Doa adalah sebuah keinginan yang hendak di panjatkan kepada yang tak berhingga dan yang maha meliputi segala sesuatu, sehingga keinginan kepada sesama mahluk tidak bisa disebut sebagai doa. Dalam makna luas jawaban sebuah doa bisa berubah menjadi ketetapan ketika memasuki wilayah sunnatullah. Kita mengistilahkan sunnatullah sebagai hukum alam, dan kita mengenal banyak sekali hukum alam seperti hukum sebab akibat, hukum gravitasi bumi, hukum kekekalan energi, dan seterusnya. Didalam bukunya "The Screet" Rhonda Byrne menyebutkan bahwa ketika kita menginginkan sesuatu yang kita siratkan dalam hati dan kita fokuskan dengan fikiran maka apa yang kita fikirkan akan tertarik kearah kita, dia meyebutnya sebagai hukum tarik menarik (The law Of Attraction), hal senada juga dinyatakan oleh Erbe Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas.
Terkabulnya sebuah keinginan jika dipandang dari sudut agama harus melewati berbagai kriteria dan prosedur seperti ketaqwaan, waktu berdoa, tempat berdoa dan sebagainya ,tatacara seperti ini memang ada pada semua agama dan banyak doa-doa dari para pemuka agama tersebut terkabul walaupun tuhan yang diyakini mereka berbeda-beda. Pertanyaannya adalah siapa yang mengabulkan doa tersebut ?
Di dalam hadist qudsi Allah SWT menyatakan bahwa " Aku tergantung bagaimana anggapan / prasangka hamba ku" dan "mintalah kepadaku maka akan aku kabulkan". Allah tidak pernah mensyaratkan terkabulnya sebuah doa tetapi kitalah yang membuat aturan-aturan tersebut yang mengakibatkan seperti ada jarak diantara kita. Disamping itu kita sudah dibiasakan memakai doa-doa yang sudah ada, walupun kita banyak tidak mengerti artinya tetapi tetap saja kita panjatkan. Doa tidak lagi berasal dari keinginan hati yang paling dalam tetapi berubah menjadi ritualitas. Jadi salahkah Allah SWT tidak mengabulkan doa kita ? dan lebih mengabulkan doa-doa umat lain ?. Ketika keyakinan kita akan terkabulnya doa sangat tinggi, bisa jadi apa yang disebut sebagai hukum tarik menarik menjadi kenyataan. Erbe Sentanu dalam Quantum Ikhlas menyebutkan bahwa ketika seseorang berkeinginan kaya tetapi hatinya mengatakan tidak mungkin , maka yang terjadi adalah dia tidak mungkin kaya, karena tuhan lebih melihat apa yang ada dihati ketimbang yang di niatkan didalam fikiran. Sama seperti ketika seseorang sakit dan dia berkeinginan sembuh sambil membayangkan bagaimana suasana ketika dia sembuh maka kesembuhan akan datang kepadanya, sebaliknya ketika orang tersebut menginginkan sembuh tetapi yang dia rasa dan bayangkan adalah penyakitnya maka penyakitnya yang akan terus mendatanginya. sehingga bisa disimpulkan bahwa sebuah doa harus disertai dengan keyakinan bahwa doa tersebut pasti terkabul.
Jawaban sebuah doa sebenarnya sudah ada bahkan sewaktu kita berdoa, karena Allah terlepas dari dimensi waktu. Apa yang menurut kita kemaren, hari ini, esok lusa adalah sekarang bagi Allah SWT, bahkan semenjak kita lahir sampai kita meninggal dunia hanya beberapa menit bagi ukuran malaikat, karena satu hari di alam malakut (alam malaikat) sama dengan 1000 tahun alam dunia. Ketika Allah SWT mengatakan "Kun fa yakun" tidak bisa kita artikan 'terjadi maka terjadilah' akan tetapi 'terjadi maka berproseslah agar menjadi', sama seperti ketika Allah berkata "kun" kepada janin maka kata "fa yakun" terjadi sembilan bulan kemudian bagi ukuran kita. Kembali ke pada masalah doa, jadi ketika kita berdoa berprasangka baiklah kepada Allah bahwa doa kita telah dikabulkan karena memang jawaban atas doa kita telah tersedia.
Terkabulnya sebuah keinginan jika dipandang dari sudut agama harus melewati berbagai kriteria dan prosedur seperti ketaqwaan, waktu berdoa, tempat berdoa dan sebagainya ,tatacara seperti ini memang ada pada semua agama dan banyak doa-doa dari para pemuka agama tersebut terkabul walaupun tuhan yang diyakini mereka berbeda-beda. Pertanyaannya adalah siapa yang mengabulkan doa tersebut ?
Di dalam hadist qudsi Allah SWT menyatakan bahwa " Aku tergantung bagaimana anggapan / prasangka hamba ku" dan "mintalah kepadaku maka akan aku kabulkan". Allah tidak pernah mensyaratkan terkabulnya sebuah doa tetapi kitalah yang membuat aturan-aturan tersebut yang mengakibatkan seperti ada jarak diantara kita. Disamping itu kita sudah dibiasakan memakai doa-doa yang sudah ada, walupun kita banyak tidak mengerti artinya tetapi tetap saja kita panjatkan. Doa tidak lagi berasal dari keinginan hati yang paling dalam tetapi berubah menjadi ritualitas. Jadi salahkah Allah SWT tidak mengabulkan doa kita ? dan lebih mengabulkan doa-doa umat lain ?. Ketika keyakinan kita akan terkabulnya doa sangat tinggi, bisa jadi apa yang disebut sebagai hukum tarik menarik menjadi kenyataan. Erbe Sentanu dalam Quantum Ikhlas menyebutkan bahwa ketika seseorang berkeinginan kaya tetapi hatinya mengatakan tidak mungkin , maka yang terjadi adalah dia tidak mungkin kaya, karena tuhan lebih melihat apa yang ada dihati ketimbang yang di niatkan didalam fikiran. Sama seperti ketika seseorang sakit dan dia berkeinginan sembuh sambil membayangkan bagaimana suasana ketika dia sembuh maka kesembuhan akan datang kepadanya, sebaliknya ketika orang tersebut menginginkan sembuh tetapi yang dia rasa dan bayangkan adalah penyakitnya maka penyakitnya yang akan terus mendatanginya. sehingga bisa disimpulkan bahwa sebuah doa harus disertai dengan keyakinan bahwa doa tersebut pasti terkabul.
Jawaban sebuah doa sebenarnya sudah ada bahkan sewaktu kita berdoa, karena Allah terlepas dari dimensi waktu. Apa yang menurut kita kemaren, hari ini, esok lusa adalah sekarang bagi Allah SWT, bahkan semenjak kita lahir sampai kita meninggal dunia hanya beberapa menit bagi ukuran malaikat, karena satu hari di alam malakut (alam malaikat) sama dengan 1000 tahun alam dunia. Ketika Allah SWT mengatakan "Kun fa yakun" tidak bisa kita artikan 'terjadi maka terjadilah' akan tetapi 'terjadi maka berproseslah agar menjadi', sama seperti ketika Allah berkata "kun" kepada janin maka kata "fa yakun" terjadi sembilan bulan kemudian bagi ukuran kita. Kembali ke pada masalah doa, jadi ketika kita berdoa berprasangka baiklah kepada Allah bahwa doa kita telah dikabulkan karena memang jawaban atas doa kita telah tersedia.