Jumat, 03 Juli 2009

Untuk Sebuah Kenangan


Satu hilang dua terbilang, kata pepatah, tapi kata Pak Rangkuti " yang hilang tinggal di kenang dan yang mengenang akan segera menghilang ". Tanah yang gersang hanya akan menumbuhkan ilalang jika tidak dirawat dengan kasih sayang. Rasa sayang itu akan selalu tumbuh di hati orang yang dekat dengan tuhannya, rasa yang membuat persahabatan bisa menjadi indah dan tidak lekang oleh waktu. Usia Pak Rangkuti hampir mencapai tujuh puluh tahun dan sekarang beliau tinggal dengan anak tertuanya. Hari ini genap satu tahun Pak Rangkuti mengenang kepergian sahabat dekatnya sekaligus musuh utamanya, Pak Sarwani. Pak Rangkuti mempunyai dua orang sahabat dekat yaitu Pak almarhum Pak Sarwani dan Pak Ramdoni. Mereka telah berteman sejak masih remaja.

Jalan-jalan protokol di Jakarta bisa di jadikan saksi tentang persahabatan mereka dalam menerjang keganasan ibukota. Suka dan duka mereka lewati bersama dengan perasaan optimis bahwa tidak ada kesulitan tanpa disertai dengan kemudahan. Waktu terus berlalu, menghempaskan wajah dengan raut kedewasaan dan menggugurkan helai demi helai rambut di kepala. Suatu ketika sebuah malapetaka menghancurkan persahabatan mereka. Saat itu Pak Rangkuti dan Pak Sarwani bekerja pada perusahaan yang sama pada anak perusahaan BUMN sedangkan Pak Romdoni bekerja di perusahaan yang lain dengan jabatan yang lebih rendah di banding mereka berdua. Pak Rangkuti merasa di fitnah oleh Pak Sarwani karena dia yang dapat promosi tetapi malah Pak Sarwani yang mendapatkan jabatan sebagai kepala bagian keuangan. Karena kecewa Pak Rangkuti mengundurkan diri dan bekerja sebagai wiraswasta.

Sejak saat itu putuslah tali silaturahmi diantara mereka berdua. Bahkan Pak Rangkuti tidak mau menjenguk Pak Sarwani yang masuk penjara karena di duga menggelapkan uang negara. Berita itu di perolah dari Pak Romdoni sebagai perantara mereka berdua. Pak Rangkuti menganggap hal tersebut sebagai balasan terhadap kecurangan yang dilakukan Pak Sarwani. Setelah dua tahun di penjara Pak Sarwani bekerja sebagai wiraswasta sama seperti Pak Rangkuti, hanya saja nasib Pak Sarwani lebih baik karena usahanya maju dengan pesat. Walau begitu ketika Pak Rangkuti terlibat masalah keuangan dengan pihak Bank, orang yang dimintai bantuan tetap hanya kepada Pak Romdoni yang bekerja pegawai kecil. Pak Rangkuti merasa bahwa Pak Romdonilah sahabat terbaiknya karena mau mengorbankan tabungannya untuk masalah yang dihadapinya. Disisi lain hubungan antara Pak Romdoni dan Pak Sarwani tetap baik.

Sebenarnya beberapa kali Pak Romdoni berusaha mendamaikan mereka berdua. Walaupun sudah memaafkan tapi Pak Rangkuti masih enggan bertemu dengan Pak Sarwani. Potongan cerita terus berputar silih berganti. Saat Pak Sarwani sakit keras, Pak Romdoni mendatangi rumah Pak Rangkuti. " Mas Kut, sudah lama saya hendak berterus terang, tetapi ...seperti ada yang mengganjal" kata Pak Romdoni dengan terbata-bata.
" Tetapi apa Rom, ayo katakan saja, kitakan sudah seperti saudara sendiri " tanya Pak Rangkuti penasaran.
" Sebenarnya saudara terbaik Mas Kut itu ya Mas Sar, bukan saya ............"
"Ah...kamu bercanda Rom, kamu sendiri sudah tahu masalah kami berdua.....katakan saja apa yang hendak kamu sampaikan"
Pak Romdoni terdiam sejenak, sambilmenarik nafas dia berbicara pelan " Mas Sar, masuk rumah sakit mas, kondisinya kritis.......mungkin mas Kut berkenan menjenguknya, sebenarnya selama ini yang membantu mas Kut kalau ada masalah keuangan bukanlah saya tapi mas Sar......hanya saja dia tidak ingin saya memberitahukannya kepada mas Kut,,,,takut di tolak" Pak Romdoni tampak menunduk, seperti menahan beban yang teramat berat, kemudian dia melanjutkan
" Mas Sarwani tidak pernah merebut jabatan mas Rangkuti, dia justru hendak menyelamatkan mas Kut dari fitnah dan permainan para petinggi yang hendak menjadikan mas Rangkuti sebagai kambing hitam atas sengketa penjualan salah satu aset BUMN. Mas Sarwani tanpa sengaja mendapatkan bukti yang mengarah kesana, tetapi bukti tersebut belum cukup untuk menjerat tersangka yang sebenarnya. mas Kut masih ingat kalau Mas Sarwani pernah masuk penjara ? itu juga permainan yang menyeret bukti tersebut kearah dirinya, tetapi setelah dua tahun di penjara pejabat baru berhasil membongkar kasus tersebut dan membebaskan mas Sarwani" kata Pak Romdoni menjelaskan duduk perkara yang pernah mereka alami.
" Tapi diakan bisa menceritakan kepaku lalu kami bisa bekerja sama membongkar kasus tersebut ?" keluh Pak Rangkuti
" Mas Sar sangat mengenal sifat keras mas Kut, dia takut sifat keras mas tersebut bisa menyeret banyak pihak dan masalahnya tidak pernah selesai, tapi sudahlah ...sekarang mas Kut maukan datang menjenguk dia ?" tanya Pak Romdoni setengah berharap
" Sar...sar dari dulu dia tidak pernah berubah......mengapa kau mengorbankan persahabatan kita...hanya untuk masalah pekerjaan...aku dulu kesal bukan karena di singkirkan tapi tuduhan bahwa aku tidak becus bekerja....ya sudahlah nanti kita kesana" jawab Pak Rangkuti sambil bergegas mempersiapkan diri.

Waktu terus berlalu, sakit Pak Sarwani semakin parah dan akhirnya meninggal dunia. Tidak beberapa lama kemudian Pak Romdoni menyusul karena kecelakaan lalu lintas. Benar kata pepatah gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama, nama yang akan terus dikenang orang-orang yang pernah dekat dengannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar