Senin, 08 Juni 2009

Mandi Kambing


Bercanda dengan binatang mungkin banyak dilakukan orang tetapi dicandai binatang seperti sebuah kemalangan rasanya, kisah ini berlangsung sembilan tahun yang lalu yaitu tahun 2000, tahun kegemilangan katanya, sampai orang saat itu membuat istilah Y2K.

Desa Kahuripan yang terletak sekitar 5 kilometer dari darmaga Bogor, atau 2 Kilo meter dari Curug Nangka adalah lokasi tempat tinggal kakeknya Dedi, teman kuliahku dulu. Kami biasa memanggil kakeknya dengan sebutan Ki anta. Sekitar tahun 1995 aku pertamakali diajak kesana memandu Anak Sekolah Menengah Atas mengadakan bakti sosial , tempat Dedi biasanya mengajar disana sebagai anggota Palang Merah Remaja. Walaupun bukan termasuk inpres desa tertinggal, tetapi kondisi dan lokasi tempat tersebut mirip dengan desa tertinggal karena listrik baru masuk setahun kemudian, yaitu 1996.

Pada ahir tahun 1999, Ki Anta meninggal dunia, dan kami baru mendapat informasi beberapa bulan kemudian karena memang belum ada telepon umum disana dan keluarga dekat Ki Anta tidak ada yang tahu nomor telepon keluarga Dedi di Jakarta. Dedi ternyata hanya keluarga jauh, bahkan masih didesa yang sama, banyak saudara Almarhum Ki Anta yang tidak mengenal keluarga Dedi, jadi lengkaplah sudah. Setahun kemudian Dedi menikah. Dia memintaku untuk menjemput neneknya atau istrinya almarhum Ki Anta tersebut ke Jakarta, karena selain dirinya hanya aku yang akrab dengan keluarga Ki Anta. Dan itu mungkin saja karena hampir dua bulan sekali aku berkunjung kesana untuk refresing dengan atau tanpa si Dedi. Saat itu aku bekerja sambil meneruskan kuliah yang sempat terhenti. Bekerja pada jam 10 malam sampai jam 5 pagi hari dan kuliah pada sore hari, jadi bisanya sehabis kuliah langsung berangkat kerja.

Pagi sepulang kerja aku langsung menuju stasiun kereta. Mata mulai sayu karena waktu pagi biasanya waktu untuk tidur. Sama seperti kalong yang bekerja malam hari dan tidur siang hari. Perjalan diatas kereta api tampak begitu singkat, mungkin karena mengantuk berat. Perjalan di teruskan ke darmaga bogor tidak jauh dari kampus IPB. Setelah turun maka arah yang dituju adalah kampung kahuripan dan untuk itu mesti naik angkot sekali lagi. Aku menuju angkot paling belakang karena masih kosong dan melesat ke pojokan sambil berniat meneruskan tidur setalah terlebih dahulu memesan kepada sopir agar di beritahu jika desa yang dituju telah sampai.

Tidak beberapa lama terlelap, aku merasa mukaku basah...bukan cuma itu tapi berlendir....dan ketika aku buka mata , aku kaget sekali ternyata kambing tengah menjilati mukaku karena tanpa aku sadari kepalaku bersandar pada tumpukan sayuran yang dijejerkan pada bangku belakang. Ternyata bagi orang disana membawa kambing dengan angkot merupakan hal yang biasa. " Habis begadang ya dek, matanya kok sayu begitu...nih pake buat lap muka " kata seorang ibu tersenyum sambil menyerahkan handuk untuk membersihkan mukaku yang bercampur aduk bau dan rasanya. Jika para lelaki hidung belang biasanya menyukai "mandi kucing", maka aku yang tidak bersalah ini harus merasakan "mandi kambing".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar