Selasa, 28 April 2009

Wakil Allah

Umat Islam yang manapun akan setuju jika dikatakan bahwa Allah adalah Tuhan semesta Alam, pencipta langit dan bumi, pencipta semua umat. Langit dan bumi yang Allah ciptakan adalah untuk semua umat. Kesejahteraan umat manusia ada ditangan umat manusia itu sendiri, tentu saja atas kehendak Allah. Kelestarian alam di muka bumi ini adalah kewajiban umat manusia. Peningkatan taraf kehidupan di muka bumi ini  disesuaikan dengan kemampuan akal manusia, sehingga manusia mengalami kemudahan dalam beberapa hal. Arti dari paparan diatas adalah bahwa ada sisi umum atau general mengenai ketetapan Tuhan  atas diri manusia diluar pengakuan umat itu sendiri mengenai keberpihakan Tuhan pada diri mereka dengan aturan dan penyebutan nama Tuhan yang sesuai dengan pendekatan logika umat itu sendiri. Abaikan dulu masalah keberpihakan ini, kita masuk pada tataran umum.
 
Sejarah peradaban manusia telah mencatat bahwa kehendak Allah atas perubahan umat manusia telah dilakukan lewat tangan agen-agenNya yang disusupkan ilmu agar dengan ilmu tersebut manusia bisa beradaptasi dengan perubahan zaman. Apakah ada klaim umat tertentu dalam masalah pemilihan agen perubahan ini ? ada tetapi sangat jarang. Pertanyaannya adalah mengapa agen-agen perubahan itu di wakilkan kepada non muslim, bukankah jika Allah berkehendak apapun bisa terjadi seperti pemilihan wakilNya tersebut. Tentu saja jika dicari jawaban sederhana maka Allah hanya memberikan mandat kepada siapa saja yang siap menerimanya, siapapun yang mau membuka kepala dan dadanya untuk menerima hidayah ilmu dari Allah tanpa membedakan umat kerena pada dasarnya semua umat adalah ciptaan Allah.
 
Jika umat lain seperti telah mengunci mati hati mereka untuk mendapatkan cahaya iman, maka disisi lain umat Islam yang disebut sebagai khairu ummah atau umat terbaik justru telah mengunci mata dan telinga untuk mendapatkan cahaya ilmu Allah. Selama ini kita selalu berasumsi bahwa wali Allah adalah orang-orang yang beriman tetapi kita lupa bahwa makna wali juga bisa berarti orang-orang yang berilmu. Jika wali Allah dalam hal keimanan bisa menghantarkan kita kepada Allah atau hablumminallah maka wali Allah dalam hal ilmu  bisa menghantarkan kita kepada kesejahteraan manusia atau hablumminannas.
 
Renungan Pendek, Jakarta 28/04/2009