Rabu, 10 Desember 2008

Realitas Tipuan

Didalam hidup kita sering memperoleh kesempatan yang bisa kita anggap cukup bernilai. Nilai tersebut terkadang mesti dicari dengan kerja keras tetapi ada juga saat dimana nilai tersebut di temukan secara tidak terduga. Namun kedua hal tersebut diatas sama-sama tidak bermanfaat ketika kesempatan itu tidak di pergunakan sebaik-baiknya. Jika didalam dunia usaha yang paling penting adalah diffrensiasi sedangkan sebagai pribadi yang terpenting adalah aktualisasi, pertanyaannya adalah aktualisasi terhadap apa ? jika kita jawab dalam prespektip agama tentu saja aktualisasi terhadap kesempatan hidup yang di berikan oleh Allah kepada kita.
 
Jika kebijakan ekonomi memiliki skala mikro dan makro begitu juga dengan proyeksi berfikir kita yang terpola pada kata "seadainya", "andaikata", " jika saja" di iringi dengan idealisme kata seperti " semestinya", " seharusnya ", " selayaknya" melawan sandaran terakhir  kata yaitu " pada kenyataanya". beraroma sangat pesimis bukan ? tapi jelas realistis. contoh ...
 
Ketika hangat issue krisis global yang dimulai dengan "subprime mortage" di Amerika, semua membiacarakan dampaknya dan analisa kedepan dengan berbagai asumsi kecerdasan berfikir dan sepertinya akan terjadi kekacauan ekonomi selanjutnya akan menggelinding bagaikan bola salju pada bidang lain titik (.) itu semua masalah makro , sekarang kita masuk kemasalah mikro di mulai dengan pertanyaan "apakah setelah kejadian itu kita masih hidup", " masih  bisa makan gak sih ?" , " trus kalo sudah begitu saya mo ngapain yah" . Pilihan nya cuma satu yaitu menjalani hidup dengan baik, karena jika pertanyaan di balik " apakah yang kita peroleh dan kerjakan hari ini adalah hasil dari analisa berfikir masa lalu ?" maka sebagian besar diantara kita tentu akan menjawab " tidak ". ...so what , dan pada akhirnya kita akan berkata "la haula wala quata illa billah" , tiada daya dan upaya melainkan semuanya atas kehendak Allah semata.
 
Ada beberapa hal yang mewarnai hidup kita dalam perjalanan menuju pintu kubur, yaitu pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari, keluarga yang menemani, interaksi dengan lingkungan dan lainnya yang mungkin secara kita tidak sadari dari sanalah investasi yang sesungguhnya (the real investment) kita lakukan dalam kaitannya dengan amal ibadah, dalam kaitannya dengan pahala dan dosa, dalam kaitannya dengan amar ma'ruf nahi mungkar. selebihnya hanya sekedar pelengkap.
 
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS 57:20)