Keinginan, kemauan dan harapan sering terbungkus rapi dalam fikiran setiap orang. Tidak setiap orang mau mewujudkan keinginannya dan juga tidak sedikit yang menghentikan harapannya pada keinginan semata.
Walaupun tidak begitu cerah tapi nampak anak-anak bermain dengan gembira, sore dihari sabtu. Malam apel kata para remaja, yang mentradisikan malam minggu ini sebagai malam kunjungan spesial kepada pasangannya.
" Gus kalo sudah besar menjadi apa " kata saya kepada agus, anak berusia lima tahun yang sedang bermain di lapangan dekat rumah "pengen jadi dokter pak.." katanya sambil terus bermain. Tidak ada yang salah dengan cita-cita anak itu. Tapi apakah itu yang dinamakan dengan cita-cita atau sekedar keinginan karena kelatahan yanag mengharuskan anak menjawab setiap pertanyaan orang tua walaupun dia sendiri tidak sadar dengan apapun yang di ucapkannya.
Sudarman tukang ketoprak yang biasa mangkal dekat rumah, pernah saya tanya mengenai cita-citanya dulu dan jawabnya cukup mencengangkan kalo tidak mau di bilang melenceng jauh yaitu jadi pilot pesawat tempur.
Beberapa hari kemudian, ketika berbincang-bincang dengan pak Zumal yang cukup berhasil paling tidak terlihat jelas secara materi, dia mengatakan bahwa cita-citanya dulu bukanlah menjadi pengusaha seperti sekarang tapi menjadi arsitek, dan keadaanlah yang mengubah segalanya. Tapi lebih dari itu, saat ini Pak Zumal tidak perduli lagi dengan segala cita-cita, yang ada dibenaknya saat ini adalah menjadi orang yang bertaqwa karena merasa usianya yang telah senja.
Menjadi orang yang bertaqwa memang bukanlah sesuatu yang sering dicita-citakan oleh anak manapun termasuk anak kiyai sekalipun, karena cita-cita identik dengan keduniawian, jabatan dan pencapaian materi. Sedangkan ketaqwaan urusan nanti, urusan ketika usia mulai berganti dan berbagai peringatanpun telah terjadi
saya terjumpa post ini ketika mencari pautan nama saya ini... rupanya ada juga yang bernama zumal
BalasHapus