Jumat, 20 Agustus 2010

Untuk Seorang Sahabat

Andika terus berlari menerobos barisan anak-anak sekolah dasar negeri sebelas saingan terberat sekolahnya, sekolah dasar negeri sembilan. " Kemenangan bukanlah tujuan kalian berlomba, tapi menunjukan kepada diri kalian sendiri bahwa kalianpun bisa berprestasi !" kata guru oleh raga beberapa saat sebelum lomba, yang terus terngiang di telinga Andika. Kaki andika terus berpacu dengan kaki-kaki lain dalam ajang lomba lari antar sekolah, memperebutkan piala dari bupati, berupa uang tunai senilai satu juta lima ratus ribu rupiah dan seperangkat peralatan sekolah untuk juara pertama. "Ayo Dika cepat kita maju bersama ke garis 'finish'" teriak Sena dari samping, yang telah berhasil menerobos anak lain dan memimpin lomba bersama Andika.
---------------------------------

Beberapa hari sebelum lomba ............
Seorang anak keluar dari sebuah mobil sedan hitam agak jauh dari gerbang sekolah. Tiba-tiba anak itu berlari ke arah teman yang sedan jalan kaki didepannya. " Ayo Sena lomba lari sampai ke depan gerbang sekolah " teriaknya sambil terus memacu larinya. Anak yang di panggil dengan nama Sena itupun mengejarnya tak mau kalah. " Curang kamu Dik, masa curi start duluan" teriak balik anak itu sambil berusaha mengejar.
" Gimana Sen, jadi mau ikut lomba kan ?" tanya Andika sambil mendorong pintu gerbang yang sedikit tertutup. " gimana yah, mau nya sih, lumayan juga hadiahnya buat bantu ibu" sahut Sena perlahan. " Oh ya Dik kemaren sewaktu kita sekolah , ada yang ngasih sepatu olah raga kerumahku, kata ibu orang nya agak tua, kira-kira siapa ya?, kok dia tau kalau sepatuku sudah rusak ? " tanya Sena penasaran
" Yah mungkin ada yang simpati dengan kamu kali Sen, soalnya mukamu itu memelas sih !" ejek Andika
" Dasar kamu Dik, bisanya cuma ngejek saja, " gerutu Sena sambil jalan kedalam kelas
"Terus kalo kamu menang mau di beliin apa Dik ?" tanya Sena, kepada Andika yang terlihat telah memiliki semuanya karena dia terlahir dari keluarga cukup berada. Ayahnya bekerja sebagai manager pada sebuah perushaan telekomunikasi swasta. " Aku mau beli jam tangan G-Shock ,he..he..he, jam tanganku yang ini sering ngadat kecebur kolam renang kemaren" jawab Andika semaunya, membuat Sena geleng-geleng kepala, karena harga jam itu sudah bisa buat belanja keluarga mereka selama sebulan. Kebutuhan orang memang berbeda-beda. Apa yang dinilai sebagai kebutuhan pokok bagi seseorang mungkin bagi orang lain hanya kebutuhan sekunder. Bahkan terdengar suara ibu-ibu arisan dari kalangan elite bahwa yang mereka permasalahkan bukanlah harga barang tapi tempat, suasana dan kenyamanan belanja, karena kebutuhan pokok mereka adalah proses berbelanjanya dan bukan apa yang dibelanjakan.
--------------------
" Ayo Sena...Dika cepat lari !" teriak penonton, di pinggir garis finish, meneriaki mereka berdua. Teman-teman sekolah mereka terus memberi semangat. Peserta dari sekolah lain terus berusaha menyusul. Jarak semakin dekat, pertarungan semakin memuncak. Sena berusaha mengayunkan kakinya secepat mungkin, begitu juga dengan Andika tidak mau kalah. Sewaktu garis finish, berjarak tiga meter Andika terjatuh dan berusaha bangkit secepat mungkin, tapi Sena menyentuh garis finish terlebih dahulu, bahkan posisi kedua juga telah di ambil oleh sekolah lain. Andika hanya menempati posisi ketiga. " Hidup Sena! Hidup Sena!" teriak teman-temannya bersorak gembira menyambut sang pemenang. " Selamat Sen, ternyata kamu lebih hebat dari pada saya" sahut Andika dari samping sambil menjabat tangan Sena." Ah bisa saja kamu Dik, kalo kamu gak jatuh, mungkin kamu yang jadi pemenang, posisi kamukan didepanku tadi" jawab Sena tersenyum. Andika dan Sena adalah sahabat dekat dari kelas satu sampai kelas lima saat itu.
Hari itu Sena sangat gembira, alam semesta seperti berpihak kepadanya, puji syukur terus menerus dia panjatkan kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan tanpa pernah putus. Mungkin hanya prasangka manusialah yang memutuskan bahwa nikmat itu hanya diadapat pada saat-saat tertentu, padahal sambil menggerutu manusia tetap manarik nafas menikmati secara tidak sadar pemberian udara yang tidak henti-hentinya.
Waktu berjalan dengan cepat, sewaktu naik kelas enam Andika pindah sekolah mengikuti kedua orang tuanya yang di tempatkan didaerah lain karena ayahnya di tugaskan untuk memimpin perusahaan cabang  didaerah tersebut. Ada bingkisan dari Sena yang belum di buka disela-sela baju, Andika sibuk dengan barang-barang berat lainnya yang mesti dikemas secepat mungkin. Sedangkan . Penempatan tersebut diperkirakan memakan waktu lima sampai sepuluhtahun sehingga tidak mungkin membiarkan semua peralatan mereka terbengkalai dan ayahnya telah menjual sebagian peralatan berat yang tidak mungkin di bawa serta dan berjanji akan menggantinya setelah tiba di tempat tujuan.
Setiba di tempat tujuan, andika membenahi seluruh barang bawaannya beserta perlengkapan sekolah yang akan segera di mulai di tempat baru. Bingkisan dari Sena masih terbungkus rapi. Andika membukanya karena penasaran dengan isi benda tersebut. Sebuah jam tangan G-Shock masih dalam kemasan dan sehelai kertas, tulisan tangan Sena.
" Gimana dengan Jamnya sama tidak dengan yang kamu inginkan ?  Jangan tanya bagaimana aku membelinya kamu pasti sudah paham, ya dari hadiah lomba lari waktu itu. Aku tahu Dik, kamu pura-pura jatuh agar aku menang, sama dengan aku tahu bahwa kamu yang nyurus sopir ayahmu untuk mengirim sepatu kerumahku agar aku mau ikut lomba. Jangan pula bertanya dari mana aku tahu, Kita sudah berteman lama, aku tahu persis karaktermu, suka mengalah. Sesuatu yang jarang dimiliki oleh anak-anak orang kaya di luar sana. Kamu pasti mengerti Dik kalau aku jarang bisa memberi sesuatu yang berharga bagi orang lain, bukan karena aku tidak mau, tapi aku tidak mempunyai apa-apa yang layak untuk di berikan. Mungkin inilah benda termahal yang penah aku berikan kepada seseorang, dan orang itu memang pantas mendapatkannya, dia adalah sahabat terbaiku Andika Kameswhara,
salam dari sahabatmu
Sena Prasetya"
Dilangit banyak tergores berbagai cerita anak manusia, Allah seperti sutradara tanpa tanding yang mampu membuat berbagai adegan yang berbeda secara simultan. Berjuta bahkan bermilyar lembaran scenario telah di mainkan oleh semua ciptaannya dengan penuh hikmat, baik secara sadar, tidak sadar, sukarela maupun terpaksa. Manusia juga mencoba belajar tentang diri sang sutradara lewat lebaran kitab suci maupun dengan keterbatasan penalaran otak mereka. Petunjuk yang di berikan Sang sutradara, ada yang membuat manusia menjadi sadar tetapi ada juga yang justru menjadi sombang, karena merasa di tunjuk Sang pemberi petunjuk untuk menunjuki jalan bagi orang lain. Prasangka telah banyak membutakan mata hati manusia, dan berjalan hanya menggunkan mata kepala dan mata kaki, untuk main seruduk sana-sini. Matahari terus beredar memberikan tanda bahwa waktu telah berputar, menggulung hingga dua puluh tahun berlalu.
" Ayah, beliin aku sepeda dong biar, bisa bonceng adek keliling komplek" kata seorang anak kecil berusia lima tahun kepada ayahnya yang sibuk membaca harian ibuka kota. " Iya ntar, sana jaga adek dulu, nanti dia malah lari kejalanan lagi" sahut ayahnya dari teras rumah. Anak itu berjelan keluar pagar mencari adiknya. Tadi mereka sibuk main rumah-rumahn di pekerangan, tapi adiknya yang berusia tiga tahun telah berlari keluar melihat sekumpulan anak-anak bermain bola di seberang jalan. " Rangga, hati-hati nanti ketabrak loh !" teriak Ibunya dari dalam rumah, " Mas Dika tolong liatin tuh si Rangga, udah kabur keluar, dia memakai jam G-Shock Mas dulu tuh " Ibu anak itu minta tolong kepada suaminya yang masih sibuk membolak balik halam koran. Tiba-tiba suara handpone berbunyi dan percakapan pun terlihat serius, setelah itu ayah dari dua anak itu pergi berganti pakaian " Bu Aku pergi dulu yah, klien ada yang berususan dengan petugas, katanya klienku di tuduh menggelapkan uang perusahaan " sahutnya sambil bergegas mengeluarkan mobil dari pekarangan rumah.
" Mas ini HP nya ketinggalan !" teriak istrinya yang mengingatkan bahwa handphone suaminya tertinggal di teras depan setelah tadi menerima telepon. Dia terlupa karena langsung kekamar berganti pakaian, tapi terlambat karena suaminya Andika telah berlalu dengan cepat. " Ayaaaah !" teriak Rangga anaknya yang paling kecil melihat ayahnya pergi sedangkan dia waktu masih asyik menonton bola di seberang jalan. Anak itu belum mengerti situasi dan berusaha mengejar ayahnya. Sebuah sepeda motor secara tidak sengaja menyerempetnya sehingga terjatuh ke trotoar samping, dan kepalanya terbetur batu. Tiara kakaknya berteriak minta bantuan. Ibu dan tetangganya berusaha menolong dan membawa Rangga kerumah sakit. Sang pengendara sepeda motor telah hilang diujung jalan.
Setelah memasukan Rangga ke ruang pemeriksaan dan mengisi registrasi pendaftaran istri Andika bersama anaknya Tiara kembali keruang pemeriksaan sambil menunggu telepon dari Andika. Tapi telepon belum juga berbunyi sampai beberapa jam kemudian, seorang dokter keluar memberikan keterangan " Ibu orang tuanya Rangga" tanya dokter itu
" Benar Dok, gimana keadaan anak saya?" tanya Istri Andika dengan cemas
" Alhamdulillah baik, lukanya agak panjang tapi benturan tidak sampai mengenai tulang sehingga, geger otak tidak terjadi sama sekali" terang Dokter itu sambil berusaha menenangkan ibu dua anak tersebut.
" Oh ya nama suami ibu Andika Kameswara ?" tanya dokter itu
" Benar Dok, dari mana dokter tahu ?" tanya istri Andika penasaran
" Yah sudah lah lupankan saja, semua biaya perawatan sudah lunas, nanti sore Rangga sudah bisa dibawa pulang, ...oh ya salam ya buat suami Ibu, bilang saja dari teman lamanya " kata Dokter tersebut sambil pergi  untuk menangani pasien lainnya.
-----------------
Andika baru sadar HPnya tertinggal pada siang hari sewaktu istrinya mengurus administrasi rumah sakit yang telah di bayar lunas oleh seseorang. Tapi Istri andika tidak menjelaskan semua secara rinci untuk menjaga perasaan suaminya. Sewaktu Andika menjemput kerumah sakit, kondisi Rangga sudah membaik, dia sadar dan memanggil-manggil ayahnya dengan kepala penuh perban. Andika memeluk anaknya bungsunya itu dengan penuh kasih sayang. Muncul rasa sesal karena tidak sempat pamitan dengan mereka. Istri andika kemudian menceritakan tentang dokter yang bertanya tentang dirinya dan biaya rumah sakit yang telah di lunasi. " Siapa nama Dokter itu " tanya Andika, " Duh saya lupa nanya lagi tadi... " jawab istrinya sambil memegang kepala
Ketika mereka menuju tempat parkir tiba-tiba seseorang berteriak dari samping " masih kuat lomba lari gak Dik " sahut seseorang. " Nah ini dia Dokternya yah !" sahut istrinya gembira. " Hah Sena !, kamu Sena ! udah jadi dokter rupanya, Dokter Sena Prasetya , pantas kamu mengenalku" seru Andika
" tahu dari mana ? nama Andikakan banyak ?" tanya Istrinya penasaran, Andika tersenyum " Coba lihat jam tangan G-Shock yang di tangan Rangga, disana aku ukir nama Sena Prasetya, orang menghadiahkan jam itu kepada ku dulu " jawab Andika sambil memeluk sahabatnya tersebut.
Persahabatan memang tak lekang oleh waktu, di dunia ini cerita cinta hanya bisa ditandingi oleh cerita persahabatan, suatu hubungan yang selalu dilekatkan Rasulullah kepada sahabat-sahabatnya, tidak ada istilah guru dan murid, yang ada hanyalah persahabatan, kapada siapapun baik tua maupun muda.
Salam
David Sofyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar