Dari atas salah satu gedung di daerah Gatot Subroto terlihat banyak orang berkerubung dibawah, berteriak-teriak, membawa yel-yel yang bertuliskan inspirasi mereka. Didepan mereka terhampar sebuah gedung berkubah tempat para petinggi negeri ini mempertaruhkan harapan rakyat. Ditelevisi terlihat kegaduhan yang sama dengan yang terjadi diluar, semuanya bercerita dengan mengatas namakan rakyat, entah rakyat yang mana. Di negeri lain di ujung sana sedang terjadi gempa dan tsunami jilid dua yang mengakibatkan rakyatnya saling menjarah kebutuhan pokok. Berbagai kejadian di belahan bumi manapun selalu akan berdampak pada peletakan sejarah yang akan datang mengenai kondisi bumi ini beserta isinya, bumi yang sebentar lagi akan mengakhiri masa kerjanya.
Dari dalam gedung berkubah itu terdengar salawat di lantunkan di tengah kegaduhan, dan diluar nama Allah terdengar di panggil-panggil dengan nada amarah. Berbagai kegaduhan ini ternyata menjadi sumber rejeki dari televisi anak negeri yang mengundang para pengiklan untuk mendukung acara realtime mereka beserta beberapa narasumber untuk berkomentar dalam meramaikan suasana. Berita-berita di koranpun menyuarakan hal yang sama, yaitu kasak-kusuk para pemimpin yang tidak layak memimpin, paling tidak begitulah salah satu kriteria dari Rasulullah seperti yang di riwayatkan oleh Abu Musa ra , Rasulullah saw. bersabda: "Demi Allah, kami tidak akan mengangkat seorang pun yang meminta sebagai pemimpin atas tugas ini dan tidak juga seorang yang berambisi memperolehnya." hadist itu mengenai pemilihan pemimpin untuk pembagian wilayah, hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di negeri ini dan dimanapun negara yang berstempelkan demokrasi yang justru menjual dirinya beserta atribut omong kosong yang sering kali menyertai.
Kita sebagai rakyat yang di paksa membeli demokrasi juga harus di paksa menonton citra orang-orang terpilih tersebut dalam mempertahankan kekuasaannya. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya akan muncul sepeninggalku sifat egois ( pemimpin yang mengutamakan kepentingan diri sendiri) dan beberapa perkara yang tidak kamu sukai. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau perintahkan kepada seorang dari kami yang mengalami zaman itu? Beliau menjawab: "Laksanakanlah kewajiban kamu dan mohonlah kepada Allah yang menjadi hakmu". Kita memang harus tetap menjalankan kewajiban kita sebagai rakyat, mungkin kinilah saatnya rakyat yang harus memberi contoh kepada pemimpinnya tentang bagaimana cara berlapang dada menerima sebuah arogansi.
Banyak orang berharap kalau tidak mau disebut bermimpi tentang sebuah khilafah, padahal jika kita buka sejarah dinasti terdekat dengan masa Rasulullahpun masih saling menumpahkan darah untuk sebuah kekhalifahan, tiranipun masih ada, ulamapun banyak yang dipenjara. Tentu ini tidak menutup mata kita dengan berbagai keberhasilan dimasa lalu tetang terciptanya masyarakat madani pada periode Rasulullah sampai Umar bin Khattab, diskriminasi kekuasaan sempat terjadi pada masa Utsman dan kekacauan sampai perang terjadi pada jaman Ali bin Abi Thalib dan dilengserkan oleh Umayah bin Abu Sofyan dan memunculkan tirani pada masa Yazid bin Umayah. Gambaran masyarakat madani muncul kembali pada masa Umar bin Abdul Aziz. Lalu kita hendak berangkat dari yang mana ?
Sebagai rakyat yang letih bermimpi kita saat ini hanya membutuhkan pemimpin yang peduli pada rakyat. Kepedulian yang membuat dia sering hengkang dari kursi singgasana untuk berbaur kemasyarakat mencari tahu kesulitan yang sering kita alami. Jika sulit untuk mencontoh pemerintahan Rasulullah maka sederhanakan menjadi pemimpin yang mencotoh sifat kepemimpinan Rasulullah dan jika sulit juga maka contohlah kepemimpinan sahabat Rasulullah dan jika itu pun masih sulit juga maka tegarlah dan lapang dadalah untuk tidak jadi pemimpin dan bergabunglah bersama kami, rakyat jelata yang merindukan pemimpin yang peduli.
Salam
David Sofyan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar