Jumat, 05 Juni 2009

Pejabat Dan Ilmuan


Sehabis makan siang dan sholat dzuhur, saya dan dua orang teman duduk santai di pelataran masjid. Waktu yang tersisa cukup untuk beristirahat sejenak sebelum kembali memulai aktifitas harian. Panas matahari cukup menyengat, musim kemarau telah datang, debu-debu berterbangan di hembus angin dari laju kendaraan yang lalu lalang didepan masjid. Tukang parkir sibuk mengatur mobil dan motor yang hendak bersandar di depan masjid. Dari jenis mobil dan motor yang di parkir, kita bisa menilai kadar pencapaian materi mereka, meskipun masih sangat mentah.

" Tuh lihat pejabat dan pak Ustadz berdampingan, seperti saling membutuhkan " kata teman, melihat seorang dari pejabat tinggi pada salah satu perusahaan di area perkantoran dengan Ustad yang biasa memberikan kajian di masjid ini karena hari ini memang tidak ada jadwal pengajian. " Yang satu berhasil mencapai materi harta dan yang satu berhasil mencapai materi ilmu, lalu kita berhasil dalam bidang apa yah" kata teman yang satu lagi yang mempertanyakan keadaan. " Berhasil menjadi karyawan setia kepada orang yang berhasil menjadi pengusaha" kata saya asal kena.

Dalam shahihain Rasulullah SAW bersabda "Aku menjenguk ke surga dan aku melihat kebanyakan penghuninya orang-orang fakir (miskin). Lalu aku menjenguk ke neraka dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam panggung kehidupan ini, selain cerita kekayaan dan kemiskinan peranan terpenting dinilai orang banyak dari jabatan atau pekerjaan yang disandang dan ilmu yang di punyai. Para politisi, pengusaha, birokrat, direktur, manager, jendral, aktor, artis, pelawak adalah beberapa jenis jabatan yang membuat si pelaku tampak penting dimata orang lain. Peran-peran itu ada yang di dapatkan dengan kerja keras dan ada pula yang didapatkan dengan mudah atau bersifat instan. Tidak sedikit yang terlena dengan perannya, dan benarlah kata pepatah bahwa tahta bisa membutakan mata.

Di tempat lain orang dengan kemampuan berfikir ekstra telah menempatkan dirinya dibarisan ilmuan, kita sebut saja gelar keilmuan tersebut seperti professor, doktor, master, ahli hukum, ahli tata negara, ahli kimia , ahli matematika, ustadz, kiyai, pendeta, spritualist, penceramah atau muballig. Semua hal tadi membuat seseorang bisa disegani oleh orang lain, dan mungkin juga dianggap penting bahkan sejajar dengan para pejabat dan aparat. Kedua hal ini bisa digolongkan dalam tahta yaitu tahta jabatan dan tahta ilmu dan kedua hal ini membuka peluang menuju pintu harta yang cukup luas.

Sering kita mendengar para Ustadz menganjurkan kita mecontoh dan mentauladani Rasulullah SAW, pertanyaanya dalam hal apa ? apakah dalam hal yang kita sanggup atau dalam hal yang kita senangi saja ? . Dalam sahih bukhari pernah rasulllah bordoa "Ya Allah, langsungkan hidupku dalam kemiskinan dan wafatkan aku dalam keadaan miskin, dan bangkitkan pula aku kembali dalam kelompok orang-orang miskin ". (HR. Bukhari). Menjadi kaya tidak semua orang mampu dan menjadi miskin tidak semua orang mau. Kemampuan dan kemauan dalam hal ini menjadi dongeng semata yang indah untuk diceritakan kemana-mana

Seorang sahabat datang kepada Nabi Saw dan bertanya, "Ya Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bila aku amalkan niscaya aku akan dicintai Allah dan manusia." Rasulullah Saw menjawab, "Hiduplah di dunia dengan berzuhud (bersahaja) maka kamu akan dicintai Allah, dan jangan tamak terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya kamu akan disenangi manusia." (HR. Ibnu Majah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar