Sudah lama kami tidak berkunjung kerumah Pak Soleh, guru agama sewaktu masih sekolah dulu. Sekarang Pak Sholeh sudah pindah ke Ciawi, Bogor dan mengajar di sekolah madrasah disana sambil membuka pengajian pada sore harinya. Lebaran adalah susana yang sangat tepat untuk memperkokoh kembali tali silaturahmi, kebetulan hari itu saya beserta Sugianto, Ali, Kamin dan Jaja baru pulang dari rumah teman di Cipayung, Bogor, maka seperti kata pepatah ' sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui ' kami pun mampir ke rumah Pak Soleh. " Assalamu'alaikum, ada Pak Sholeh " sapa kami kepada seorang pemuda di depan rumah Pak Soleh, mungkin tetangga atau saudaranya. " Wa'alaikum salam, Pak Soleh masih ada di musholah belakang belum pulang dari menunaikan sholat Dzuhur" jawab pemuda tadi. " Ya udah sekalian saja kita ke musholah, kita kan belum sholat Dzuhur " Kata Jaja yang di iyakan oleh yang lain. Setelah di tunjuki arah kemusholah kamipun permisi kepada pemuda tadi.
Sewaktu kami tiba, Pak Soleh masih sholat, dan kamipun berwudhu lalu sholat berjama'ah sendiri, tidak bermakmum pada Pak Soleh karena takut mengganggu kekhusyu'annya disamping itu kami juga mengira dia saat itu sedang sholat sunnah ba'da Dzuhur karena tidak ada orang lain disana. Ternyata setelah kami selesai sholat, Pak sholeh masih belum selesai juga. Antara berdiri, rukuk, sujud dan duduk iftirasy sama lamanya. Setelah selesai kami menghampirinya dan Pak sholeh sempat kaget sewaktu bertemu kami , murid lamanya. " Tadi kami datang Pak Soleh masih sholat ..eh pas kami selesai sholat Pak Soleh masih belum selesai juga " kata Sugianto menerangkan waktu kedatangan kami. " Tadi waktu berjama'ah ada banyak kepentingan jama'ah yang harus kita kedepankan, padahal perasaan ingin berdua itu belum hilang ,nah sholat sunnah adalah waktunya " kata Pak Soleh menerangkan, " Loh bukannya sholat sudah ada bacaannya " tanya Jaja penasaran " benar tapi sholat bukan sekedar membaca tapi juga merasakan, jika ingin khusyu' jangan membaca sebelum merasakan ketenangan dan merasa seperti berhadapan dengan sesuatu, sebenarnya tidak ada bacaan disana yang ada hanyalah pujian dan doa dan salah satu adab dari memuji dan berdoa adalah tidak tergesa-gesa " kata Pak Soleh dengan tenang sambil tersenyum memegang pundak si Jaja.
"maling..maling.." teriak penduduk diluar musholah yang sedang mengejar seorang pencuri, kami keluar untuk melihat dan ternyata pencuri itu telah tertangkap. Dia ketahuan hendak mencuri sepeda motor yang di parkir di depan rumah seorang warga. " Ampun pak...ampun..tolong jangan pukul saya..." keluh si pencuri yang di hajar masa, utung ada hansip yang mengamankannya untuk di bawa ke pos polisi terdekat. Pak Soleh memangdang kearah kami " Pernahkan kalian melihat ada yang minta ampun seperti itu kepada Allah ?" tanya Pak Soleh. " Mungkin nanti kalau sudah masuk neraka baru minta ampun kayak gitu Pak...sekarang sih gak ada ..lagi pula nanti kelihatan aneh lagi Pak" jawab Kamin. Pak Soleh hanya tersenyum mendengarnya " Tuhan memang belum menjadi sesuatu yang nyata bagi sebagian orang, laksana patung yang disembah dan diam dalam kesendirianNya, itulah sebabnya dalam agama Islam , Allah tidak bisa dipersepsikan dengan segala sesuatu laitsa kamitslihi sai'uun, DIA maha melihat apa kita perbuat, masalahnya apa yang kita sebut sebagai keimanan itu adalah keyakinan atau sekedar pernyataan" kata Pak Soleh menerangkan sama seperti waktu dikelas.
Dari musholah kami menuju rumahnya, " Bu nih ada tamu, murid bapak dulu " kata Pak Soleh kepada istrinya " tolong siapin makan siang bu biar sekalian makan sama anak-anak ini " pinta Pak Soleh, " Pak tadi , waktu kepasar dompet ibu jatuh jadi gak sempat belanja deh, ada sayur tahu doang beli dari Kang Karyan yang biasa lewat, tapi masih ngutang" desah istrinya pelan, tapi kami masih bisa kami dengar " Ya sudah gak apa-apa hidangkan apa yang ada sajalah, yang penting bisa menjamu tamu kita bu" sahut Pak Soleh menenangkan istrinya. Baru saja makanan di hidangkan pintu diketuk " Bu ...ini masakan yang saya bilang tadi tolong dicicipin ya...kalau gak enak diem-diem aje namanya juga lagi belajar " kata Ibu muda yang datang membawa semangkok opor Ayam " Terimakasih Bu Rina..jadi repot-repot, kan tadi cuma bercanda " sahut istrinya Pak Soleh yang kemudian masuk menghidangkan opor tadi kehadapan kami " Nih ada tambahan rezeki, silahkan di coba " katanya sambil masuk kedalam. Pak Soleh hanya diam, dia tidak berusaha menasehati kami padahal apa yang kami saksikan adalah salah satu cara kerja Allah terhadap hambaNya, mungkin Pak Soleh ingin kami menelaah sendiri kejadian tersebut atau dia tidak ingin ujub dalam kedekatannya dengan Sang maha pencipta.
Kami pulang dari rumah Pak Soleh sehabis sholat Ashar dan menuju perapatan Ciawi menuju kampung rambutan. Kami menunggu bis di dekat sebuah klinik 24 jam karena disana tidak ada pemberhentian bis. Kami menunggu bis dari arah Sukabumi yang menuju Kampung rambutan atau Pulo Gadung. " Bu ani nemu dompet dipasar " teriak seorang anak perempuan kepada seorang ibu yang sedang menggendong anak kecil " Alhamdulillah ternyata ada juga rezeki untuk berobat, tapi yang punya siapa nanti dia nyariin lagi" kata sang ibu kepada anaknya " Gak ada apa-apa bu ini mah dompet belanja doang, " kata anak tersebut sambil memberikan dompet itu kepada ibunya. " mmm iya sih cuma ini ada fotonyanya di plastik luar mungkin ibu ini yang punya dia kali yah, ya udhlah tak pinjam dulu deh nanti biar Allah yang ganti" kata ibu tersebut sambil memasukan dompet tersebut kekantongnya, saya sempat melihat wajah di cover luar dompet itu samar seperti wajah istrinya Pak Soleh, tapi kami hanya diam saja , sesuatu berkecamuk didada, antara mendiamkan atau melibatkan diri dalam masalah tersebut dan kami memilih mendiamkan.
Sampai menjelang maghrib kami belum juga mendapat bis, kalaupun ada selalu saja penuh, mungkin Allah tengah mendiamkan kami karena hanya diam saja ketika mengetahui ada sesuatu yang bisa diluruskan fikir kami. Sehabis sholat maghrib kami mencari alternatif lain yaitu menuju terminal Baranangsiang untuk langsung ke Pulo gadung, akhirnya kami baru dapat bis setelah Sholat isa lewat terminal Baranangsiang Bogor. dan sampai dirumah jam 9 malam, saat itu kami telah berburuk sangka kepada Allah karena mengira Allah telah menghukum kami ternyata ayah saya sampai jam 10 malam masih terjebak di tol jakarta-Bogor sepulang dari Bandung sejak jam 2 siang. Dia mengatakan telah terjadi kemacetan total karena ada tabrakan antara truck dan minibus.
Keeseokan harinya saya menelpon Pak Soleh dan menceritakn kejadian kemaren sepulang kami dari rumahnya. " Sudah lupakan saja masalah dompet itu kami sudah mengikhlaskannya dan ternyata ada yang lebih membutuhkannya, untuk kalian semua satu yang bapak pesan yaitu jangan pernah meletakkan Allah dikepala kalian melalui apa-apa yang kalian fikirkan tapi letakkanlah dihati kalian Karena Allah dekat dengan nurani orang-orang yang beriman, karena orang yang benar memandang Allah didalam sholatnya insyaAllah akan benar pula memandang Allah di luar sholatnya " katanya diujung telepon dan saya hanya mengiyakan dari jauh.
Saat ini ketika saya berhadapan denganNya, saya tidak lagi pernah memfokuskan fikiran, karena semakin fikiran di fokuskan semakin berontaklah dia, bahkan selama sholat kita tidak lagi fokus kepada Allah tetapi lebih sering fokus pada bagaimana caranya khusyuk, sama seperti orang yang terburu-buru sholat hanya untuk mendengarkan ceramah yang berisi bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah, padahal dia baru saja mengabaikan Allah lewat sholatnya. Sholat bukanlah membaca tapi memuji dan berdoa, sholat adalah merasa, sholat adalah kepasrahan bukan ketergesa-gesaan inilah ibadah yang pertamakali dihisab di yaumil akhir.