkan perintah Allah karena pada hakekatnya kebaikan dan keburukan berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan telah menjadi ketetapanNya." jawab salah seorang murid senior di pengajian tersebut.

Sang guru hanya tersenyum , sambil berkata " dua-dua nya masuk akal bukan " para murid mengangguk setuju, sang guru meneruskan " idealnya memang harus di usahakan keduanya yaitu melaksankan perintahnya dan menjauhi larangannya, tetapi para ulama telah memikirkan bahwa kemampuan setiap orang memang berbeda dan di buatlah skala prioritas yaitu melaksanakan dulu perintahnya seperti yang di isyaratkan imam Ali karena ini merupakan masalah aqidah yang membedakan ummat Islam atau tidak, yang membedakan orang beragama atau tidak karena kebaikan itu bersifat fitrah yang dimiliki oleh siapapun termasuk orang yang tidak beragama" para murid hanya diam, ada yang bisa menerima tetapi ada juga yang masih menyanggah walau didalam hati.

Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.(QS 6:135)

Sekat Pemahaman


Suatu informasi bisa bersifat umum dan juga bisa bersifat khusus. Di dalam majalah olahragapun tidak semua berita mengenai olahraga secara khusus tapi bisa dikaitkan dengan olahraga secara umum seperti berita mengenai transfer pemain, atau berita mengenai pembentukan pengurus dan lain sebagainya, pembacalah yang harus pandai memilahnya.
Olahraga adalah kegiatannya olahragawan adalah orangnya. Olahraga mempunyai ketentuan dan aturan main, terlepas dari siapapun pemainnya. Jika olahraga karate yang berasal dari Jepang dimainkan di Indonesia maka aturannya adalah aturan Jepang, baik itu tatacara permainan, maupun pakaian atau kostum pemain. Begitupula dengan pencak silat yang berasal dari Indonesia. Jadi tidak pernah ada dan semua atlit sepakat bahwa pakaian Karate tidak layak di pakai bermain pencak silat demikian sebaliknya walaupun di mainkan dinegara lain.



Untuk sesuatu yang merupakan hasil kreasi manusia, kita bisa bersepakat tetapi untuk aturan yang telah ditetapkan oleh Allah kita masih terus membantah. Dalam surat al Ahzab ayat 59 Allah menerangkan :
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

Kata jalabi dengan dhomir nahnu " jalabihunna" atau pakaian-pakaian istri dan anak mereka di tafsirkan sebagai pakaian adat setempat oleh beberapa muffasir yang artinya pakaian tersebut bisa di ganti ditempat lain, tentu saja ini pemahaman liar, karena jika paham ini di letakan di Papua, Afrika atau tempat yang adatnya mengenakan pakaian minim maka sudah bisa dipastikan tidak ada aturan yang jelas mengenai batas aurat antara laki-laki dan perempuan.

Imam Malik pengarang kitab Al Muwwata yang merupakan salah satu imam mahzab, ketika meragukan sebuah hadist dia merujuk kepada adat penduduk madinah dimana Rasulullah pernah tinggal, artinya penduduk madinahlah yang paling tahu sunnah-sunnah Rasulullah. Lalu pertanyaannya siapakah yang lebih tahu maksud dari surat Al Ahzab tadi, jika masih mau mengakui Muhammad sebagai Rasulullah, tentu kita harus melihat bagaimana beliau menerapkan ayat tersebut di keluarga maupun di tempat tinggalnya yaitu madinah. Penekanannya adalah proses penutupan seluruh tubuh dan bukan model pakaian seperti corak warna dan desain, artinya mau pakai corak batik dengan manik-manik diatas jilbab , tidak ada ulama yang mempermasalahkan.

Inspirasi


Jenius adalah satu persen dari inspirasi dan sembilan puluh sembilan persen dari keringat. Tidak ada yang menggantikan kerja keras. Keberuntungan hanya terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan kata Thomas Alfa Edison dengan optimis. Mungkin pak Edison agar berlebihan tetapi yang namanya motivasi ya seperti itu. Segala inspirasi maupun ide yang lengkap dengan detailnya, sering kali tidak sesuai ketika di wujudkan menjadi nyata dengan kerja keras karena inspirasi tersebut selalu datang seketika dengan mengabaikan proses. Itulah sebabnya pak Edison hanya memberikan satu persen untuk inspirasi dan Thomas Henry Huxley menyetujuinya dengan mengatakan bahwa hasil terbesar dari kehidupan bukanlah pengetahuan tetapi sebuah tindakan.

Saya menutup buku motivasi yang menginspirasi paragraf pertama, lalu blank, ternyata saya tidak terinspirasi untuk melakukan sesuatu. Tugas menginspirasi sesuatu memag tugas seorang motivator, tetapi terinspirasi atau tidaknya seseorang tergantung kesiapan si pelaku terhadap saran dari motivator tersebut. Memang ada kata-kata yang kita hanya senang mendengar atau membacanya tetapi enggan untuk menjalaninya

Senin, 06 Juli 2009

Motivasi Itu Untuk Dilaksanakan


Gulungan ombak yang mengayun perahu nelayan, berakhir di tepi pantai menyapu pasir pesisir yang terlihat seperti pembatas daratan. Jika dilihat dari atas maka sketsa tepian pantai terlihat begitu indah, dengan lekuk-lekuk seperti goresan diatas kanvas. Kebisingan deru ombak seperti memecahkan gumpalan karang di kepala hasil endapan masalah yang dibawa lari kehutan-hutan, kegunung-gunung dan kepantai-pantai, mengadu kepada alam dan diam. Seolah para nelayan hidup tanpa beban, memperbaiki simpul-simpul jaring untuk berlayar dimalam hari, mengarungi nasib ilahi meninggalkan villa-villa di tepi pantai tempat para masyarakat kota mencari ketenangan.

"Bu ikannya berapa satu ?" kata Herman kepada ibu penjual ikan di tepi pantai yang akan membawa dagangannya kepasar, "di jualnya kiloan nak, satu kilo lima ribu, tapi kalau anak mau beli satuan, bisa diatur" kata ibu penjual ikan tersebut kepada Herman yang sedang menawar ikan untuk di bakar di pondokan yang disewa untuk liburan. " Gak usah bu saya beli 5 kilo deh" jawab Herman sambil merogoh kantong mengambil uang untuk membayar. " Yaaah dompet saya ketinggalan di pondok bu, ya sudah, ibu tunggu sebentar saya ambil uang dulu yah" kata Herman cemas karena terlalu terburu-buru keluar mencari ikan. Saya kebagian mencari arang dan tempat panggangan ikan di pasar, sedang yang lain mempersiapkan bumbu masakan di pondok. Sewaktu Herman hendak berlari kepondok, ibu penjual ikan tersebut mencegahnya" gak usah nak, ini ikannya bawa saja, soalnya ibu mau kepasar takut terlambat, lagian ibu sudah tahu tempat pondokan yang biasanya disewa para mahasiswa atau pelajar di seberang jalan sana. Nanti pulang dari pasar ibu mampir kesana, karena rumah ibu ada di belakang pondokan itu" kata Ibu tersebut berlalu sambil membawa barang dagangannya.

Di depan pondok Ricky terlihat membaca buku motivasi dari motivator terkenal. " Man tahu gak kebahagian sejati itu adalah kemampuan untuk bisa membuat orang lain bahagia" katanya berlagak bijaksana. " Ya sudah kalau kamu pengen lihat aku bahagia, sini aku pinjam uang kamu buat bayar ikan" kata Herman hendak menguji hasil bacaan Ricky " wah disini gak ngomong masalah uang Man, maaf" sahut Ricky mengelak. " Yah sama saja, omong kosong semua tuh yang dibaca, rata-rata orang yang baca buku motivasi bukan untuk di terapkan pada diri sendiri tetapi hanya untuk bisa memotivasi orang lain lagi, jadi simpulkan sendirilah" kata Herman pergi bergegas masuk kedalam pondok.

"Perhatian semua ada yang lihat dompetku gak, tadi sih kayaknya aku bawa tapi pas mau bayar ikan, dompet itu sudah hilang, dimana yah, dikamar gak ada , ada yang tahu gak" Teriak Herman mengagetkan yang ada di pondok. " Man sebelum beli ikan mampir ketempat lain dulu gak, jangan-jangan sebelum beli ikan mandi di laut dulu lagi " kata Ricky menimpali. " Oh yaaa tadi aku sempat jatuh kesandung akar pohon gak jauh dari ibu penjual ikan tadi, coba aku kesana dulu deh " kata Herman bergegas pergi, takut diambil orang lain. Setelah beberapa menit, Herman pulang dengan wajah lesu " gak ketemu" katanya lirih. " Sudahlah Man, segala sesuatu yang ada di dunia ini sudah ada yang mengatur, kita harus bisa ikhlas menerima ketentuan yang diatas" sahut Ricky kembali belagak bijaksana " lalu apa kata buku kau itu " kata Herman dengan ketus. " Kata buku ini pemberian kepada orang lain itu ada dua macam ada yang dengan sengaja seperti sedekah dan ada yang tanpa sengaja seperti barang hilang kayak kamu itu lalu dia ikhlas dengan harapan uang atau barang tersebut bisa bermanfaat bagi orang yang mendapatkannya" kata Ricky dengan mimik wajah serius.

Sore hari ketika kami sedang duduk di depan pondok, ibu penjual ikan yang siang tadi belum dibayar datang menghampiri. Herman telah menyiapkan uangnya dengan mengumpulkan uang dari teman yang ada di pondok. " Nak tadi sehabis menjual ikan dan pergi kepasar, tidak jauh dari lokasi ibu menemukan dompet. Setelah ibu lihat KTP nya ternyata punya anak yang jatuh, coba di lihat apakah jumlahnya sama, takutnya ada yang tercecer" kata ibu tersebut dengan sopan. Herman mengambil dan melihat isinya dan ternyata masih utuh. " Oh iya isinya masih utuh, dan ini bayaran atas ikan tadi siang bu " kata herman sambil memberi uang berjumlah tiga puluh ribu rupiah. " nak ini uangnya kelebihan tadikan belinya cuma 5 kilo dan satu kilo seharga lima ribu rupiah jadi semuanya dua puluh lima ribu rupiah" jawab ibu tersebut sambil mengembalikan lima ribu rupiah" gak kok itu buat ibu soalnya dari tadi siang saya bingung bu dan saya sebenarnya sudah mengikhlaskan kalo uang tersebut hilang, jadi anggap saja sebagai tanda terimakasih saya yang tidak seberapa ini bu " kata Herman menerangkan maksudnya. " Tidak usah nak, nanti malah ibu yang jadi tidak ikhlas...ya sudah ya ibu pamit dulu " kata ibu tersebut sambil pergi meninggalkan kami.

" Asal tahu aja Rick, ibu itu tidak pernah baca buku motivasi loh " kata saya disambut ledekan teman yang lain. Dengan tenang Ricky berdiri sambil berkata dengan gaya motivator handal " Buku ini juga mengatakan bahwa setelah membaca buku, maka buanglah buku ini dan biarkan apa yang dibaca mengendap pada ingatan sampai suatu ketika masalah ada didepan kita kilasan-kilasan bacaan tadi mengetuk hati kita untuk bertindak atas apa yang pernah kita baca, setelah itu bacaan tadi berlepas diri karena kemauan bukan lagi masalah ingatan atau fikiran tapi masalah hati, mengerti kalian " . spontan yang lain berteriak "huuuuuuuu teori!!"

Jumat, 03 Juli 2009

Untuk Sebuah Kenangan


Satu hilang dua terbilang, kata pepatah, tapi kata Pak Rangkuti " yang hilang tinggal di kenang dan yang mengenang akan segera menghilang ". Tanah yang gersang hanya akan menumbuhkan ilalang jika tidak dirawat dengan kasih sayang. Rasa sayang itu akan selalu tumbuh di hati orang yang dekat dengan tuhannya, rasa yang membuat persahabatan bisa menjadi indah dan tidak lekang oleh waktu. Usia Pak Rangkuti hampir mencapai tujuh puluh tahun dan sekarang beliau tinggal dengan anak tertuanya. Hari ini genap satu tahun Pak Rangkuti mengenang kepergian sahabat dekatnya sekaligus musuh utamanya, Pak Sarwani. Pak Rangkuti mempunyai dua orang sahabat dekat yaitu Pak almarhum Pak Sarwani dan Pak Ramdoni. Mereka telah berteman sejak masih remaja.

Jalan-jalan protokol di Jakarta bisa di jadikan saksi tentang persahabatan mereka dalam menerjang keganasan ibukota. Suka dan duka mereka lewati bersama dengan perasaan optimis bahwa tidak ada kesulitan tanpa disertai dengan kemudahan. Waktu terus berlalu, menghempaskan wajah dengan raut kedewasaan dan menggugurkan helai demi helai rambut di kepala. Suatu ketika sebuah malapetaka menghancurkan persahabatan mereka. Saat itu Pak Rangkuti dan Pak Sarwani bekerja pada perusahaan yang sama pada anak perusahaan BUMN sedangkan Pak Romdoni bekerja di perusahaan yang lain dengan jabatan yang lebih rendah di banding mereka berdua. Pak Rangkuti merasa di fitnah oleh Pak Sarwani karena dia yang dapat promosi tetapi malah Pak Sarwani yang mendapatkan jabatan sebagai kepala bagian keuangan. Karena kecewa Pak Rangkuti mengundurkan diri dan bekerja sebagai wiraswasta.

Sejak saat itu putuslah tali silaturahmi diantara mereka berdua. Bahkan Pak Rangkuti tidak mau menjenguk Pak Sarwani yang masuk penjara karena di duga menggelapkan uang negara. Berita itu di perolah dari Pak Romdoni sebagai perantara mereka berdua. Pak Rangkuti menganggap hal tersebut sebagai balasan terhadap kecurangan yang dilakukan Pak Sarwani. Setelah dua tahun di penjara Pak Sarwani bekerja sebagai wiraswasta sama seperti Pak Rangkuti, hanya saja nasib Pak Sarwani lebih baik karena usahanya maju dengan pesat. Walau begitu ketika Pak Rangkuti terlibat masalah keuangan dengan pihak Bank, orang yang dimintai bantuan tetap hanya kepada Pak Romdoni yang bekerja pegawai kecil. Pak Rangkuti merasa bahwa Pak Romdonilah sahabat terbaiknya karena mau mengorbankan tabungannya untuk masalah yang dihadapinya. Disisi lain hubungan antara Pak Romdoni dan Pak Sarwani tetap baik.

Sebenarnya beberapa kali Pak Romdoni berusaha mendamaikan mereka berdua. Walaupun sudah memaafkan tapi Pak Rangkuti masih enggan bertemu dengan Pak Sarwani. Potongan cerita terus berputar silih berganti. Saat Pak Sarwani sakit keras, Pak Romdoni mendatangi rumah Pak Rangkuti. " Mas Kut, sudah lama saya hendak berterus terang, tetapi ...seperti ada yang mengganjal" kata Pak Romdoni dengan terbata-bata.
" Tetapi apa Rom, ayo katakan saja, kitakan sudah seperti saudara sendiri " tanya Pak Rangkuti penasaran.
" Sebenarnya saudara terbaik Mas Kut itu ya Mas Sar, bukan saya ............"
"Ah...kamu bercanda Rom, kamu sendiri sudah tahu masalah kami berdua.....katakan saja apa yang hendak kamu sampaikan"
Pak Romdoni terdiam sejenak, sambilmenarik nafas dia berbicara pelan " Mas Sar, masuk rumah sakit mas, kondisinya kritis.......mungkin mas Kut berkenan menjenguknya, sebenarnya selama ini yang membantu mas Kut kalau ada masalah keuangan bukanlah saya tapi mas Sar......hanya saja dia tidak ingin saya memberitahukannya kepada mas Kut,,,,takut di tolak" Pak Romdoni tampak menunduk, seperti menahan beban yang teramat berat, kemudian dia melanjutkan
" Mas Sarwani tidak pernah merebut jabatan mas Rangkuti, dia justru hendak menyelamatkan mas Kut dari fitnah dan permainan para petinggi yang hendak menjadikan mas Rangkuti sebagai kambing hitam atas sengketa penjualan salah satu aset BUMN. Mas Sarwani tanpa sengaja mendapatkan bukti yang mengarah kesana, tetapi bukti tersebut belum cukup untuk menjerat tersangka yang sebenarnya. mas Kut masih ingat kalau Mas Sarwani pernah masuk penjara ? itu juga permainan yang menyeret bukti tersebut kearah dirinya, tetapi setelah dua tahun di penjara pejabat baru berhasil membongkar kasus tersebut dan membebaskan mas Sarwani" kata Pak Romdoni menjelaskan duduk perkara yang pernah mereka alami.
" Tapi diakan bisa menceritakan kepaku lalu kami bisa bekerja sama membongkar kasus tersebut ?" keluh Pak Rangkuti
" Mas Sar sangat mengenal sifat keras mas Kut, dia takut sifat keras mas tersebut bisa menyeret banyak pihak dan masalahnya tidak pernah selesai, tapi sudahlah ...sekarang mas Kut maukan datang menjenguk dia ?" tanya Pak Romdoni setengah berharap
" Sar...sar dari dulu dia tidak pernah berubah......mengapa kau mengorbankan persahabatan kita...hanya untuk masalah pekerjaan...aku dulu kesal bukan karena di singkirkan tapi tuduhan bahwa aku tidak becus bekerja....ya sudahlah nanti kita kesana" jawab Pak Rangkuti sambil bergegas mempersiapkan diri.

Waktu terus berlalu, sakit Pak Sarwani semakin parah dan akhirnya meninggal dunia. Tidak beberapa lama kemudian Pak Romdoni menyusul karena kecelakaan lalu lintas. Benar kata pepatah gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama, nama yang akan terus dikenang orang-orang yang pernah dekat dengannya.

Kamis, 02 Juli 2009

Para Petinggi Negeri


Untuk kalangan petinggi atau orang penting , kepandaian bersilat lidah dimiliki oleh politisi dan pengacara, bahkan tidak jarang pengacara juga merangkap sebagai politisi. Kemampuan bersilat lidah ini tidak hanya terjadi dimasa sekarang bahkan pada zaman Rasullullahpun banyak yang mempunyai kemampuan ini dan hal ini disadari penuh oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam yang diriwayatkan oleh  Ummu Salamah ra., ia berkata:
 
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya kamu sekalian datang meminta keputusan perkara kepadaku, dan mungkin saja sebagian kamu lebih pandai berhujah dari yang lain sehingga aku memutuskan dengan yang menguntungkan pihaknya berdasarkan yang aku dengar darinya. Oleh karena itu, barang siapa yang aku berikan kepadanya sebagian dari hak saudaranya, maka janganlah ia mengambilnya, karena sesungguhnya yang aku berikan kepadanya itu tidak lain dari sepotong api neraka. (Shahih Muslim No.3231)
 
Yang benar bisa jadi salah dan yang salah bisa jadi benar, itulah kemampuan si pesilat lidah. Di negara manapun keadilan bisa saja menjadi bias jika para penegak hukum tidak waspada dengan kelihaian mereka memainkan kata-kata dan memutar balikan fakta, yang menurut istilah mereka adalah  memaksimalkan bukti-bukti. Rasulullah sendiri sudah mewanti-wanti lewat hadist diatas, karena siapa yang tahu isi hati manusia. Dalam hadist lain Rasulullah SAW berkata "Yang paling aku takutkan bagi umatku adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah. "(HR. Abu Ya'la)
 
Pada musim "pesta demokrasi" seperti sekarang ini, para politisi mulai mengobral janji. Kita di hidangkan tontonan oleh media televisi tentang bagaimana mereka merencanakan membangun bangsa ini melalui program debat CAPRES maupun CAWAPRES. Semuanya pastilah indah-indah untuk dilihat dan didengar, tetapi pertanyaannya adalah konsekwensi apa yang di peroleh jika mereka gagal dalam mengemban tugasnya ? dan jawabannya tentu saja tidak dipilih lagi dan bukan mengundurkan diri apalagi "harakiri". Berbicara mengenai hasil semua tampak islami dengan mengatakan bahwa mereka berusaha melakukan yang terbaik dengan landasan dalil bahwa setiap ijtihad pasti mendapat ganjaran pahala. Yang salah dapat satu dan yang benar dapat dua.
 
Jadi siapapun pilihan kita , baik salah maupun benar, baik gagal maupun berhasil, baik yang membuat kita sengsara maupun bahagia dalam kacamata agama harus kita hargai. Hanya kacamata ini saja yang mereka pakai kemana-mana, sedangkan kacamata mengenai pandangan agama yang lain tersimpan rapi di laci kepresidenan.