Kamis, 11 Juni 2009

Membersihkan Hati


"Jagalah hati, jangan kau kotori, jagalah hati lentera hidup ini......" terdengar alunan lagu dari radio tetangga yang dulu ngetop di populerkan oleh AA Gym. Tampak tumpukan buku-buku lama di atas rak, entah mengapa salah satu bab buku yang saya buka berisi mengenai kiat-kiat membersihkan hati, selaras dengan alunan lagu tersebut. Tetapi benarkah hati yang harus dibersihkan ? tentu hal ini akan menyebabkan kita bermain simbol-simbol yang sebenarnya tidak perlu di permasalahkan, Baiklah kita ganti saja pertanyaannya " apakah ada orang yang telah mampu membersihkan hatinya ?"

Apakah orang yang telah menulis kiat-kita membersihkan hati itu telah bersih hatinya ? atau jangan-jangan ini hanya kesepakatan bersama, yang merupakan hasil dari pengalaman dan pembelajaran yang diambil dari dalil baik itu Al Qur'an maupun hadist nabi sedangkan pada prakteknya sama saja. Seperti orang yang bercerita mengenai asal muasal terciptanya alam semesta dimana yang bercerita maupun yang mendengar cerita tidak menyaksikan langsung proses penciptaan karena semua hanya berdasarkan perkiraan dan pengamatan yang kemudian disepakati bersama. Bisa jadi kemudian hari kesepakatan itu berubah disebabkan oleh penelitian dan pengamatan lebih lanjut.

Lupakan saja semua definisi tersebut karena pada dasarnya semua ilmuan baik itu dibidang pengetahuan umum maupun agama berkeinginan memberikan yang termudah bagi masyarakat dalam memahami sesuatu. Ditempat saya tinggal ada beberapa orang yang mengalami keterbelakangan mental. Bagaimana cara mereka menjaga hati sedangkan menjaga fisik mereka saja mereka tidak sanggup. Hati adalah tempat bermuaranya rasa. Baik itu rasa marah, kesal dendam, bahagia, cemburu, ceria, dengki, ikhlas, dan sebagianya. Dari mana datangnya ? sebagian besar dari panca indera yang kemudian di proses oleh fikiran kita sendiri. Sebagai contoh, apa yang menyebabkan timbulnya birahi ketika kita melihat wanita cantik ? tidak lain adalah fikiran kita yang tiba-tiba merekayasa tempat dan keadaan dimana posisi wanita tersebut dalam keadaan tidak senonoh, yang orang menamai dengan sebutan fikiran kotor. Fikiran inilah yang menyebabkan dada kita bergejolak. Pertanyaannya pengucapan istigfar sebagai kalimat thoyibah ketika melihat atau ketika dada kita bergejolak. Percayalah ketika dada sudah bergejolak bacaan tersebut tidak akan berpengaruh apapun, bacalah sewaktu kita hendak berfikiran macam-macam.

Kesimpulan singkatnya adalah sebelum membersihkan hati maka terlebih dahulu berhati-hatilah dalam memikirkan sesuatu apalagi hasil dari inputan panca indera, seperti inputan telinga yang bisa saja membuat fikiran kita merasa di bicarakan oleh orang lain dan membuat hati kita kesal. Jika kita telah berhasil mengontrol fikiran, insya Allah kita bisa mereduksi gejolak hati. Jika ditanya apakah saya mengatakan ini berarti saya sudah mempu mengontrol fikiran ? jawabannya adalah sama seperti yang lain bahwa ini hanyalah sebuah metode ikhtiar memperbaiki diri bisa jadi andalah yang lebih baik dalam mengendalikan fikiran dari pada saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar