Minggu, 21 Desember 2008

Mahluk Allah itu Bernama Anjing

Kediaman orang tuaku terletak di pinggiran jakarta. Walaupun hampir sama padatnya dengan Jakarta, tetapi banyaknya pohon-pohon sebagai sarana penghijauan dan penahan serapan air membuat beberapa warga dilingkungan tersebut mengembangkan hobi mereka memelihara binatang seperti burung, ayam, kelinci dan kambing bahkan di pinggiran rawa ada yang memelihara bebek.  Sekitar satu setengah tahun yang lalu, di halaman rumah belakang tiba-tiba muncul seekor anak anjing yang baru bisa jalan, karena tampak masih tertatih-tatih yang bermain bersama anak kucing. Entah tersasar atau ada yang membuang, yang jelas sejak hari itu anak anjing tersebut seperti mengikat tali persaudaraan dengan anak kucing dan tinggal dengan damai di halam belakang rumah orang tuaku.
 
Satu tahun kemudian perkembangan anak anjing tersebut melampaui anak kucing, tetapi kemesaraan mereka tetap tidak berubah. Berbeda dengan kucing, anjing lebih berkarakter artinya mereka lebih spontan membela orang yang memberi mereka makan jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan sedangkan kucing , lenggang tidak mau tahu seperti mengatakan " akukan binantang, tidak ikut campur urusan manusia" seperti kejadian ada yang mengambil pisang di pekarangan belakang maka anjing ini langsung menyalak dengan keras yang membangunkan tidak hanya isi rumah tetapi juga tetangga.
 
Ayahku sebenarnya risih dengan keberadaan anjing ini karena kemanapun ayahku pergi dia sesalu mengikuti termasuk pergi kemasjid. Anjing ini seperti terlatih untuk menunggu sampai selesai sholat, atau sampai selesai berbelanja dipasar dekat rumah, atau sampai selesai bertamu ketetangga, sehingga para tetangga mengira ayahku sengaja memelihara anjing ini padahal tidak. Walaupun demikian ayah tetap rutin memberi makan anjing dan kucing ini sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari .
 
Ada satu alasan mengapa ayah tidak pernah mengusir atau membuang anjing ini selain loyalitasnya,  yaitu tidak pernah membuang kotoran di pekarangan rumah, entah dimana dia membuangnya dan  juga tidak ada tetangga yang mengeluh karena perpindahan lokasi pembuangan tersebut. Disamping itu kebiasaaan anjing lain yaitu suka menjilat dan mengendus, tidak dilakukan oleh anjing ini, entah karena terbiasa bergaul dengan kucing atau ada faktor lain sehingga bisa merubah kebiasaan dari habitatnya  oleh karena itu ayah tidak pernah ragu dengan sandal atau sarung yang di gunakannya terkena najis.
 
Namun belakangan ini, ayah ingin memberikannya kepada orang lain, karena gunjingan tetangga semakin keras, mungkin bagi mereka tetap aneh seorang muslim yang taat memelihara seekor anjing walaupun anjing itu sangat jinak dan tidak pernah mengganggu siapapun, dan kebetulan ada tetangga lain RT yang beragama kristen bersedia menampung.
 
Pada hari ahad dua minggu yang lalu anjing itu tidak mau makan seharian, dia tampak murung dan ketakutan, selalu berada di pojok rumah, sekilas ayah melihat  pada sore itu setitik air dimatanya, dia seperti rudung suatu kesedihan, seperti akan berpisah sangat jauh. Pada malam harinya ayahku melihat dia masih berada di pojokan rumah tertidur atau hanya sekedar berbaring.
 
Pagi harinya tiba-tiba anjing itu menghilang entah kemana. Ayah walaupun memang berniat memberikannya kepada orang lain tetapi merasa seperti ada yang meresahkan hatinya dan itulah yang membuatkan nya mencari seharian tetapi tidak ketemu. Beberapa hari kemudian terdengar berita bahwa ada beberapa anjing jalanan yang masih muda dibunuh untuk di konsumsi bahkan setelah di potong ada yang diperjual belikan untuk kalangan tertentu. Mendengar berita tersebut ayahku cuma terdiam tidak bisa berbuat apa-apa karena memang tidak pernah memegang hak kepemilikan binatang tersebut. Mata ayah nampak berkaca-kaca mendengar khabar tersebut.
 
Ada sesuatu yang hilang, yang kurang diharapkan ketika dia ada tetapi membekas cukup dalam ketika dia tidak ada. Binatang yang sampai tiga kali disebutkan di dalam surat Al Kahfi  itu seperti pelajaran dari ayat-ayat kauniyah Allah di alam semesta tentang suatu kasih sayang. tentang sebuah kesetiaan, tentang  kebersamaan walau hanya dari seekor binantang yang telah bertamu satu tahun lebih dirumah  pinggiran Jakarta tersebut.
 
Dari Abu Hurairah , Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tatkala seorang lelaki sedang berjalan pada sebuah jalan terasalah olehnya dahaga yang sangat. Lalu ia mendapati sebuah sumur dan bersegeralah ia meneruninya untuk minum. Ketika keluar, tiba-tiba dia melihat seekor anjing menjulurkan lidah sambil menjilat-jilati debu karena sangat haus. Lelaki itu berkata:  anjing  ini sedang kehausan seperti aku tadi lalu turunlah dia kembali ke dalam sumur untuk memenuhi sepatu kulitnya dengan air lalu digigit agar dapat naik kembali. Kemudian ia meminumkan air itu kepada  anjing tersebut. Allah berterima kasih kepadanya lalu mengampuninya. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah kami akan mendapatkan pahala karena binatang-binatang seperti ini? Rasulullah saw. menjawab: Pada setiap yang bernyawa (mahluk hidup) ada pahalanya. (Shahih Muslim No.4162) didalam riwayat lain pelakunya di gambarkan seorang wanita pelacur ( lihat sahih Bukhari atau sahih Muslim nomor selanjutnya )