Selasa, 22 September 2009

Syawal Seperti inikah Yang Diinginkan Rasulullah

Bulan syawal adalah bulan yang dinanti ummat Islam karena disana ada yang bernama " Lebaran ". Didalam dunia Islam sendiri terutama di zaman Rasulullah Gaung Idul fitri tidak sehebat Idul Adha, Idul fitri adalah perayaan keprihatinan karena telah di tinggal Ramadhan sedangkan Idul Adha adalah perayaan sebuah pengorbanan dengan menyembelih binatang kurban. Tetapi saat ini, semua tampak terbalik, Idul Fitri tampak lebih semarak dibanding Idul Adha, lihat sajalah , Para fakir miskin hanya di hargai tiga setengah liter beras pada idul Fitri tapi lebih dari berkilo-kilo daging pada Idul Adha. Sekarang cobalah kita fikirkan dan tanya hati kita yang paling dalam "apakah lebaran yang kita klaim milik Islam ini adalah warisan Rasulullah dan merupakan wahyu dari langit atau sebuah toleransi besar-besaran dengan nafsu kita atas nama sebuah ibadah ?"






" Tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku" kata Allah didalam Al Qur'an. Silaturahim yang kita lakukan pada bulan syawal dengan bermaaf-maafan adalah pelaksanaan dari hablumminannas, tapi seringkali hablumminannas mengabaikan hablumminallah. Lihatlah sewaktu silaturahim terjadi di hari pertama lebaran, ketika azan zuhur atau ashar memanggil dari masjid sedagkan kita masih asyik bercanda dengan saudara atau teman dan kerabat, pada saat itu banyak yang mengabaikan panggilan sholat tersebut dan lebih mengutamakan bercanda dengan tamunya. Pada bulan syawalah sholat banyak yang di belakangkan, subhanallah. berbanding seratus delapan puluh derajat dengan yang kita saksikan di bulan ramadhan. Lalu dimana cerita menjadi orang betaqwa yang di dongengkan di bulan ramadhan tersebut ?

Dari tahun ketahun , kuantitas umat Islam semakin meningkat, tetapi sebaliknya kualitas keimanan umat semakin memprihatinkan sama seperti apa yang di perkirakan Rasulullah melalui hadistnya bahwa ummat Islam nanti seperti buih di lautan yang akan hilang di telan ombak. Posisi Ustadz dan Ulama saat ini hanya untuk menghibur telinga kita dengan tausiyahnya dan ilmunya tertinggal di awang-awang yang orang enggan menggapainya. Mudah-mudahan kita bisa mulai berbenah dari hal yang kecil , dari keluarga dan teman kita untuk memindahkan apa-apa yang kita dengar dengan telinga kita dan apa-apa yang kita lihat dengan mata kita untuk kita renungkan dihati kita dan dilaksanakan oleh anggota tubuh kita yang lain.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar