Rabu, 22 April 2009

Mimpi Di ujung Doa

Matanya terpejam diantara sorotan puluhan pasang mata, diantara keriuhan penonton, diantara sorak-sorai membahana. " Berlarilah kak, berlarilah mengenjar mimpi kita  yang telah lama tersimpan di ujung doa" rintih adiknya yang berada tidak jauh dari arena lomba. Sejak di tinggal oleh ayahnya kedua kakak beradik itu memang selalu bahu-membahu membantu ibu mereka, untuk biaya sehari-hari dan untuk biaya sekolah.  Sepasang kakak beradik yang masih berusia enam dan delapan tahun, usia yang pada tempat lain adalah usia bermanja-manja dan bercanda tawa, tetapi telah lama di tinggalkan agar tidak adalagi air mata yang tumpah dari sang ibu.
 
Memperingati hari kemerdekaan negara ini, sebuah lembaga sosial mengadakan lomba lari untuk anak sekolah dasar dengan hadiah sebuah sepeda mini dan beberapa hadiah menarik lainnya. Harapan mereka tertuju pada sepeda tersebut agar memudahkan dalam berdagang, dan berpacu dengan waktu agar tidak telat kesekolah.
 
Mata sang kakak masih terpejam dan mulutnya masih bergumam seperti memanjatkan sebuah doa, doa yang tidak bisa lagi menahan air dari pelupuk matanya. Pluit panjang berbunyi, seluruh peserta mengerahkan segenap kemampuan untuk menjadi yang tercepat. Teriakan adiknya terus memacu semangat sang kakak untuk terus menghentakkan otot kakinya agar mau bertoleransi dengan mimpi-mimpi mereka, mimpi yang terus menggelayut sejak semalam. Tanpa terasa garis finish tinggal berberapa langkah, sang kakak mengerahkan sisa-sisa kekuatan dan akhirnya berhasil menjadi pemenang.
 
Sewaktu akan menerima hadiah , ketua panitia bertanya kepadanya " apa isi doamu sewaktu akan bertanding sehingga kamu berhasil memenangkan pertandingan ini , saya lihat kamu begitu khusuk berdoa ?", " tadinya saya dan adik begitu berharap akan hadiah ini agar bisa membantu ibu berdagang, tapi saya takut kecewa jadi saya berdoa agar jika kami kalah agar di beri kesabaran dalam menerima segala keputusan Yang Maha Kuasa atas kami , dan tidak berputus asa dalam berusaha , saya juga berdoa agar jangan pernah ada lagi air mata yang tumpah setelah ini , karena setelah ini kami tidak mau lagi bermimpi ."
 
Renungan Pendek, Jakarta 23/04/2009