Kamis, 30 April 2009

Tangan Yang Menengadah

Dimana ada gula disitu ada semut kata pepatah dan pepatah itu tidak berlaku sebaliknya. Prinsip jual belipun mirip dengan pepatah tadi seperti dimana ada pembeli disana ada penjual, tentu saja ini terlalu dibuat-buat karena kata pembeli berarti orang yang hendak membeli dan dari mana dia membeli sesuatu tentu dari pedagang. Mungkin agak lebih umum kita sebut saja dimana ada keramaian disitu pasti ada pedagang. Salah satu keramaian tersebut adalah tempat saya bekerja karena lokasi itu  memang area perkantoran, sehingga menjadi sasaran para pedagang terutama warung makan.
 
Hampir setiap hari ketika saya bersama teman sedang makan didatangi para pengemis dan pengamen. Mungkin mereka memakai prinsip ekonomi juga seperti selama masih ada pemberian disitu ada permintaan karena jika tidak ada yang memberi tidak mungkin mereka mau bersaing dengan rutinitas kantor. Jam favorit mereka dalah jam makan siang dan jam pulang kerja, selain itu mereka seperti hilang ditelan bumi karena ketika saya keluar kantor pada jam kerja untuk suatu urusan, saya tidak mendapati mereka diarea tersebut. baiklah lupakan saja karena bukan itu maksud dari tulisan ini.
 
Saya biasa  makan  dengan teman. teman tersebut sering di buat kesal dengan pengemis yang selalu menyenggol bahunya sewaktu makan sambil menengadahkan tangan, dalam seminggu bisa dikatakan hanya sekali dia memberi selebihnya didiamkan bahkan pernah sedikit mengomel tapi saya berusaha mencegah  "kalo gak mau ngasih gak usah ngomel , gak enak lah". Dalam suatu kesempatan kami sempat berbincang-bincang mengenai masalah ini dan dia mengeluh dengan kebiasaan buruk pengemis yang selalu datang setiap hari dengan memberikan berbagai argumen yang masuk akal seperti " jangan dibiasakan memberi karena bisa membuat mereka malas" atau " ada motor penggerak dibelakang pengemis tersebut sehingga harus di berantas" atau " pengemis sekarang jadi sebuah profesi bukan lagi sebuah desakan kebutuhan" dan banyak lagi alasan lainnya yang berujung penyataan " tidak perlu memberi"
 
Saya teringat ketika dipengajian dulu sewaktu sedang menunggu Ustad Najib, seorang pengemis datang lalu menengadakah tangan kepada kami dari luar mushola. Hampir semua murid pengajian tersebut membawa uang termasuk saya tapi hanya Pandi yang memberi. Sewaktu Ustad Najib datang dia menanyakan mengapa hanya Pandi yang memberi, mungkin dia sudah melihat kejadian itu dari jauh. Berbagai alasan sama seperti yang dilontarkan teman tadi kami sampaikan. Ustad Najib berkata " apakah ada kejadian di muka bumi tanpa sengaja atau diluar kehendak Allah ? mungkin diantara seratus orang yang ditemuinya hari itu hanya beberapa kali dia menegadahkan tangan dan pilihan kepada siapa dia menegadahkan tangan bukanlah sebuah kebetulan, selalu ada rencana Allah disana. "
 
Setiap hari mungkin hanya sekali pengemis meminta kepada kita , tetapi kita mengemis kepada Allah hampir lima kali sehari. Jika kita enggan memberi kepada pengemis  mengapa pula Allah harus memberi apa yang kita pinta. Jika ingin diberi maka memberilah. Jangan biarkan tangan yang menengadah kepada kita dalam keadaan kosong, karena siapapun tentu tidak mau ketika dia menegadahkan tangannya kepada Allah, Allah  kemudian tidak menghiraukannya.
 

Selasa, 28 April 2009

Wakil Allah

Umat Islam yang manapun akan setuju jika dikatakan bahwa Allah adalah Tuhan semesta Alam, pencipta langit dan bumi, pencipta semua umat. Langit dan bumi yang Allah ciptakan adalah untuk semua umat. Kesejahteraan umat manusia ada ditangan umat manusia itu sendiri, tentu saja atas kehendak Allah. Kelestarian alam di muka bumi ini adalah kewajiban umat manusia. Peningkatan taraf kehidupan di muka bumi ini  disesuaikan dengan kemampuan akal manusia, sehingga manusia mengalami kemudahan dalam beberapa hal. Arti dari paparan diatas adalah bahwa ada sisi umum atau general mengenai ketetapan Tuhan  atas diri manusia diluar pengakuan umat itu sendiri mengenai keberpihakan Tuhan pada diri mereka dengan aturan dan penyebutan nama Tuhan yang sesuai dengan pendekatan logika umat itu sendiri. Abaikan dulu masalah keberpihakan ini, kita masuk pada tataran umum.
 
Sejarah peradaban manusia telah mencatat bahwa kehendak Allah atas perubahan umat manusia telah dilakukan lewat tangan agen-agenNya yang disusupkan ilmu agar dengan ilmu tersebut manusia bisa beradaptasi dengan perubahan zaman. Apakah ada klaim umat tertentu dalam masalah pemilihan agen perubahan ini ? ada tetapi sangat jarang. Pertanyaannya adalah mengapa agen-agen perubahan itu di wakilkan kepada non muslim, bukankah jika Allah berkehendak apapun bisa terjadi seperti pemilihan wakilNya tersebut. Tentu saja jika dicari jawaban sederhana maka Allah hanya memberikan mandat kepada siapa saja yang siap menerimanya, siapapun yang mau membuka kepala dan dadanya untuk menerima hidayah ilmu dari Allah tanpa membedakan umat kerena pada dasarnya semua umat adalah ciptaan Allah.
 
Jika umat lain seperti telah mengunci mati hati mereka untuk mendapatkan cahaya iman, maka disisi lain umat Islam yang disebut sebagai khairu ummah atau umat terbaik justru telah mengunci mata dan telinga untuk mendapatkan cahaya ilmu Allah. Selama ini kita selalu berasumsi bahwa wali Allah adalah orang-orang yang beriman tetapi kita lupa bahwa makna wali juga bisa berarti orang-orang yang berilmu. Jika wali Allah dalam hal keimanan bisa menghantarkan kita kepada Allah atau hablumminallah maka wali Allah dalam hal ilmu  bisa menghantarkan kita kepada kesejahteraan manusia atau hablumminannas.
 
Renungan Pendek, Jakarta 28/04/2009

Rabu, 22 April 2009

Mimpi Di ujung Doa

Matanya terpejam diantara sorotan puluhan pasang mata, diantara keriuhan penonton, diantara sorak-sorai membahana. " Berlarilah kak, berlarilah mengenjar mimpi kita  yang telah lama tersimpan di ujung doa" rintih adiknya yang berada tidak jauh dari arena lomba. Sejak di tinggal oleh ayahnya kedua kakak beradik itu memang selalu bahu-membahu membantu ibu mereka, untuk biaya sehari-hari dan untuk biaya sekolah.  Sepasang kakak beradik yang masih berusia enam dan delapan tahun, usia yang pada tempat lain adalah usia bermanja-manja dan bercanda tawa, tetapi telah lama di tinggalkan agar tidak adalagi air mata yang tumpah dari sang ibu.
 
Memperingati hari kemerdekaan negara ini, sebuah lembaga sosial mengadakan lomba lari untuk anak sekolah dasar dengan hadiah sebuah sepeda mini dan beberapa hadiah menarik lainnya. Harapan mereka tertuju pada sepeda tersebut agar memudahkan dalam berdagang, dan berpacu dengan waktu agar tidak telat kesekolah.
 
Mata sang kakak masih terpejam dan mulutnya masih bergumam seperti memanjatkan sebuah doa, doa yang tidak bisa lagi menahan air dari pelupuk matanya. Pluit panjang berbunyi, seluruh peserta mengerahkan segenap kemampuan untuk menjadi yang tercepat. Teriakan adiknya terus memacu semangat sang kakak untuk terus menghentakkan otot kakinya agar mau bertoleransi dengan mimpi-mimpi mereka, mimpi yang terus menggelayut sejak semalam. Tanpa terasa garis finish tinggal berberapa langkah, sang kakak mengerahkan sisa-sisa kekuatan dan akhirnya berhasil menjadi pemenang.
 
Sewaktu akan menerima hadiah , ketua panitia bertanya kepadanya " apa isi doamu sewaktu akan bertanding sehingga kamu berhasil memenangkan pertandingan ini , saya lihat kamu begitu khusuk berdoa ?", " tadinya saya dan adik begitu berharap akan hadiah ini agar bisa membantu ibu berdagang, tapi saya takut kecewa jadi saya berdoa agar jika kami kalah agar di beri kesabaran dalam menerima segala keputusan Yang Maha Kuasa atas kami , dan tidak berputus asa dalam berusaha , saya juga berdoa agar jangan pernah ada lagi air mata yang tumpah setelah ini , karena setelah ini kami tidak mau lagi bermimpi ."
 
Renungan Pendek, Jakarta 23/04/2009

Hubungan Sebab Akibat

Banyak kejadian-kejadian yang tidak disangka ternyata bisa saling bertaut satu sama lain. Pelawak Bajaj sering melakonkan atau menseting alur lawakan mereka dengan model tautan berbagai kejadian yang saling berhubungan. Pada salah satu buku anekdot, saya mendapati hal yang sama yang mungkin bisa jadi inspirasi bahwa mungkin saja, hal ini terjadi pada kita dalam prespektif dan suasana yang berebeda. Mudah-mudahan saya tidak dianggap plagiator karena menuliskan cuplikan kisah dari tulisan orang lain karena memang saya lupa judul buku dan pengarangnya, maklum hanya baca sekilas di toko buku.
---------
Ketika berada pada alam akhirat beberapa orang berkumpul mempertanggung jawabkan hasil perbuatan mereka. Panjul yang dari tadi berdiri tidak jauh dari seorang yang kepalanya botak bertanya kepada lelaki tersebut " pak kalo boleh tahu kira-kira apa penyebab kematian bapak" lelaki botak tersebut memperlihatkan wajah kesal seperti tidak terima dengan kematiannya " sewaktu saya mengendarai mobil di persimpangan jalan suatu perumahan ada yang teriak " botak jelek-botak jelek" saya berusaha mencari sumber suara tersebut dan tanpa sengaja saya menabrak tiang listrik, dan sampailah saya disini." Tiba-tiba datang Paijo mungkin dia mendengar kisah orang botak tadi " ooo jadi kamu yang menabrak tiang listrik yang sedang saya perbaiki sehingga saya kesetrum dan meninggal di tiang listrik". Panjul hanya mangut mangut mendengarkan. Paijo penasaran dan kemudian bertanya " kalo kamu jul , kenapa kamu meninggal ?" tanya Paijo. " Kurang tahu juga ya, yang jelas sewaktu saya memandikan burung beo saya yang selalu ngeledekin kucing saya  yang baru dibotakin dengan kata " botak jelek-botak jelek" , tidak beberapa lama kemudian sesuatu  jatuh menimpa atap rumah saya, seperti dari tiang listrik diatas rumah saya yang kemudian kayu plafon yang patah menimpa kepala saya dan kalian tahu kelanjutannya yaitu kita berkumpul disini sekarang"

Selasa, 21 April 2009

Merajut Kepingan Yang Tercecer

Siang itu cukup cerah, sepeda motor masih terparkir di depan toko buku sementara saya berjalan di pinggiran ruko mencari makanan kecil. Seorang anak kecil, pengemis yang biasa berkeliaran di sekitar toko buku, menemukan selembar uang lima ribu tergeletak dijalan, tukang gorengan  yang berada tepat disamping saya berkomentar " wah enak juga baru beroperasi udah dapat rezeki". Memang setiap penilaian tergantung prasangka orang yang menilainya, padahal akan selalu ada rangkaian kejadian yang saling bertaut. Tidak lama anak tersebut menggenggam uang tersebut sang kakak berusaha merebut " sini saya yang pegang, kemaren kamu gak dapat uang yang bayarin" teriaknya. Tapi siadik berusaha menolak dan hasilnya kepalanya di ketok sang kakak sambil merebut uang yang ada ditangannya. " Yah bukannya dapat untung malah di pentung" teriak tukang gorengan seperti merevisi ocehan sebelumnya.

 
Itulah sifat kita, selalu melihat sekeping demi sekeping kejadian disekitar kita, saya sendiri terpaku ditempat seperti orang bodoh yang sedang menonton drama pertunjukan. Seorang pria tua menenteng tas plastik berisi buku yang baru dibeli menarik tangan anak kecil tadi untuk diajak makan bakso, mungkin orang tua itu juga menyaksikan kejadian tadi, bedanya, dia bermain dalam rajutan cerita. " Wah masih untung seribu dong , kan harga bakso enam ribu rupiah permangkok" kembali tukang gorengan disamping saya nyeletuk, kali ini saya sudah mulai tidak suka mendengarnya dan berusaha menjauh.
 
Sewaktu hendak mengambil motor di tempat parkir seorang wanita berteriak karena kecopetan. Peristiwa tersebut berlangsung sangat cepat. Si pencopet terjatuh bertabrakan dengan seorang anak yang merupakan pengemis dan biasa mangkal di daerah itu. Sianak jatuh dan kepalanya berdarah sedangkan tas yang dijambret ikut terpental, sipencopet melarikan diri tanpa menghiraukan hasil jambretannya karena takut diamuk massa. Ternyata rajutan cerita yang saya kira telah rampung masih bertaut dan mungkin akan terus seperti itu, seperti jaring laba-laba yang kian lama kian membesar dan memperlihatkan kekokohan sang pencipta dengan segala kreasi ciptaanya. Anak yang terjatuh karena ditabrak sang pencopet ternyata adalah kakak yang memukul kepala adiknya dan merampas temuan adiknya tadi, sedangkan ibu yang dijambret adalah istri dari bapak yang mentraktir anak pengimis tadi makan bakso.
 
Akan ada  balasan terhadap setiap apa yang telah atau akan kita lakukan. Tugas kita hanya menjadi pemain yang baik dalam panggung sandiwara kehidupan, memberi dengan pemberian yang baik, menerima dengan cara yang baik. Jangan mudah terpengaruh dengan sekeping kejadian yang ada didepan kita atau yang terjadi pada diri kita karena kepingan-kepingan lain akan segera merangkai membentuk suatu simpul. simpul yang akan menjadi bukti bahwa Allah selalu bersama kita, bahkan pada saat kita merasa jauh dariNya sekalipun.
 

Senin, 20 April 2009

Cerita Mengenai Cita-cita

Walaupun sejarah telah berganti dan mencatat mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan atau harapan-harapan yang kandas ditelan zaman namun kemilau bintang dilangit tetap meneguhkan hati setiap orang tua agar cita-cita anaknya menggantung disana. Harapan orang tua kita telah seperti urat nadi yang memperkokoh  kaki dan tangan kita untuk melangkah kedepan karena kaki memang tidak diciptakan hanya untuk berdiri tetapi berlari berusaha merealisasikan mimpi  dan mimpi itu  akan kita wariskan kepada anak cucu kita kelak.  
 
Kisah berbagai peradaban telah mengaburkan mimipi-mimpi  para orang tua , karena kemilau bintang tadi banyak yang telah merusak mata dan menyengat kulit mereka. Bintang pujaan hati yang telah mereka sekolahkan setinggi langit telah berubah menjadi politisi tangguh yang semakin memporak porandakan perekonomian mereka, bintang pujaan mereka yang telah berubah menjadi pengusaha telah merampas tanah-tanah pertanian mereka. Para bintang tadi telah memarginalkan posisi mereka, posisi yang semestinya dibela-mati-matian oleh anak cucu mereka.
 
Sebagai orang tua kita telah disadarkan bahwa ternyata kemilau bintang yang dahulu mati-matian kita kejar dan sekarang kita wariskan kepada anak-anak kita tidak lain hanyalah kemilau materi dan cerita status semata yang oleh Al Qur'an di sebut sebagai perhiasan dunia. Jika setiap mata pelajaran guru bertanya " cita-citanya mau jadi apa " mungkin jawaban " mau menjadi orang yang sholeh atau mau jadi orang yang bertaqwa" hanya ada pada pelajaran agama , sedangkan mata pelajaran lain tentu saja jawabnya bervariasi seperti jadi insinyur, jadi dokter, jadi karyawan, jadi pengusaha. Porsinya memang seperti itu, kalaupun mau di idealkan maka kata-katanya menjadi insinyur yang bertaqwa, dokter yang bertaqwa dan seterusnya, artinya apa tetap saja dunia dahulu dan itu memang kenyataan.
 
Lalu apakah itu berarti , anak kita berhenti untuk bercita-cita, tentu saja tidak tetapi sebaiknya kita mewarnai cita-cita anak kita dengan tuntunan ahlak dan niat bahwa apapun yang mereka cita-citakan dan yang akan mereka peroleh nanti harus didasari ikhlas karena Allah seperti doa yang sering kita panjatkan di permulaan sholat " Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah semata". Apakah mudah diterapkan ? tidak jika tidak dimulai secara perlahan dan konsisten atau istiqomah.
 
Renungan Pendek, Jakarta 20/04/09

Jumat, 17 April 2009

Cerita Dibalik Mozaik Kehidupan

Hari itu tampak mendung, awan hitam bergulung menggumpal di angkasa dan angin bertiup cukup kencang karah utara, arah laut.  Para penjalan kaki nampak banyak menyiapkan payung sedangkan para pengendara sepeda motor mulai berhenti dan mengenakan jaket anti hujan, hal seperti ini mungkin tidak banyak pengaruhnya dengan pengendara roda empat kecuali kemacetan yang memang biasa hadir dikala hujan. Tapi saya yang termasuk dalam kategori nomor dua agak malas mengenakan jaket tersebut sementara tangan terus memegang tarikan gas tanpa ada tanda-tanda mau berhenti.
 
Didalam hidup  , disamping skenario yang telah baku atas diri kita juga terdapat banyak cuplikan cerita yang menghiasi berbagai kejadian disekitar kita baik yang bersinggungan langsung dengan kita maupun yang tidak. Ketika saya sedang mengetik tulisan ini tentu sedang terjadi berbagai drama diluar diri saya dalam berbagai versi mungkin ada yang menggembirakan , ada yang menyedihkan mungkin juga ada yang berakhir dramatis.
 
Serpihan air hujan seperti menderu kearah wajah berbaur dalam kelebatan angin yang hampir mengguncang sepeda motor yang saya kendarai,. Air hujan hanya rintik-rintik walupun diatas kepala awan hitam pekat telah menyelubungi, tetapi hati saya tetap mengatakan hujan tidak akan mendera tubuh ini. Di pertengahan jalan genangan air telah berubah menjadi banjir kecil , tampak telah terjadi hujan cukup deras sebelum saya tiba. Telepon berdering teman yang berada di belakang sekitar lima belasmenit perjalanan atau jika kecepatan motor tiga puluh kilo meter perjam karena cukup macet berarti sekitar satu setengah kilometer dibelakang, mengatakan bahwa dia sedang terekena hujan yang cukup deras.
 
Jika sebelumnya awan yang menggumpal ada didepan beberapa menit kemudian awan itu telah pindah kebelakang, arah yang berlawanan dengan motor yang saya kendarai. Awan itu telah melangkahi saya dengan meninggalkan oleh oleh banjir sekitar lima puluh centi didaerah cawang, saya kebetulan menuju arah UKI. Beberapa kendaraan tampak ada yang mogok. Mozaik ini tentu saja memiliki hikmah tersendiri dimana jaket yang saya kenakan hanya terkena serpihan air hujan yang tidak seberapa disisi lain  persis pada saat yang sama di tempat yang sama kejadian berbeda menimpa orang lain.
 
Mungkin saja esok hari kejadian sebaliknya menimpa diri kita siap atau tidak siap. Malaikat pembawa rahmat dan ujian datang berdampingan hanya saja kita tidak tahu yang mana yangakan menghampiri kita, namun demikian seperti Kata Allah dalam surah Alam Nasyrah "Fainna maal 'usri yusron, Inna maal 'usri yusro" sesudah  kesulitan pasti ada kemudahan dan hal ini diulang sampai dua kali.
 
Renungan Pendek, Jakarta 18/04/09
 
 

Kamis, 16 April 2009

Learning By Doing

Hari sabtu sepulang kerja saya biasanya mampir ke toko buku sekedar melihat-lihat siapa tahu ada buku yang cocok untuk dibaca. Semua buku pastilah bagus karena para penerbit bukan orang bodoh yang mau menerbitkan sembarangan buku, permasalahannya penilaian ada ditangan pembaca tidak perduli secara objecktif atau subjektif karena jika dikatakan buku bagus tapi tidak ada yang suka , mau ngomong apa.
 
Tema-tema yang lagi membanjir adalah novel motivasi yang terinspirasi dari novel Laskar Pelangi dan Ayat-Ayat Cinta. Hal yang sama juga dapat kita jumpai pada masalah agama dimana hal yang disampaikan biasanya hal-hal yang ringan bahkan ada yang diadaptasi dari novel luar seperti "The Secret" atau "Law Of Attraction" yang berbicara mengenai hukum ketertarikan, artinya buku-buku baru tersebut sebenarnya hanyalah islamisasi buku-buku barat atau ada juga yang mengatakan hanya mendompleng ketenaran buku tersebut, tapi bagi saya pribadi apapun itu selama masih bisa bermanfaat bagi orang lain silahkan saja karena tidak setiap orang telah membaca buku aslinya.
 
