Kamis, 11 Desember 2008

Memahami Yang Telah Diketahui

Setelah belajar setengah matipun nilai akuntansiku tidak pernah bisa melampaui angka tujuh, terlalu banyak istilah-istilah yang memusingkan kepala tentang definisi alamat postingan (entries),  padahal ayahku seorang pedagang yang tidak pernah belajar akuntansi tetapi ketika ditanya masalah proses pencatatan keluar masuk uang dengan cepat dia bisa meyebutkan semua transaksi yang rata-rata di hafal di luar kepala. Masalah sebenarnya adalah sebuah penyederhanaan. Fikiran kita tidak cukup sederhana dalam menyederhanakan sesuatu. sehingga terkesan semakin kompleks jalan fikiran seseorang semakin pintarlah dia.
 
Di dalam pelajaran agama Islam sendiri guru pernah bertanya " Apakah inti dari ajaran agama Islam ?" banyak yang memberikan jawaban-jawaban yang cerdas tapi rata-rata bersifat umum , seperti " agar bisa merubah ahlak, karena pada waktu itu masa jahiliyah yaitu masa kebodohan" kata sugianto yang tepat di belakangku. " Agar kita bisa melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh laranganNya yang tercantum di dalam Al Qur'an maupun sunnah nabi " sahut romlah di pojokan bangku depan. Aku sendiri tidak tau jawabannya apalagi berusaha untuk menjawab dan malah sibuk buat PR pajak yang semestinya di kerjakan di rumah tapi mentok yah terpaksa minta sedekah jawaban dari kanan kiri dan sehabis mata pelajaran agama Islam ini adalah mata pelajaran Perpajakan.
 
" Semua jawaban tidak ada yang salah, tetapi inti ajaran agama Islam yang lebih tepat adalah mengesakan Allah , La ilaha illallah " kata Pak Zainudin guru agama kami waktu sekolah dulu. Jauh sekali dari pandangan kami waktu itu bahwa mempelajari agama Islam berarti mempelajari tata cara sholat, tata cara zakat,  puasa, dan lain-lain yang merupakan rukun Islam, mempelajari rukun iman, mempelajari sejarah Islam. Intinya adalah mengetahui, masalah memahami apalagi meyakini di nomor sekiankan, dan ini juga berlaku untuk semua mata pelajaran. Ahirannya tentu semua sudah bisa menebak, ya ..terlupakan.
 
Kisah belajar mengajar juga telah dialami oleh Rasulullah. Turunnya Al Qur'an secara bertahap merupakan proses pembelajaran tiada henti yang diteruskan kepada para sahabat untuk dilaksanakan dan tidak berhenti pada proses mengtahui, karena hanya dengan pelaksanaan kita bisa  memperoleh pemahaman. Lapar harus dirasakan untuk bisa memahami apa yang telah kita ketahui tentang puasa, Harta harus disisihkan agar kita bisa memahami apa yang telah kita pelajari tentang zakat. Pelajaran memang tidak boleh berhenti sampai kapanpun karena hidup  selalu memaksa untuk terus di maknai.