" Semalam aku bermimpi.....aku bertemu ayah, tapi kok ayah diam saja......Dinda mau baju baru...soalnya baju Dinda ini udah jelek.....kata ibu ayah dinda sudah berada di tempat yang indah sekali ....tapi kok dinda nggak diajak yah......untuk ayah kalo nanti Dinda mimpi lagi ....Dinda mau ayah cerita sama Dinda tentang tempat ayah yang indah itu...oh ya ... ibu juga titip buat ayah"
kemudian anak ku maju mendapati gilirannya dan aku tidak bisa menahannya karena aku takut ada yang tersakiti, tapi aku juga tidak mau merusak kebahagiaan anakku
" Sekarang Yara lagi senang soalnya ayah baru beliin Yara sepeda baru......warnanya merah...bagus deh.....tapi ada syaratnya kata ayah Yara gak boleh nakal sama ade....trus harus patuh sama nasehat....ayah....ibu...mbah.....ibu guru....trus aku juga mesti rajin...terimakasih ayah insya Allah Yara jadi anak baik deh..."
Latihan membuat puisi yang lebih mirip surat curahan hati ini dalah salah satu kegitan taman kanak-kanak tempat anak saya. Sebelum berangkat kerja saya coba sempatkan melihat hasil coret-coretanya semalam dibantu ibunya
" Nama ku Mutiah di panggil Muti , aku tetangganya Yara jadi aku sering main sama Yara ......pas Yara dapat sepeda dari Ayahnya aku juga di kasih pinjam....kami main sama-sama...kami senang sekali..." cerita Muti sewaktu mendapat giliran.
Mutiah adalah salah satu anak asuh kami . Sebenarnya nasib Mutiah dan Dinda hampir sama yaitu keduanya telah di tinggal oleh ayahnya ( baca : meningal dunia ) bahkan nasib ibu Mutiah lebih lebih susah karena harus membiayai anak-anaknya yang berjumlah empat orang dengan berjualan nasi uduk dan siangnya mencuci lalu menyetrika di beberapa rumah tetangga. Sedangkan Dinda tinggal bersama neneknya, sementara ibunya bekerja di show room motor. Namun pembawaan setiap anak memang berbeda Mutiah memang selalu tampak gembira dan senyumnya tidak pernah lepas di bibir kecilnya. Banyak orang tidak mengetahui bahwa umur Mutiah sebenarnya menjelang enam tahun , tetapi keterbelakangan dan badannya yang kecil membuatnya tampak layak saja di bangku TK dan bergaul dengan anakku yang masih berumur empat tahun.
Goresan kepolosan yang mereka torehkan pada kertas putih suatu ketika akan berganti dengan goresan nasib dan tantangannya yang telah di hidangkan oleh Allah pada setiap hambanya. Torehan goresan tinta kita di hati mereka yang akan menjadi dasar mereka melangkah kedepan dan kita mesti siap bersaing dengan percikan tinta dari lingkungan dan pergaulannya kelak. Inilah amanah yang suatu ketika akan kita pertanggung jawabkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nama ayah, atas nama ibu ....atas nama orang tua.