Selasa, 03 Februari 2009

Petuah Usang


Percikan air hujan menghinggapi pepohonan dan bunga-bunga taman, membuat burung-burung yang hinggap didahan dan ranting kehilangan kicauannya, keceriaan kupu-kupu yang tadi hilir mudik diatas tanamanpun hilang entah kemana. Anak ku bermain tampias air dengan telapak tangan , sambil menjentikan jemarinya yang berisi kerikil kecil kearah genangan air. " Yah kata bu guru kita mesti bersikap seperti air, maksudnya apa sih yah " tanya anak saya membuyarkan lamunan.
Pagi itu saya mengajak anak pergi ketaman sekedar jalan-jalan menghirup udara pagi, tiba-tiba hujan turun, kami terpaksa berteduh di tempat duduk yang berjejer di tengah taman yang mirip halte buskota. Saya tidak mengerti apa yang dimaksud ibu guru anak saya dengan bersikap seperti air, tapi saya berusaha mengambil filosopi umum agar pernyataan ibu gurunya tidak menjadi mentah, mungkin saja ibu gurunya telah menjelaskan dan mungkin anak saya tidak mendengarkan karena sibuk bermain dengan temannya, memang semua sekedar kemungkinan.
" Maksud ibu guru adalah bahwa Yara mesti siap selalu jika di butuhkan orang lain sama seperti air yang bisa menghilangkan dahaga, disamping itu juga Yara harus pandai menyesuaikan diri sama seperti air yang ketika dimasukan ke dalam gelas dia seperti gelas dan sewaktu dimasukan ke dalam ember dia seperti ember tapi bukan berarti Yara tidak punya sikap, tetapi seperti kata pepatah dimana bumi di pijak disana langit di junjung artinya kita harus bisa menjaga sikap dimana pun kita berada"
Anak saya memandang dengan tersenyum, lalu saya bertanya " kok senyum ?" , sambil tersenyum dia menjawab " Ayah kalo ngomong kaya bu guru, panjang sekali , Yara jadi gak ngerti , udah aahh pusing , " haaah jadi ini toh masalahnya.