Di perhatikan atau memberikan perhatian kepada orang lain adalah sebuah fitrah manusia sebagai mahluk sosial. Jika di teruskan maka akan berlanjut pada proses di puji dan memuji atau bisa jadi kebalikannya yaitu di benci atau membenci. Hal inilah yang kemudian memasuki wilayah normatif yang juga merupakan nilai dari ajaran agama manapun. Berlebihan dalam menyikapinyalah yang dilarang oleh agama, bahkan ada juga yang sengaja mencari perhatian orang lain agar mendapat pujian yang didalam dunia psikologi dinamakan dengan sebutan "self esteem"
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini memungkinkan proses memberikan perhatian bisa terjadi kapanpun. Tehnologi inipun bisa digunakan untuk mencari perhatian orang lain. Tehnologi ini bernama media informasi seperti televisi, koran, handphone, internet dan sebagainya. Jika kemungkinan untuk "show up" di televisi dan koran susah maka dunia internet adalah sebuah alternatif yang memungkinkan semua orang bisa bergentayangan didunia maya tanpa ada yang membatasi selain ilmu. Lebih dari itu kebutuhan di perhatikan inipun telah dilembagakan dalam sebuah komunitas jejaring sosial, sebut saja friendster, facebook, myspace atau bisa juga milis yang biasa digunakan untuk sharing ilmu namun terkadang juga dimanfaatkan untuk meningkatkan sebuah popularitas. Dalam sebuah hadist yang agak panjang, keadaan seperti ini pernah terjadi pada masa Rasulullah tetapi tentu dalam format yang berbeda
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: Dari Humaid bin Abdurrahman bin Auf, bahwa Marwan berkata kepada penjaga pintunya: Hai Rafi`! Pergilah kepada Ibnu Abbas dan katakan: Jika sekiranya setiap orang di antara kita akan mendapatkan siksa karena merasa gembira dengan apa yang telah diperolehnya dan ingin dipuji dengan apa yang tidak dia kerjakan, tentu kita semua akan disiksa. Ibnu Abbas berkata: Apa hubungan ayat ini dengan kamu! Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ahli Kitab. Kemudian Ibnu Abbas membaca: Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab, yaitu hendaklah kalian menerangkan isi kitab itu kepada manusia dan jangan kalian menyembunyikannya. Ibnu Abbas juga membaca: Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang tidak mereka kerjakan. Selanjutnya ia berkata: Nabi saw. bertanya kepada mereka tentang sesuatu, tetapi mereka menyembunyikannya dan memberikan jawaban yang lain kemudian mereka keluar. Mereka merasa telah memberitahukan apa yang ditanyakan kepada mereka dan mengharap pujian dengan itu. Mereka gembira dengan jawaban yang tidak ada sangkut-pautnya dengan pertanyaan. (Shahih Muslim No.4982)
Dalam pendekatan yang positif, sebenarnya tidak ada yang salah dalam proses aktualisasi diri ini. Namun seperti ibadah lainnya proses ini tetap harus diniatkan hanya untuk mencari ridho Allah semata. Artinya apapun yang didapat dari proses aktualisasi diri ini baik itu pujian maupun cacian harus diterima dengan ikhlas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar