Selasa, 16 Desember 2008

Keinginan Menjadi Kaya

Apa yang membedakan pertamakali ketika kita memiliki uang seratus ribu dengan uang seratus juta ? tidak lain adalah keinginan-keinginan. Ketika uang yang di peroleh hanya seratus ribu maka keinginan kita seperti menyesuaikan bahkan  memangkas hal-hal yang dirasa kurang perlu, tetapi ketika uang yang di peroleh seratus juta maka muncul seketika berbagai keinginan untuk direalisasikan termasuk sesuatu yang kurang perlu sekalipun, sehingga pertanyaannya adalah apakah rezeki  yang telah di berikan Allah masih kurang   atau kita yang mesti mengurangi berbagai keinginan untuk disesuaikan dengan rezeki yang telah amanahkan Allah kepada kita ?
 
Tentu tidak sesederhana itu karena variant kebutuhan setiap orang berbeda-beda dan sebuah keinginan tetaplah sebuah keinginan karena itulah yang membedakan manusia hidup dengan manusia yang tidak hidup atau yang tidak mau lagi hidup. Antisipasinya hanyalah sebuah kesimbangan antara tawwaqal dan ikhtiar , antara sabar dan syukur karena jika tidak, keinginan bisa menjadi liar dan selanjutnya akan muncul pertanyaan  apakah keinginan bisa diartikan sebagai hawa nafsu jika keinginan adalah hawa nafsu maka posisinya tidak lagi menjadi pemicu (trigger), tetapi berubah menjadi negatif maka Allah menerangkan dalam surat An Naazi'at "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). " (QS 79:40-41)
 
Apa yang membedakan orang kaya yang bertaqwa dengan orang miskin yang bertaqwa ? pertanyaan itu diajukan diantara peserta pengajian tadabbur al Qur'an, tidak ada yang berani menjawab tetapi kalau di suruh memilih tentu semua yang ada di masjid itu memilih menjadi orang kaya yang bertaqwa. Diantara empat sahabat dekat nabi yang menjadi khalifah hanya Ali ra yang tergolong miskin, tetapi baik Rasulullah maupun para sahabat yang kaya tidak pernah hidup dalam kemewahan ( kecuali Muawiyah bin Abu Sofyan  yang bahkan pernah di tegur oleh Umar bin Khattab ) hampir semua harta yang mereka peroleh di sumbangkan di jalan Allah, Rasulullah sendiri yang seorang saudagar dan khalifah  tidur beralaskan pelepah kurma, Abu Bakar hampir kesusahan menafkahi keluarga karena hartanya habis disumbangkan.
 
Ustadz Abbas menerangkan bahwa didalam Al Qur'an tidak pernah di bicarakan hak orang kaya selain tanggung jawab terhadap orang miskin, sikaya di bebankan kewajiban-kewajiban sedangkan simiskin disuruh untuk bersabar. didalam hadist diterangkan perhitungan orang kaya dan orang miskin berjarak lima ratus tahun kesimpulannya orang kaya yang bertaqwa memang lebih dimuliakan karena mereka disibukan dengan berbagai kewajiban artinya kekayaan tersebut bukan untuk dinikmati tetapi untuk dibagi-bagi , kata Ustadz Abbas " masa sih ustadz, kita tidak boleh menikmati sesuatu yang telah kita usahakan  bukankah zakat cuma dikenai dua setengah persen" kata salah seorang peserta, Ustadz Abbas hanya tersenyum " Didalam ilmu hadist memang lebih di dahulukan perintah Rasulullah lewat ucapan ketimbang contoh beliau lewat perbuatan, perintah biasanya disesuaikan dengan kondisi ummatnya" jawab Ustadz Abbas mengahiri pengajian.
 
Jaffar As shadiq pernah berdoa " Ya Allah sibukan hamba dalam membagi-bagikan hartamu dan jangan sibukan hamba dalam mencari hartamu "