Saya sempat berfikir bahwa banyak nya buku bertebaran yang bersifat pencerahan apakah juga telah mencerahkan penulisnya , maksudnya sang penulis lebih dulu tercerahkan baru kemudian mencerahkan orang lain. Jika saya mengaca pada diri sendiri saya bukanlah tipe yang seperti itu artinya apapun yang teman baca saat ini adalah pembelajaran diri yang belum tentu lebih baik ketimbang para teman yang membacanya, ya mungkin istilahnya "Learning By Doing"
 
Saya teringat sewaktu dulu sekolah, salah satu guru saya sempat berkata bahwa cara belajar yang inspiratif adalah dengan mengajar artinya kita dipaksa untuk mengerti terlebih dahulu sebelum memberi pengertian kepada orang lain. Pertanyaan nya setelah yang memberi dan diberi pengertian telah mengerti lalu siapakah yang lebih baik dalam mengamalkan atau mendapatkan manfaat dari pemahamannya tersebut ? bisa jadi justru yang di beri pengertian lebih mendapatkan manfaatnya ketimbang yang memberi. Tapi paling tidak jika ia seorang penulis dia mendapatkan reward dari tulisannya, itu saja mungkin.
 
Renungan Pendek, Jakarta 17/04/09

Rabu, 15 April 2009

Dibalik Berbagai Kejadian

Didalam kehidupan kita, ada beberapa hal yang terjadi pada diri kita secara langsung atau tidak ,baik kita menyukainya atau tidak menyukainya. Yang pertama adalah hal yang kita ingin terjadi pada diri kita seperti doa dan harapan. Pada kenyataannya doa dan harapan ada yang menjadi nyata dan ada yang tidak bisa di wujudkan. Yang kedua adalah sesuatu yang tidak kita harapkan terjadi pada diri kita. Dan inipun ada yang menjadi nyata dan ada yang berhasil kita hindari. Yang ketiga adalah hal-hal yang tidak pernah kita fikirkan tiba-tiba terjadi pada diri kita, seperti kecelakaan atau mungkin malah mendapat undian atau apapun yang bersifat spontan. Tetap saja hal ini ada yang kita sukai ada yang tidak.
 
Jika kita telah mengetahui bahwa selalu ada dua sisi mengenai apapun yang terjadi pada diri kita etapi mengapa kita masih saja merasa sakit ketika hal yang tidak kita sukai datang dan merasa bahagia ketika hal yang kita sukai terjadi. Jawabannya mungkin cukup sederhana yaitu kita tidak mengetahui kapan, dimana dan cara bagaimana sesuatu terjadi pada diri kita. ketidak tahuan itulah sebenarnya sumber dari segala sesuatu. Ketidak tahuan kita membuat kita melakukan beberapa hal pertama kita berusaha menari tahu yang kedua bersandar kepada yang maha tahudan yang terakhir adalah oarang yang tidak mau tahu. sebenarnya masig banyak cakupannya tapi kita persingkat saja secara garis besar.
 
Lalu apa kesimpulan dari semua uraian tadi ? cuma sekedar mengingatkan bahwa apapun yang terjadi pada diri kita baik yang kita senangi, yang tidak kita sukai maupun yang tidak terduga harus tetap berpegang teguh kepada sang Pemberi kejadian tersebut agar kita belajar mengenai rasa syukur, rasa sabar dan rasa ikhlas menerima pemberianNya
 
Renungan Pendek, Jakarta 16/04/09

Selasa, 14 April 2009

Tujuan Hidup

Apa yang dicari dalam hidup kata saya pada seorang teman dikantor dan di jawab " Kepuasaan", artinya percuma mempunyai segala sesuatu tetapi kita tidak pernah puas terhadapnya kata teman tersebut. Dilain hari saya mengajukan pertanyaan yang sama pada tetangga rumah dan dijawab oleh nya " Ketenangan", dalam keseharian tetangga tersebut memang sering cekcok dengan keluarga dan mungkin saja jawabanya terlalu subjectif dan hal itu sangat karena pencarian setiap orang pasti berbeda.
 
Belum puas dengan jawaban yang telah di perolah saya masih mengajukan pertanyaan tersebut dan kali ini pada teman pengurus masjid dan dijawab olehnya " Bekal menuju kehidupan selanjutnya (yaumil Akhir)" , terlalu idealis mungkin bagi orang lain tetapi bagi orang yang sering bergaul disekitar masjid dan ikut meramaikannya dengan berbagai kegiatan jawaban tersebut sangatlah umum dan wajar karena para ustadzpun sering memperingatkan kita bahwa hidup didunia ini hanya sementara.
 
Walaupun semua jawaban tersebut bagus dan logis tetapi hati saya masih merasa belum sreg, permasalahannya saya kurang bisa membahasakan atau mencari kata yang tepat mengenai apa sebenarnya yang hendak saya cari dalam hidup ini yang mencakup semua jawaban dari rekan-rekan saya sebelumnya. Pada hari ahad dimana biasanya saya berkonsultasi dengan  Ustadz Najib menganai banyak hal termasuk masalah tauhid , fiqih, nahwu-shorof, dan sebagainya saya manfaatkan untuk menanyakan tujuan hidupnya dan ternyata jawaban tersebut cukup mengena dihati saya , dijawab olehnya " Ya Ayyatuhal nafsul muthmainnah irji'i ila rabbiki radhiatan mardiah......Al Fajr-27-28 " maksudnya adalah "Hanya Ridho Allah Semata"
 
Renungan Pendek, Jakarta 15/04/09
 
 

Senin, 13 April 2009

Mulai Dari Yang Sederhana

Benar tidaknya suatu cara belum tentu menjamin efektifitas cara tersebut. Banyak diantara kita berfikir terlalu jauh dan lupa untuk berfikir sederhana sehingga tujuan yang hendak dicapai  mengorbankan efektifitas dan efisiensi kerja. Di tempat saya bekerja ada salah seorang manager yang mempunyai sedikit kelainan pada matanya sehingga setiap dia masuk dia meminta sebagian lampu kantor dimatikan. Walaupun tetap terlihat jelas namun bagi sebagian orang bekerja dalam kondisi seperti itu dapat mengganggu kenyamanan bekerja, padahal solusi sederhannya sang manager tersebut hanya tinggal memakai kacamata hitam.
 
Ketika membuka email-email lama, saya melihat artikel yang mungkin sudah di forward kemana-mana mengenai cara berfikir sederhana. Saya tuliskan salah satu contoh yang dipaparkan disana ; Sebuah perusahaan sabun mandi sering mendapat complain dari beberapa distributor karena sering ditemukan beberapa kotak dalam keadaan kosong. Untuk mengantisipasi hal tersebut manajemen pabrik membuat alat scanner yang bisa mendeteksi setiap bungkus sabun yang kosong dengan memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Pada pabrik lain yang mempunyai masalah yang sama tetapi tidak mempunyai biaya dalam perbaikan sistem hanya menempatkan kipas angin di bawah mesin operasional sehingga bungkus yang kosong akan melompat keluar jalur pengepakan.
 
Solusi tidak hanya terfokus pada hasil tetapi juga cara., hal yang sering kita pinggirkan karena kepala kita sudah terbiasa dengan skema yang rumit dan canggih mengikuti perkembangan tehnologi yang semakin meninggalkan kesederhanaan walaupun telah di ikat dengan kata "minimalis"
 
Renungan Pendek, Jakarta 14/0409

Memaksimalkan Suatu Potensi

Tidak bisa disangkal bahwa peranan seorang guru dalam mengasah kemampuan seoarang anak sangatlah besar. Saya kebetulan tidak terlahir sebagai seorang yang cerdas, dan jika dilihat dari nilai akademik maka yang didapat hanyalah standard rata-rata. Dari kelas sekolah dasar sampai sekolah tingkat atas cuma dua sampai tigakali masuk dalam jajaran topten, selebihnya  topless.
 
Potensi kemampuan  seorang anak berbeda-beda seperti kemampuan berhitung, memampuan menghafal, kemampuan menganalisa (logic), kemampuan kinetik atau responsif terhadap sesuatu dan berbagai kemampuan lain yang bisa diajarkan secara bertahap baik oleh orang tua maupun guru disekolah. Kecenderungan setiap anak tentu berbeda satu sama lain, ada yang menonjol di bidang berhitung , ada juga dalam hal menghafal. Seorang guru semestinya  mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki anak dan tidak melulu berkonsentrasi pada paket materi pelajaran persemester atau perkuartal. 
 
Sewaktu masih duduk  di sekolah menegah tingkat pertama, saya memang senang menganalisa keadaan dan sering saya mendapat nilai bagus pada beberapa mata pelajaran bukan karena saya memahami mata pelajaran tersebut tetapi karena saya menganalisa metode penilaian guru yang mengajar. Sebagai contoh ketika ujian matematika saya sering mendapat nilai bagus karena dalam beberapa ujian pendahuluan saya sering mendapati bahwa guru tersebut selalu menilai lebih pada proses penulisan rumus artinya jika rumusnya benar maka nilai yang diberikan akan tinggi walaupun hasilnya tidak di tuliskan tetapi walupun rumusnya benar namun hasil akhirnya salah maka guru tersebut memberikan nilai lebih rendah dari pada yang tidak memberikan hasil, aneh memang, mungkin saja dia berpendapat si anak belum sempat menyelesaikan soal, yang penting caranya sudah benar, dan inilah yang saya manfaatkan dalam beberapa soal.
 
Lain lagi di bidang pelajaran fisika, saya melihat jawaban pilihan berganda mempunyai corak seperti A,B,A,C,A,D,B,C,B,D, sehingga biasanya saya mencari jawaban yang termudah lebih dahulu lalu kemudian mencocokan dengan corak/pattern jawaban seperti yang sudah-sudah dan biasanya berhasil artinya jarang nilai merah bertengger di raport, Apakah karena pintar ? tentu tidak karena jika di buat pertanyaan secara verbal maka ada kemungkinan saya mendapat nol  besar.
 
Mengajar adalah proses memberikan informasi kepada orang lain, baik berupa ilmu pengetahuan maupun informasi terapan dengan berupa contoh, artinya jika ada dua orang yang saling bertukar informasi tetapi tidak tahu cara pengolahannya tidak bisa disebut saling mengajar. Dalam banyak hal ukuran kecerdasan masih diukur dari nilai akademik dan juga tidak mengherankan jika para petinggi negeri ini dinilai dari potensi akademiknya. Walaupun para akademisi sendiri juga telah menyadari bahwa ada potensi lain yang juga mesti jadi point penentu  seperti kemampuan emosional ,ahlak dan moral yang saat sekarang ini belum dijadikan poin acuan untuk calon pemimpin bangsa.
 
 

Minggu, 12 April 2009

Wadah Bertemunya Kepala

Tempat beribadah pada hari-hari tertentu memang penuh dengan jama'ahnya, dan dalam hal ini masjid memang menduduki peringkat nomor satu masalah kuantitas jama'ah dan frekwensi kedatangan dibanding tempat ibadah yang lain. Tapi pernahkah kita memperhatikan atau paling tidak menyadari diri kita sendiri sewaktu disana bahwa kehadiran kita membawa frekwensi gelombang otak dan hati yang berbeda-beda. Terkadang kita datang dalam keadaan bahagia, tetapi dilain hari kita datang dalam keadaan gundah atau bisa juga datang dalam keadaan tergesa-gesa. Dari suasana-suasana tersebut maka kita akan menghasilkan tingkat kekhusyu'an yang berbeda-beda.
 
 
Jika otak di ciptakan untuk berfikir maka hati diciptakan untuk merasa. Pada berbagai tempat dan suasana keterlibatan kedua organ ini memang mendominasi  aktifitas kita sehari-hari. Bahkan jika kita mau sedikit mundur kebelakang dan menganalisa maka kita akan mengetahui bahwa isi dari doa kita sebagian adalah efek dari kerja kedua organ tersebut. Ketika otak kita bekerja membuat suatu rencana maka ada doa dan harapan agar rencana tersebut menjadi nyata. Ketika hati kita sedang resah karena masalah yang menghimpit maka doa segera menyeruak dari hati dan lidah kita agar masalah kita bisa teratasi dengan baik.
 
Masjid adalah tempat bertemunya para kepala dengan  berbagai masalah didalamnya. Apakah yang kita lakukan disana adalah proses penghambaan atau proses pemaksaan agar Allah mau mengerti isi kepala dan doa kita. Apakah pernyataan bahwa hidup dan mati kita untuk Allah atau Allah untuk hidup dan mati kita. Tentu saja keduanya dibedakan oleh kepentingan. Kepentingan juga merupakan hasil kerja otak dan hati, sehingga tidak jarang kita temui bahwa agama dijadikan alat untuk kepentingan-kepentigan tertentu. 
 
Renungan Pendek, Jakarta 13/04/2009

Selasa, 07 April 2009

Pendekatan Akal

" Jangan pernah letakan dalil di bawah akal, karena tidak setiap wahyu yang di turunkan kepada kita bisa ditimbang dengan akal" kata seorang teman. Teman lain menimpali " loh bukannya mencari dalil yang tepat harus menggunakan akal ?"
 
Akal adalah bagian tubuh yang tidak bisa dipisahkan dari perilaku kita sehari-hari, sehingga jika ada yang menafikan akal berarti itu adalah sebuah paradoks karena tentu saja pendapat agar tidak menggunakan akal mempunyai alasan tertentu dan alasan tersebut sudah pasti dibuat dengan menggunakan akal. Tetapi jika yang dimaksud adalah membatasi pada masalah-masalah tertentu seperti memikirkan wujud sang maha pencipta, atau membayangkan kondisi yaumil akhir.
 
Masih dalam perbincangan dengan teman mengenai masalah akal ini, Helmi yang terlihat sangat antusias mengajukan pertanyaan ketengah forum " hampir rata-rata akal tidak mampu menjangkau masalah keimanan atau tauhid untuk itulah di butuhkan keyakinan tetapi apakah ada yang tidak masuk akal dalam masalah fiqih ?" , sejenak yang lain terdiam sampai saya  berbicara " ada " . Hampir semua mata memandang kerah saya " ini berhubungan dengan masalah berwudhu, apakah masuk akal jika kita kentut wudhu batal terus yang di basuh bukan yang mengeluarkan gas tapi malah tangan, kaki yang tidak ada hubungannya dengan saluran pembuangan tersebut "  semua tertawa mendengar penjelasan saya yang terlihat konyol tapi memang faktanya seperti itu. 
 
Rasulullah bersabda "Jika kamu berbicara (menyampaikan ucapan) tentang sesuatu perkara kepada suatu kaum padahal perkara itu tidak terjangkau (tidak dipahami) oleh akal  pikiran mereka, niscaya akan membawa fitnah di kalangan mereka." (HR. Muslim)
 

Renungan Pendek -Jakarta 08/04/09

Senin, 06 April 2009

Pencirian Itu Masih Saja Ada

Siapapun pasti akan memaklumi bahwa sebuah status mebutuhkan sebuah pencirian. Ciri tersebut bisa didapat dari ilmu, dari ketrampilan dari sikap maupun dari penampilan. Saya teringat ketika pertama kali kuliah, banyak mahasiswa senior menggunakan istilah-istilah akademisi yang membuat dia terlihat berbeda dari mahasiswa baru. Pengunaan istilah-istilah asing sering kita jumpai di mulut para pengusaha, para eksekutif, para akademisi yang seolah-olah ingin mengatakan " seperti inilah tingkatan kemampuanku "
 
Ketika saya melontarkan masalah ini dalam sebuah perbicangan kecil dengan beberapa orang teman, ada yang bertanya " apakah pencirian itu juga dilakukan oleh aktivis keagamaan , sebut saja seperti ustadz, kiayi, pendeta, biksu dan sebagainya ", saya justru bertanya balik sebagai jawaban secara tidak langsung " memang yang terlihat tidak seperti itu ?". Tidak puas sampai disitu teman lain ikut menambahkan " memangnya surga masih membutuhkan ciri secara fisik ?"
 
Paradigma berfikir bahwa status membutuhkan pencirian memang sudah menjadi tradsisi di masyarakat, kalaupun pencirian itu harus kita terapkan pada diri kita maka tidak lain adalah sikap dan ahlak yang baik, satu-satunya ciri yang di legitimasi oleh Rasulullah
 
Rasulullah Saw ditanya tentang sebab-sebab paling banyak yang memasukkan manusia ke surga. Beliau menjawab, "Ketakwaan kepada Allah dan akhlak  yang baik." Beliau ditanya lagi, "Apa penyebab banyaknya manusia masuk neraka?" Rasulullah Saw menjawab, "Mulut dan kemaluan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
 

Renungan Pendek -Jakarta 07/04/09

Minggu, 05 April 2009

Saksi

Dalam berbagai hal posisi saksi memang sangat menentukan, sehingga tidaklah mengherankan jika sebuah persaksian dalam hukum Islam begitu penting. Jika tanpa adanya saksi maka ada kemungkinan menghukum orang yang tidak bersalah dan  membebaskan orang yang bersalah. Dari sahih muslim Rasulullah bersabda bahwa mengawali pengadilan harus di awali dengan sumpah dan saksi dan sebaik baiknya saksi adalah yang memberi keterangan sebelum diminta.

 

Ada sebuah kisah yang mengatasi ketiadaan saksi dengan kecerdikan, tetapi hal ini belum tentu bisa diterapkan pada saat sekarang, hanya sekedar renungan yang diambil masih dalam sahih muslim

 

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw. beliau bersabda: Ketika dua orang wanita sedang bersama anak mereka, tiba-tiba datanglah seekor serigala membawa anak salah seorang dari mereka. Lalu wanita yang satu berkata kepada yang lain: Yang dibawa lari serigala itu adalah anakmu. Yang lain mengatakan: Tidak, anakmulah yang dibawa. Lalu mereka berdua meminta keputusan kepada Nabi Dawud as., lalu ia memutuskan untuk wanita yang lebih tua. Kemudian keluarlah keduanya menghadap Sulaiman bin Dawud as. dan menceritakan perkara itu kepadanya. Sulaiman berkata: Ambilkanlah pisau, aku akan membelahnya untuk kalian berdua. Maka berkatalah wanita yang lebih muda: Semoga Allah tidak merahmatimu (janganlah dia dipotong), ia adalah anaknya! Maka Sulaiman memutuskan untuk yang lebih muda. (Shahih Muslim No.3245)

 

Tidak ada satu muslim pun yang tidak pernah menjadi saksi. Saksi yang jelas nanti harus kita pertanggung jawabkan adalah saksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah

 

Renungan Pendek -Jakarta 06/04/09

Kamis, 02 April 2009

Beribadah Dengan Sombong

Untuk sebagian daerah di wilayah Jakarta , hari jum'at merupakan hari di serbunya masjid oleh para pedagang yang berjejer di area masjid untuk menjajakan barang dagangan sebelum maupun sesudah sholat jum'at. Saya beserta seorang teman berniat membeli celana 'cungkring' atau kalo orang betawi bilang celana panci sebagian lagi bilang celana tukang sate, maklum rata-rata tukang sate madura yang lewat dekat rumah celananya memang menggantung seperti  itu dari dulunya eh belakangan ini mereka disaingin sama orang-orang yang mau ke masjid. Kelihatannya era sarung mulai tergeser apalagi memakai celana tersebut ditempeli dalil jadi mantap deh.

 

Memang tradisi bisa mewabah melebihi penyakit malaria atau kolera seperti era gadget saat ini. Dalam hal berpakaianpun tidak jauh dari seperti itu dan kami salah satunya. Salah seorang teman sempat meledekin " ikut sunnah atau ikut-ikutan doang".  Saya tergerak untuk mengkonfirmasi dalil tersebut pertanyannya adalah ulama yang mana ? ulama yang mensunnahkan , bahkan ada juga yang mewajibkan  atau yang tidak. nampaknya jadi subjectif , tinggal masalah keberpihakan atau dengan kata lain gak jauh dari masalah ego

 

Sebagian ulama berpendapat di tinjau dari masalah sababul wurrud maka ini berkenanaan dengan kesombongan bukan tatacara berpakaian yang diharuskan , bunyi hadisnya adalah Hadis riwayat Ibnu Umar ra., Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak akan memandang orang yang menyeretkan pakaiannya dengan sombong. (Shahih Muslim No.3887) dan Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Ia melihat seorang lelaki menyeret kainnya, ia menghentakkan kakinya ke bumi, lelaki itu adalah pangeran (penguasa) Bahrain. Ia berkata: Pangeran datang, pangeran datang! Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan memandang orang yang menyeretkan kainnya dengan kecongkakan. (Shahih Muslim No.3893)

 

Karena hal ini sejalan dengan ayat-ayat didalam Al Qur'an seperti dalam surat Al Israa dan Lukman "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." ( Al Israa ayat 37)

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." ( Al Lukman ayat 31 )
 
Atau penekanan kalimat sombong dalam kaitannya dengan berpakaian dalam hadist yang lain seperti di riwayatkan Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa berlebihan dan sikap sombong." Riwayat Ahmad dan Abu Dawud. Hadits mu'allaq menurut Bukhari.

Terlepas dari itu semua saya memang senang dengan celana ini karena terlihat simple dan nyaman dipakainya dan tanpa saya sadari muncul perasaan bangga teman yang lain nyeletuk " loh kalo pake celana cungkringnya nyombang gimana ? bisa aja kan karena merasa udah melaksanakan sunnah, jadi belagak " Ustad Farid yang bisa memakai sarung menambahkan hadist d
ari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa menganggap besar dirinya dan bersikap sombong dalam berjalan, ia akan menemui Allah dalam keadaan amat marah kepadanya." Riwayat Hakim dan para perawinya dapat dipercaya. dan  dari Iyadl Ibnu Himar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri, sehingga tidak ada seorang pun menganiaya orang lain dan tidak ada yang bersikap sombong terhadap orang lain." Riwayat Muslim.
 
Jadi kesimpulannya orang awamnya,  mau pake celana cungkring atau tidak kalo nyombang mah masuk neraka, gitu aja mungkin , kalo gak percaya silahkan nyombong dan rasakan akibatanya nanti .....mudah-mudahan gak ngantuk bacanya