Kamis, 05 Maret 2009

Filosofi Pencarian

Setelah berpisah cukup lama, saya bertemu dengan teman sekolah tingkat pertama dulu yang sekarang bekerja pada salah satu instansi pemerintah. Dia dulu cukup aktif di osis bidang rohis dan sekarang sewaktu bertemu dengannya dia malah sering membahas masalah filsafat ketuhanan seperti proses pencarian yang tidak berkesudahan.
 
Ilmu filsafat sebenarnya sering dibahas di dalam kitab tauhid klasik , tetapi belakangan kitab-kitab tersebut kurang begitu memasyarakat sehingga yang muncul kepermukaan adalah ilmuan-ilmuan barat seperti plato, decrates dan lainnya. Sedangkan Filsafat dalam islam yang sering dijadikan bahan rujukan adalah perdebatan antara Imam Gozali dan Ibnu Rusyd. Terlepas dari itu semua ada satu pertanyaan usang yang sering saya pertanyakan kepada teman-teman saya yang dalam kajian islam mereka sering berkutat dengan logika-logika ketuhanan dan berbagai epistemologi lainnya dan jujur saya juga sering terbawa alur pemikiran mereka dan itu jelas terlihat dalam setiap artikel saya.
 
Pertanyaannya adalah apakah seluruh pencarian yang dibentuk oleh logika tersebut bisa menumbuhkan keimanan dan bisa menghasilkan ketaatan. Survey kecil terhadap komunitas ini yang mungkin untuk konsumsi pribadi justru mendapat hasil yang sebaliknya karena kebanyakan dari kaum filosof ini justru sering memberontak dan sangat menentang istilah sami'na wa ato'na. Selalu berusaha mencari tahu alasan dari segala sesuatu walaupun pada akhirnya setelah mereka  mengetahui berbagai alasannya tetapi tidak mengetahui mau dibawa kemana alasan-alasan tersebut , hanya sekedar mengetahui tidak lebih.
 
Dimasa lalu ilmu filsafat sangat dekat dengan ilmu tasawuf, jika ilmu filsafat mempertanyakan sebab akibat segala sesuatu maka ilmu tasawuf justru mencari dan mendekati penyebab segala sebab, sehingga secara tidak langsung kita bisa mengetahui bahwa seorang sufi juga seorang filsuf, Imam Gozali, Ibu Athailah, Imam Qusyairi, Ibnu Arabi adalah beberapa nama ahli tasawuf yang sangat mahir berfilsafat. Kedua ilmu tersebut justru menjadi pendorong ketaatan kepada Allah Suhanahu wa Ta'ala dan Rasulnya dengan tidak pernah lepas dengan Al Qur'an dan As Sunnah sebagai pedoman utama.
 
Ilmu untuk mempertanyakan sesuatu memang perlu diketahui, tetapi setelah mengetahui sesuatu justru tidak tahu mau kemana memang harus di pertanyakan sehingga tidak menjadi ilmu bersilat lidah.