Rabu, 28 Januari 2009

Rentetan Definisi


"Yah kenapa ada orang yang senang, ada juga orang yang susah trus ada orang yang miskin , ada juga orang yang kaya, trus kita ini miskin apa kaya yah " tanyak anak saya yang masih berumur empat tahun. Berbagai definisi memang sering muncul dikepala anak-anak kita dari perlakuan lingkungan terhadap mereka dan berbagai kesenjangan menjadi seperti warna yang menimbulkan tanda tanya.
" emang kemaren kenapa yara nangis " jawab saya berusaha mencari suatu analogi yang memudahkan " habis adek jorokin Yara sih ", " Loh kok bisa adek Jorokin Yara emang Yara buat apa sama adek ?" tanya saya sambil tersenyum " kan Yara cuma gak kasih pinjam adek sepeda " kata anak saya sambil cemberut " Ya udah, sekarang ayah mau kasih Yara uang jajan, Yara senang gak ?" tanya saya memancing, dan anak saya cuma mengangguk " Tahu gak kenapa ayah ngasih Yara uang jajan ?" , " karena Yara uadh bantuin ayah bersihin halaman " sahutnya dengan kencang " benar , sekarang Yara bisa ngerti kenapa Yara jadi sedih dan kenapa Yara jadi senang, itu semua karena perbuatan Yara sendiri disamping kententuan Allah juga" kata saya menjelaskan semudah mungkin tapi tetap saja susah mencari padanan kata yang mudah dicerna, atau mungkin saya nya yang tidak bisa.
"Trus kita ini orang kaya apa orang miskin yah" tanya anak saya masih penasaran "orang miskin adalah hidup dalam kekurangan, sedangkan orang kaya adalah orang yang tidak merasa kekurangan, sekarang Yara merasa kekurangan gak ?" tanya saya yang juga menjadi jawaban atas pertanyaannya sendiri " nggak sih cuma si Emi kan udah punya sepeda warna biru trus katanya mau beli sepeda lagi warna merah, gimana tuh yah ", katanya penuh selidik " ya berarti Emi termasuk orang miskin " jawab saya singkat " tapi kan yah si Emi udah punya mobil kita belum , trus rumahnya gede lagi ". Saya terjebak dalam definisi kaya hati yang ingin saya sampaikan dengan gambaran akumulasi materi yang ada dikepala anak saya.
Selain menciptakan sesuatu yang berpasangan dalam hal yang setara Allah juga menciptakan pasangan yang bertolak belakang. Pasangan siang dan malam tentu tidak sama dengan pasangan susah dan senang atau pasangan laki-laki dan perempuan berbanding kaya dan miskin. Tentu saja benar anggapan orang bahwa tidak mungkin ada orang kaya tanpa adanya orang miskin , tetapi juga tidak bisa di pungkiri bahwa posisi kaya adalah pilihan sedangkan posisi miskin adalah akhiran artinya kenyataan yang harus dialami setelah tidak sanggup lagi memilih. Jika tanpa ada orang miskin maka orang kayak tidak akan ada , lalu kenapa semua orang memilih menjadi orang kaya ketimbang orang miskin. Tentu saja tidak ada jawabannya yang bisa menyenangkan hati karena semua hanyalah permainan istilah untuk mendefinisikan ketetapan Allah terhadap taqdir manusia.
Untuk itu saya ahiri saja wacana ini sama seperti saya mengahiri pertanyaan anak saya dengan mencium keningnya sambil berpesan kepadanya untuk selalu berdoa karena hanya doa yang bisa menyeimbangkan segala perbedaan dalam mengiringi setiap langkah dari usaha kita. Kisah-kisah para pemberani telah terpatri di kepala kita tentang bagaimana mereka mempersamakan segala kasta yang justru membuat posisi mereka selalu berbeda dimata kita.

Jangan Bilang Siapa-Siapa

Hari libur memang hari keluarga, waktu saya lebih banyak di habiskan dirumah. Siang itu sambil membaca surat kabar ibukota di beranda depan, tetangga sebelah rumah datang menyapa dan terjadilah percakapan. Di akhir percakapan tersebut, tetangga saya menceritakan sebuah rahasia, sebenarnya ini termasuk kategori gosip atau gibah tetapi saya tidak mau menyelanya biarlah Allah lah yang maha tahu, setelah menceritakan sesuatu yang dianggap rahasia tersebut, dia mengahiri dengan kata " tolong jangan bilang siapa-siapa entar kalo sampe ketelinga dia kan jadi gak enak". Saya hanya mengangguk tanpa memberikan konfirmasi lisan.
 
Di dalam perjalan kerumah yang berjarak tiga ratus meter dari masjid setelah menunaikan sholat Isya, Pak Hendi wakil ketua rukun tetangga/RT bercerita mengenai rahasia yang tadi pagi diceritakan tetangga saya dan di akhir cerita Pak Hendi berkata " ini rahasia diantara kita saja tolong gak usah dikasih tahu siapa-siapa" . Walaupun merasa ada yang janggal tetapi saya mengangguk saja untuk menyenangkan hatinya.
 
Mungkin inilah yang dinamakan rahasia umum, sesuatu yang dianggap rahasia tetapi masyarakat umum banyak yang sudah tahu, mungkin untuk ukuran negara sama seperti rahasia umum mengenai perilaku para wakil rakyat kita. cuma permasalahnnya kenapa mesti diembel-embeli kata "jangan bilang siapa-siapa " jika ternyata siapa-siapa tersebut akan mendapat giliran untuk disapa, ah...ada-ada saja.
 
"eh mau tahu suatu rahasia gak " sahut Helmi ketika mengembalikan buku yang di pinjam olehnya seminggu yang lalu . "Loh kan rahasia kok ngasih tahu saya " jawab saya sambil tersenyum dan menebak pasti ini rahasia yang sama seperti yang di ceritakan bapak-bapak tetangga kemaren " soalnya saya juga dikasih tahu secara rahasia mengenai rahasia ini" , balas Helmi " udahlah saya gak mau tahur" sahut saya dan Helmi justru semakin tidak tahan untuk menceritakan " terserah mau tahu atau ngga saya ceritain aja deh" katanya sambil terus mengoceh gak karuan, dan ternyata isi ceritanya sama saja...yah namanya juga rahasia umum hampir tidak beda dengan WC umum.
 

Selasa, 27 Januari 2009

Untuk Temanku Ardiyansah

Sambil berteduh disebuah halte bis, saya memandang kearah jalanan yang mulai tergenang air. Terlihat orang hilir mudik, ada yang sekedar mencari tempat berteduh, ada juga yang tetap berjalan santai dengan payung ditangan. Sekelompok pengamen bernyanyi di pojok kanan halte entah berusaha mempersiapkan lagu untuk penampilan berikutnya atau hanya sekedar menghibur diri. " Dunia ini....panggung sandiwara....ceritanya mudah berubah" alunan lagupun terdengar di iringi gitar dan beberapa alat musik buatan seperti galon air mineral yang berfungsi sebagai gendang.  
 
Entah mengapa pikiran saya tiba-tiba melayang jauh kemasa kecil sewaktu masih kelas satu sekolah dasar, memang tidak banyak yang bisa diingat dari peristiwa masakecil kecuali kilasan-kilasan yang cukup membekas termasuk kehilangan seorang teman. Ardiyansah nama teman saya tersebut. Sehari-hari dia tinggal bersama ibu dan seorang adik perempuan, sedangkan ayahnya jarang pulang karena bekerja sebagai nelayan memang membutuhkan waktu dua sampai tiga minggu untuk mencari ikan baru bisa mendarat dan menjual hasil tangkapan.
 
Ardiyansah sering sekali mengeluhkan ibu nya yang seperti tidak sayang kepadanya. Apapun tindakan nya yang kurang berkenan dihati sang ibu, maka dia selalu mendapat omelan bahkan tidak jarang mendapat pukulan dan hal tersebut tidak berlaku bagi adik perempuannya. Dia mengatakan bahwa nasibnya sama seperti dalam film Ratapan Anak Tiri yang kami tonton di dirumah tetangga seminggu sebelumnya, tetapi bedanya adalah bahwa ada atau tidaknya ayahnya perlakuannya tetap sama dan sang ayah hanya diam saja melihat ibu memarahinya walupun pada hal-hal sepele seperti telambat menimba air di sumur untuk mandi adiknya.
 
Sehari setelah keberangkatan ayahnya, Ardiyansah mendadak sakit panas tetapi dia berusaha mendiamkan karena menganggap penyakitnya hal biasa dan tetap mengerjakan rutinitas pekerjaan rumah yang menurut ukuran saya waktu itu terlalu berlebihan/overload. Setelah empat hari panasnya tidak juga turun dan kondisi badannya mulai melemah tetapi ibunya seperti tidak mau tahu dimana pekerjaan rumah tetap harus dikerjakan. Siang itu hujan turun sangat deras, adik perempuannya terjatuh dan terluka dan ibunya minta supaya dibelikan obat di warung. Sebenarnya kondisi Ardiyansah jauh lebih parah dari pada adiknya tapi ketidakmautahuan yang membuatnya jadi berbeda.
 
Ardiyansah memaksakan diri berjalan diantara guyuran hujan. Payung kecilnya tidak mampu menahan terpaan air hujan dari samping yang dibawa angin, sehingga sebagian tubuhnya basah , menggigil dan obat ditangannya jatuh. Mengetahui obat untuk anak perempuannya basah walaupun pada kenyataannya obat(merah) tersebut masih utuh karena kemasan dalam terbungkus plastik tetap saja omelan yang diterimanya, tetapi kali ini Ardiyansah menangis. Dia tidak tahu lagi kepada siapa dia mengabarkan rasa sakitnya, selain mulutnya yang bergumam memanjatkan doa dan tertidur di beranda depan rumahnya.
 
Ibu Ardiyansyah terdengar berteriak memanggilnya tetapi tidak ada suara sahutan, Ardiyansah tetap terbaring kaku. Temanku itu telah meninggalkan kami untuk selamanya, meninggalkan diskriminasi yang menimpanya, meninggalkan derita yang dideranya. Dia tidak mendapatkan toleransi dari penyakit demam berdarah menghinggapi tubuh kecilnya dan sang ayah tidak tahu kabarnya ada dimana ( maklumlah belum ada handpone seperti saat ini).
 
Dua minggu setelah ayahnya pulang, saya mendapatkan cerita bahwa Ardiyansyah adalah anak dari istri kedua ayahnya tetapi ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ibunya yang tidak rela dimadu melampiaskan amarahnya pada Ardiyansah, seorang anak yang tidak pernah tahu permasalahan orang tuanya. Sahabatku semua ironi ini masih sering terjadi dimanapun , terutama didesa-desa, dimana masalah ekonomi  sering memicu ketidak harmonisan. Tataplah mata anak-anak kita dan bercerminlah dipantulan airmatanya, siapatahu kita baru sadar ternyata kita adalah orang tua yang buruk rupa.
 

Kamis, 22 Januari 2009

Yang Tersentuh

Sentuhan seorang ibu memang bisa membuat ketenangan pada diri anak. Getaran cinta ibu mampu mengalir pada pori-pori kulit anak dan menembus hatinya, diam , damai tak terperi. Sebuah sentuhan bisa menggambarkan isi hati orang yang menyentuh, lihatlah bagaimana seorang pawang menjinakan seekor ular hanya dari sentuhan, begitu juga dengan binatang lainnya karena hanya bahasa tubuh itulah yang bisa melintasi berbagai mahluk seperti florist dengan bunga, seperti petani dengan padi dan nelayan dengan ikan yang di budidayakannya.

Jarak antara tempat kerja saya dan masjid cukup jauh, sehingga untuk sholat dzuhur sewaktu jam istirahat dan makan siang lebih cepat menggunakan sepeda motor yang menjadi alat transportasi harian. Kebetulan warung makanan berjejer di depan masjid sehingga sekali melangkah dua kepentingan terlampaui begitulah kira-kira kalo kita mau cocokan dengan peri bahasa.

Memang tidak pernah ada tarif parkir resmi didepan masjid tetapi biasanya orang memberi sebanyak seribu rupiah untuk sekali parkir (tidak ada hitungan waktu ). Saya sebenarnya jarang berbicara lama dengan tukang parkir tersebut, sebut saja namanya Saimin, tetapi setiap bertemu, saya sempatkan menjabat tangan atau paling tidak menyentuh pundaknya sambil menanyakan khabar, itu saja tidak lebih. Tetapi tindakan sederhana yang berasal dari sunnah Rasulullah tersebut cukup membekas di hatinya. Jika belum ada orang keluar atau masuk parkiran biasanya Saimin selalu duduk di sepeda motor saya.


Suatu hari sewaktu Saimin hendak memandu truk yang lewat depan masjid, ada yang coba mencuri motor saya, tetapi Saimin berhasil mengagalkan walau sang pencuri tidak berhasil di tangkap dan bodi motor saya sedikit retak karena sewaktu ketahuan, motor dibanting ke tanah lalu pencuri tersebut melarikan diri dengan rekannya yang mengendarai sepeda motor lain . Saimin minta maaf karena tidak bisa menjaga sepeda motor saya. Sambil menjabat tangannya, saya mengatakan bahwa sayalah yang mesti berterimakasih karena telah berhasil menggagalkan pencurian tersebut. Saimin hanya tersenyum sambil menyentuh pundak saya, itulah pertamakali dia yang menyentuh saya dan bisa saya rasakan sebuah rasa persahabatan.


Ada bahasa verbal yang ketika di ungkapkan bisa dimengerti setiap mahluk yang memiliki telinga, ada bahasa gerak ( Gesture ) atau mimik yang ketika di ungkapkan mungkin bisa di mengerti oleh semua mahluk yang memilki mata dan ada juga bahasa tubuh yaitu sentuhan yang ketika di ungkapkan bisa dirasakan oleh mahluk yang tidak memiliki telinga dan mata sekalipun tetapi bisa dirasakan oleh hati


Anas Ra berkata,"Kami bertanya kepada Rasulullah Saw, "Bila berjumpa sahabat (saudara seiman) apakah kita saling membungkuk?" Nabi Saw menjawab, "Tidak usah." Kami bertanya lagi, "Apakah berpelukan satu sama lain?" Nabi menjawab, "Tidak, tetapi cukup dengan saling bersalaman ." (HR. Ibnu Majah)

Senin, 19 Januari 2009

Doa Buat Sebuah Wacana

Dari Abu Hurairah rodhiallohu 'anhu berkata, Rasulullah sholallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kalian saling dengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jangan kalian membeli suatu barang yang (akan) dibeli orang. Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Alloh yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak layak untuk saling menzhalimi, berbohong kepadanya dan acuh kepadanya. Taqwa itu ada disini (beliau sambil menunjuk dadanya 3 kali). Cukuplah seseorang dikatakan jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Haram bagi seorang  muslim dari muslim yang lainnya, darahnya, hartanya, dan harga dirinya" (HR. Muslim)
 
Ada dua pertanyaan yang bertolak belakang dengan hanya satu jawaban. Pertanyaanya adalah apa yang membuat masyarakat Yahudi menjadi begitu kuat dan apa pula yang menyebabkan masyarakat Muslim begitu lemah. Jawabannya adalah kebersamaan atau rasa persaudaraan. Pilar Kekuatan masyarakat Yahudi dan menjadi kelemahan Masyarakat Muslim adalah ekonomi dan sains ( Ilmu Pengetahuan). Dan yang terakhir Kemampuan mereka yang yang menjadi ciri khas dan diakui secara historis oleh semua ummat yaitu kemampuan menciptakan konspirasi disetiap tindakannya ( Political Conspiracy ) atau kita sederhanakan dengan istilah Ahli Fitnah.
 
Tindakan jangka pendek mungkin sedikit telah kita kontribusikan dan saat ini masih dilakukan oleh saudara-saudara kita dalam membantu warga palestina, lalu apa tindakan jangka panjang ? apakah kita mesti menunggu bom kembali di jatuhkan lalu kita kembali turun kejalan berunjuk rasa dan berusaha menggalang dana ? atau kita mesti menyiapkan sebuah  wacana baru untuk menyaingi mereka di bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan ?, tentulah ini cerita jangka panjang, dan tentu saja juga menjadi bagian dari cerita kebersamaan yang telah jauh-jauh hari di indikasi oleh Rasulullah SAW.
 
Wacana-wacana lain mungkin telah tersebar di seantero dunia tentang apa yang mesti dilakukan, apakah memang benar kita akan melakukannya sementara berbagai resolusi berbagai negara di lembaga tinggi Internasional itu banyak yang di mentahkan di meja sidang dengan kekuatan sebuah konspirasi. Terkadang saya sempat berfikir apakah doa kita banyak yang di tolak karena kita masuk perangkap dari konspirasi masyarakat internasional Yahudi dimana darah kita dan anak-anak kita telah tercampur berbagai pola konsumsi mereka, gaya berfikir mereka , trend berbusana mereka dan mengutak atik tehnologi buatan mereka. Sungguh bagai cermin sebuah kemunafikan terselubung yang mungkin menyebabkan doa kita tidak pernah lagi menembus langit.  Memang telah lama kita mentoleransi semua itu atas nama sebuah peradaban.
 

Jumat, 16 Januari 2009

Torehan Tinta


" Semalam aku bermimpi.....aku bertemu ayah, tapi kok ayah diam saja......Dinda mau baju baru...soalnya baju Dinda ini udah jelek.....kata ibu ayah dinda sudah berada di tempat yang indah sekali ....tapi kok dinda nggak diajak yah......untuk ayah kalo nanti Dinda mimpi lagi ....Dinda mau ayah cerita sama Dinda tentang tempat ayah yang indah itu...oh ya ... ibu juga titip buat ayah"

kemudian anak ku maju mendapati gilirannya dan aku tidak bisa menahannya karena aku takut ada yang tersakiti, tapi aku juga tidak mau merusak kebahagiaan anakku

" Sekarang Yara lagi senang soalnya ayah baru beliin Yara sepeda baru......warnanya merah...bagus deh.....tapi ada syaratnya kata ayah Yara gak boleh nakal sama ade....trus harus patuh sama nasehat....ayah....ibu...mbah.....ibu guru....trus aku juga mesti rajin...terimakasih ayah insya Allah Yara jadi anak baik deh..."

Latihan membuat puisi yang lebih mirip surat curahan hati ini dalah salah satu kegitan taman kanak-kanak tempat anak saya. Sebelum berangkat kerja saya coba sempatkan melihat hasil coret-coretanya semalam dibantu ibunya

" Nama ku Mutiah di panggil Muti , aku tetangganya Yara jadi aku sering main sama Yara ......pas Yara dapat sepeda dari Ayahnya aku juga di kasih pinjam....kami main sama-sama...kami senang sekali..." cerita Muti sewaktu mendapat giliran.

Mutiah adalah salah satu anak asuh kami . Sebenarnya nasib Mutiah dan Dinda hampir sama yaitu keduanya telah di tinggal oleh ayahnya ( baca : meningal dunia ) bahkan nasib ibu Mutiah lebih lebih susah karena harus membiayai anak-anaknya yang berjumlah empat orang dengan berjualan nasi uduk dan siangnya mencuci lalu menyetrika di beberapa rumah tetangga. Sedangkan Dinda tinggal bersama neneknya, sementara ibunya bekerja di show room motor. Namun pembawaan setiap anak memang berbeda Mutiah memang selalu tampak gembira dan senyumnya tidak pernah lepas di bibir kecilnya. Banyak orang tidak mengetahui bahwa umur Mutiah sebenarnya menjelang enam tahun , tetapi keterbelakangan dan badannya yang kecil membuatnya tampak layak saja di bangku TK dan bergaul dengan anakku yang masih berumur empat tahun.

Goresan kepolosan yang mereka torehkan pada kertas putih suatu ketika akan berganti dengan goresan nasib dan tantangannya yang telah di hidangkan oleh Allah pada setiap hambanya. Torehan goresan tinta kita di hati mereka yang akan menjadi dasar mereka melangkah kedepan dan kita mesti siap bersaing dengan percikan tinta dari lingkungan dan pergaulannya kelak. Inilah amanah yang suatu ketika akan kita pertanggung jawabkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nama ayah, atas nama ibu ....atas nama orang tua.

Kamis, 15 Januari 2009

Nikmat yang Terlupakan


"Fabi ayyi 'ala 'irabbikuma tukazzibaan" kata Allah beberapa kali dalam surat Ar Rahman. Ada banyak nikmat Allah yang tidak bisa kita hitung tapi bisa kita rasakan, dan adakalanya nikmat itu baru bisa terhitung ketika kita berhenti merasakannya. Pak Sarmili sering berangan-angan memilki uang banyak, penghasilannya yang didapat saat ini dinilai masih kurang. Sebenarnya walaupun hidup dalam kesederhanaan Pak Sarmili bukan termasuk dalam orang yang kekurangan, bahkan dengan pekerjaan nya sebagai petugas kebersihan di Sekolah Dasar Negeri, Pak Sarmili bisa menyekolahkan ketiga anaknya.

" Seandainya saya mendapat uang seratus juta, mungkin cerita hidup saya agak sedikit berbeda " kata Pak Sarmili yang memandang kosong kedepan penuh dengan khayalan. Diantara jama'ah masjid Pak Sarmili termasuk orang rajin beribadah dan pandai bersosialisasi diantara masyarakat.

Ketika hendak mengantarkan anaknya yang bungsu kesekolah, Pak Sarmili di tabrak mobil sedan milik anak seorang pengusaha yang baru belajar mengendarai mobil. Anak bungsunya hanya cidera kecil tetapi Pak Sarmili terkena luka cukup parah di kepala , bahkan matanya mengalami luka cukup serius. Memang segala biayai pengobatan di tanggung oleh pengusaha, ayah anak yang menabrak tersebut, tetapi ada luka yang tidak bisa sembuh yaitu kedua mata Pak Sarmili.

Sebagai tanda bersalah dan keprihatinan pengusaha tersebut memberikan uang sebanyak seratus juta rupiah kepada Pak Sarmili diluar biaya pengobatan, dan biaya rawat inap dirumah sakit. Pak Sarmili hanya bisa menangis, Allah telah mengabulkan angan-angannya tetapi sebagai gantinya Allah mengambil sesuatu yang ketika dia ada dia jarang di syukuri sebagai nikmat.

"Hal jazaa'ul ikhsani illal ikhsan , Fabi ayyi 'ala 'irabbikuma tukazzibaan" Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula, maka nikmat Tuhan manalagi yang hendak kamu dustakan" (QS 55:60-61)

Selasa, 13 Januari 2009

Sedekah itu Yang Terbanyak atau yang Terbaik

Dari Hakim Ibnu Hazm Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tangan yang di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (penerima); dan mulailah dari orang-orang yang banyak tanggungannya; dan sebaik-baik sedekah ialah yang diambil dari sisa kebutuhan sendiri, barangsiapa menjaga kehormatannya Allah akan menjaganya dan barangsiapa merasa cukup Allah akan mencukupkan kebutuhannya." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Bukhari.
Kesederhanaan berfikir atau cara berfikir diluar kebiasaan orang kebanyakan ? pertanyaan itu sempat datang kekepala saya waktu itu melihat tingkah aneh Sugianto di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Tradisi berbelanja menjelang lebaran mungkin hampir semua umat muslim pernah merasakannya, termasuk kami yang waktu itu  masih duduk di bangku kelas tiga sekolah lanjutan tingkat atas. Sugianto, Kamin, Jaja, dan Ali yang kesehariannya adalah seorang pekerja sambil sekolah memang jarang meluangkan waktu ke pusat perbelanjaan seperti mall yang ada di Jakarta, sehingga moment menjelang lebaran  ini dimanfaat bersama-sama sebelum menginjak kampung halaman masing-masing.
 
Hari itu Sugianto berniat membeli kaos model kemeja mengganti yang lama yang mulai pudar warnanya. Cukup lama Sugianto di ruang ganti  mencoba beberapa model pakaian yang hendak di beli sementara rekan yang lain masih sibuk memilih. Ketika keluar dari ruang ganti Sugianto masih mengenakan pakian baru yang akan di belinya, saya mengira dia hendak menunjukkan kepada temannya yang lain tentang pilihannya tersebut, ternyata saya salah, dia berniat mengenakannya sampai pulang dan baju lama yang justru berada pada bungkus pakaian baru tersebut
 
Sewaktu hendak membayar pada kasir Sugianto berusaha menjelaskan " Mbak nih baju barunya sedang saya pakai , harganya belum saya copot kok , biar bisa langsung dipakai buat jalan-jalan " kata Sugianto sambil senyum-senyum sedangakan kasir cuma mesem-mesem melihat tingkah Sugianto dan saya berusaha menjauh belagak gak kenal . Sang kasir sempat kewalahan dan kebingungan karena barcode reader mengenai harga barang mesti di tembak pada krah baju yang di kenakan Sugianto dan tuh anak masih saja senyum-senyum merasa berhasil mengerjai si kasir.
 
Kami keluar Mall sambil tertawa melihat tingkah Sugianto yang memang tampak keren dengan baju barunya. Belum jauh kami melangkah seorang pengemis mendatangi kami. Sambil tersenyum Sugianto berkata " siapa yang berani mensedekahkan bungkusan yang ada ditangannya " . Tentu saja yang lain sewot soalnya bungkusan dia adalah pakaian lama sedangkan bungkusan kami adalah pakaian baru. " Jika tidak ada yang berani biar saya yang mulai " ejek Sugianto sambil memberikan bungkusan pakaian dan beberapa lembar ribuan kembalian dari membeli pakaian tadi.
 
Bersedekah memang sangat dianjurkan dan tidak pernah ada batasan dari sebuah sedekah selain ke ikhlasan yang menyertainya. Ada yang ikhlas meyedekahkan seluruh hartanya, ada yang ikhlas menyedekahkan sebahagian, seperempat, seperdelapan, ada juga yang hanya ikhlas menyedekahkan sedikit sisa dari hartanya dan ada juga hanya mengikhlaskan senyumannya sebagai sedekah. Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya kalian tidak akan cukup memberi manusia dengan harta kalian, tetapi kalian akan cukup memberikan kepada mereka dengan wajah yang berseri dan akhlak yang baik." Riwayat Abu Ya'la. Hadits shahih menurut Hakim.
 

Senin, 12 Januari 2009

Ketika Ketidak Cocokan Datang

Lebih dari seribu empat ratus tahun kitab itu beredar di masyarakat, dari goresan diatas percah kain, lembaran kayu, maupun yang bersemayam di ingatan para pionir agama ini yang terpisah-pisah sampai disatukan dalam sebuah mahakarya. Ragam penafsiran telah tersebar dalam berbagai bahasa yang berarti berbagai macam pula pemikiran orang terhadapnya dan hal itu wajar  karena jika pemikiran semua orang sama tentu tidak ada lagi yang mau berfikir. Disisi lain kadangkala kita susah membuka diri bagi pemikiran orang lain ( open minded difficulty ), termasuk pasangan kita sendiri.
 
Suatu hari,  sekitar tujuh belas tahun yang lalu, jauh kami  tersasar di salah satu desa di Sukabumi mencari alamat seorang teman, tapi di tengah perjalanan kertas alamat tersebut tercecer hilang dan yang teringat hanya nama desa yang dituju  yaitu desa gamping. Satu persatu orang  yang lewat didesa tersebut di tanya tapi tak satupun yang mengenal orang yang bernama Ahmad Sugianto. Kami memutuskan untuk mencari tempat istirahat dan sebaik-baiknya tempat istirahat bagi yang tersasar adalah masjid. Mungkin jika alat komunikasi telah canggih seperti sekarang, hal ini tentu tidak terlalu merepotkan.
 
Masjid yang akan kami tuju ternyata ramai oleh para peserta pengajian yang mengadakan acara maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam. Ada sedikit harapan siapa tahu diantara kerumunan orang tersebut kami menemukan orang kami cari yaitu Sugianto karena hampir seminggu dia tidak masuk sekolah, dan terdengar kabar kalau dia pulang ke Sukabumi, tempat orang tuanya.
 
Nasib baik berpihak kepada kami, diantara kerumunan pedagang yang menjajakan dagangan kepada jama'ah masjid, terlihat seorang lelaki kurus agak kriting menggendong anak kecil sambil menjajakan kue-kue basah dalam sebuah nampan, tidak salah lagi laki-laki adalah Ahmad Sugianto yang kami cari dan kami pun menghampirinya dengan gembira.
 
Sugianto kaget sewaktu mengtahui kalau kami jauh-jauh ke Sukabumi hanya untuk melihat keadaannya. Dengan raut muka yang tampak sedih dia bercerita bahwa orang tuanya baru saja bercerai setelah sang ibu tahu kalo ayahnya menikah lagi. Adik-adik nya yang masih kecil tampak kebingungan karena kurang mengerti permasalahannya tetapi yang jelas sejak saat itu ayahnya tidak pernah lagi menampakkan diri. Sugianto menjelaskan bahwa dia mungkin masih akan tinggal disana beberapa hari menghibur adik-adiknya. Di Jakarta sendiri Sugianto bekerja sebagi petugas kebersihan asrama mahasiswa di dekat sekolah, karena sekolah kami memang masuk siang dan dia mendapat keringanan untuk bisa sekolah dan melanjutkan pekerjaannya pada sore harinya.
 
Perceraian adalah sesuatu yang tidak hanya di benci oleh Allah tetapi juga oleh anak-anak yang menjadi korban. Jika pada sebagian orang ada yang berpisah dari pasangannya karena maut, maka sebahagian yang lain berpisah karena merasa tidak ada kecocokan lagi, namun diluar itu rasa yang jauh lebih sakit akan dialami oleh anak-anak kita sesuatu yang dimanahkan Allah kepada kita tanpa perlu embel-embel cocok atau tidaknya kita terhadap pasangan kita masing-masing.