Senin, 12 Januari 2009

Ketika Ketidak Cocokan Datang

Lebih dari seribu empat ratus tahun kitab itu beredar di masyarakat, dari goresan diatas percah kain, lembaran kayu, maupun yang bersemayam di ingatan para pionir agama ini yang terpisah-pisah sampai disatukan dalam sebuah mahakarya. Ragam penafsiran telah tersebar dalam berbagai bahasa yang berarti berbagai macam pula pemikiran orang terhadapnya dan hal itu wajar  karena jika pemikiran semua orang sama tentu tidak ada lagi yang mau berfikir. Disisi lain kadangkala kita susah membuka diri bagi pemikiran orang lain ( open minded difficulty ), termasuk pasangan kita sendiri.
 
Suatu hari,  sekitar tujuh belas tahun yang lalu, jauh kami  tersasar di salah satu desa di Sukabumi mencari alamat seorang teman, tapi di tengah perjalanan kertas alamat tersebut tercecer hilang dan yang teringat hanya nama desa yang dituju  yaitu desa gamping. Satu persatu orang  yang lewat didesa tersebut di tanya tapi tak satupun yang mengenal orang yang bernama Ahmad Sugianto. Kami memutuskan untuk mencari tempat istirahat dan sebaik-baiknya tempat istirahat bagi yang tersasar adalah masjid. Mungkin jika alat komunikasi telah canggih seperti sekarang, hal ini tentu tidak terlalu merepotkan.
 
Masjid yang akan kami tuju ternyata ramai oleh para peserta pengajian yang mengadakan acara maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam. Ada sedikit harapan siapa tahu diantara kerumunan orang tersebut kami menemukan orang kami cari yaitu Sugianto karena hampir seminggu dia tidak masuk sekolah, dan terdengar kabar kalau dia pulang ke Sukabumi, tempat orang tuanya.
 
Nasib baik berpihak kepada kami, diantara kerumunan pedagang yang menjajakan dagangan kepada jama'ah masjid, terlihat seorang lelaki kurus agak kriting menggendong anak kecil sambil menjajakan kue-kue basah dalam sebuah nampan, tidak salah lagi laki-laki adalah Ahmad Sugianto yang kami cari dan kami pun menghampirinya dengan gembira.
 
Sugianto kaget sewaktu mengtahui kalau kami jauh-jauh ke Sukabumi hanya untuk melihat keadaannya. Dengan raut muka yang tampak sedih dia bercerita bahwa orang tuanya baru saja bercerai setelah sang ibu tahu kalo ayahnya menikah lagi. Adik-adik nya yang masih kecil tampak kebingungan karena kurang mengerti permasalahannya tetapi yang jelas sejak saat itu ayahnya tidak pernah lagi menampakkan diri. Sugianto menjelaskan bahwa dia mungkin masih akan tinggal disana beberapa hari menghibur adik-adiknya. Di Jakarta sendiri Sugianto bekerja sebagi petugas kebersihan asrama mahasiswa di dekat sekolah, karena sekolah kami memang masuk siang dan dia mendapat keringanan untuk bisa sekolah dan melanjutkan pekerjaannya pada sore harinya.
 
Perceraian adalah sesuatu yang tidak hanya di benci oleh Allah tetapi juga oleh anak-anak yang menjadi korban. Jika pada sebagian orang ada yang berpisah dari pasangannya karena maut, maka sebahagian yang lain berpisah karena merasa tidak ada kecocokan lagi, namun diluar itu rasa yang jauh lebih sakit akan dialami oleh anak-anak kita sesuatu yang dimanahkan Allah kepada kita tanpa perlu embel-embel cocok atau tidaknya kita terhadap pasangan kita masing-masing.