Minggu, 07 Juni 2009

Persaudaran


Diantara hiruk pikuk kendaran bermotor dan debu yang berterbangan, seorang penjual koran menghampri kami yang sedang menunggu bis menuju arah Tanah Abang. Beberapa koran ibu kota menampilkan headline yang berbeda, ada yang bernuansa politik, ekonomi dan ada juga yang menampikan berita kriminal, dan berita ini memang khas ibu kota yang penuh dengan kekerasan. Ugeng membeli koran jenis terakhir itu karena model seperti itu yang paling murah. "Seorang Adik tega membunuh kakak kandungnya sendiri" , di tulis dengan cetakan tebal dan besar, dengan standar bahasa sehari-hari. Berita mengenai pembunuhan , tipu-menipu atau tindak kekerasan diantara saudara sering kita temui didalam surat kabar atau media informasi harian.

" Innamal mu'minuna ikhwatun....Sesama umat muslim adalah bersaudara..." kata seorang ustadz yang sedang mengisi kajian ba'da dzuhur di salah satu masjid yang sedang membahas bantuan ke saudara kita yang ada di Palestina. Saya dan Ugeng tidak menyempatkan diri mendengar ceramah tersebut karena ada hal lain yang mesti dikerjakan. " Saudara jangan macam-macam...." tiba-tiba terdengar suara keributan beberapa meter di luar masjid dan segera dipisahkan warga dan kami hanya menyaksikan dari jauh. Karena haus kami cari tukang penjaja minuman dekat rumah makan padang. Di rumah makan itu sedang di putar berita siang "Saudara sebangsa dan setanah air, marilah kita pererat persatuan...." kata seseorang didalam kotak ajaib yang bernama televisi tersebut. Lengkap sudah kata "Saudara" dalam berbagai variasi rasa yang menghampiri kami hari itu, lalu apa makna kata itu sebenarnya ?

Tak kenal maka tak sayang, kata peribahasa. Bagaimana kita bisa menganggap seseorang itu saudara kita jika kita sulit menyayanginya dan rasa sayang sulit timbul apabila kita tidak mengenalnya. Rasa sayang berbeda dengan rasa kasihan. Rasa kasihan bisa muncul kapan dan dimana saja. Rasa perduli kepada sesama lebih dekat kepada rasa kasihan ketimbang rasa sayang. Perhatikan anak-anak kita yang sedang berlari, keluarga yang sedang tersenyum kepada kita dengan saudara muslim yang sedang lewat didepan rumah kita, Samakah ? bahkan sewaktu sholat dimasjid banyak dari jama'ah yang tidak kita kenal dan kitapun tidak berniat untuk mengenal mereka, karena jarang ditemui ada orang yang dengan sengaja berkenalan denagn sesama jama'ah setelah selesai sholat, karena kita berfikir , untuk apa ? dan kalaupun terjadi perkenalan itu adalah tanpa sengaja.

Kita mengenal para Ustadz yang biasa memberikan tausiah kepada kita tetapi belum tentu beliau-beliau itu kenal kepada kita. Ada diantara kita yang mengagumi bahkan sangat mengkultuskan ustadznya sampai ketika ada yang menghina dia merasa sangat tersinggung, pertanyaannya apakah sang ustadz yang dibela seperti itu sikapnya terhadap jama'ahnya, artinya ketika ada yang menghina lalu beliau mati-matian membela , Wallahu 'alam

Memang masih banyak ajaran Islam yang masih bersifat wacana, seperti khusyuk itu wacana, keikhlasan itu wacana, ikhsan itu wacana, masyarakat madani itu wacana dan masih banyak wacana-wacana lainnya yang pada masa Rasulullah adalah sebuah kebiasaan harian. Mungkin ada sebagian dari saudara kita yang telah menarapkannya, didalam keluarganya, didalam kelompoknya dan didalam jama'ahnya, mudah-mudahan suatu ketika kita termasuk didalamnya

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian saling hasut, saling najsy (memuji barang dagangan secara berlebihan), saling benci, saling berpaling, dan janganlah sebagian di antara kalian berjual beli kepada orang yang sedang berjual beli dengan sebagian yang lain, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak menganiaya, tidak mengecewakannya, dan tidak menghinanya. Takwa itu ada disini -beliau menunjuk ke dadanya tiga kali- Sudah termasuk kejahatan seseorang bila ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim bagi muslim lainnya adalah haram baik darahnya, hartanya dan kehormatannya." Riwayat Muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar