Hujan gerimis membasahi jalan, waktu menunjukan pukul lima lewat empat puluh lima menit, sebentar lagi adzan maghrib segera terdengar. Biasanya bulan ini telah memasuki musim kemarau, tetapi belakangan ini musim seperti sudah tidak teratur lagi. Ada yang mengatakan ini adalah akibat dari pemanasan global. Pada malam hari jakarta mungkin telah mengkonsumsi beberapa juta megawatt agar masyarakatnya leluasa beraktifitas, tidak hanya dirumah, tapi di pabrik-pabrik dan tempat-tempat hiburan malam, hiburannya para kaum hedonis yang dimanjakan Allah dengan uang.
Terkadang saya heran mengapa dalam hal yang satu itu Allah sangat menyayangi mereka, teman mengatakan itu adalah istidraj Allah Subhanahu wata'ala kepada mereka, tetapi saya pribadi lebih menganggap itu adalah wujud kasih sayang Allah kepada mereka, soalnya hati kecil saya gak mau jadi seperti anggapan para penceramah yaitu " senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang" , ketika kaum hedonis diberikan kesenangan kita bilang mereka kena istdiraj , tetapi ketika mereka mendapat musibah maka kita bilang mendapat peringatan atau laknat Allah. Ya terserahlah karena hanya Allah yang maha tahu, tapi hati-hati, soalnya hati kecil kita tidak bisa di bohongi bahwa mungkin saja ada selipan rasa iri disetiap penilaian kita.
"Baru pulang mas Yanto ?" kata saya ketika berpapasan dengan tetangga sewaktu hendak menunaikan sholat maghrib di masjid. " Iya lagi banyak kerjaan nih, bukankah bekerja itu juga ibadahkan mas David" katanya seperti menjelaskan mengapa dia datang terlambat, " ya sudah kalo sempat langsung nyusul aja ke masjid mas Yanto, ayo duluan " kata saya bergegas meneruskan perjalanan. Ada yang menjadi pertanyaan yaitu bekerja seperti apa yang dinilai sebagai ibadah, dan tidak sedikit yang menjadikan alasan ini untuk terus larut dalam pekerjaannya. Segala pekerjaan yang baik yang diniatkan karena Allah semata maka adalah bernilai ibadah, tapi benarkah setiap hari kita berangkat kerja kita telah berniat karena Allah, atau mungkin ada yang beranggapan bahwa bekerja mencari nafkah untuk keluarga otomatis dinilai sebagai ibadah walau tidak didahului oleh niat ? padahal semua amal ibadah tergantung dengan niatnya, mungkin malah sudah banyak yang hafal bunyi dalilnya sehingga tidak benar semua pekerjaan bernilai ibadah jika tidak didahului oleh niat, sama seperti ibadah mahdhoh.
Jika kita setiap memulai sesuatu diniatkan karena Allah sambil membaca bismillah, maka bisa diartikan pekerjaan tersebut bernilai sebagai pengingat kepada Allah atau dzikrullah, inilah yang diartikan dengan selalu berdzikir setiap saat, sehingga tidak hanya bermakna sempit yaitu sekedar mendawamkan dzikir baik dihati maupun dilisan karena itu memang sebaik-baiknya dzikir disamping membaca Al Qur'an tentunya. Pembiasaan ini akan menyebabkan kita seperti selalu merasa nyambung, ibarat handphone sinyalnya selalu ada dan tidak pernah terputus sehingga kapanpun bisa dihubungi, lewat ilham dan menghubungi lewat do'a