Senin, 01 Juni 2009

Fitrah Seorang Bayi


Menatap seorang bayi, tanpa sadar kita akan menyadari ke maha-an Allah dalam menciptakan mahluknya. Bayi dimanapun sama saja , sewaktu lahir tidak pernah menyandang status apapun yang melekat pada orang tuannya. Tidak negara, tidak kasta, tidak suku, bahkan tidak pula agama. Terkadang bayi itu akan dipersalahkan atas goresan tinta yang tidak tepat dari orang tuannya. Goresan itu akan menjadi landasan dia melangkah kedepan. Sembilan puluh persen bayi di dunia saat ini, menyandang agama orang tuannya, mungkin juga termasuk kita dahulu. Tetapi tidak ada satu orangpun yang tega mengatakan bahwa bayi-bayi yahudi, bayi-bayi nasrani atau bayi-bayi dari agama lain adalah cikal bakal penghuni neraka jika tidak mendapat hidayah Allah, loh memangnya bayi muslim walau tidak mendapat hidayah allah akan tetap masuk syurga ?

Rasulullah bersabda bahwa 'Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala). (HR. Bukhari)

Orang tua yang Yahudi atau Nasrani atau Majusi didapati dari kakek yang Yahudi, Nasrani dan Majusi dan begitu seterusnya keatas, lalu siapa yang pertama kali di persalahkan jika bersandar pada hadist ini. Seorang teman aktivis pernah berpendapat bahwa bayi tersebut setelah dewasa mempunyai akal fikiran untuk mencari kebenaran agamanya, itu berarti seluruh bayi yang terlahir bukan sebagai muslim wajib ketika dewasa mempelajari agama lain, karena jika tidak mempelajari agama lain dari mana mereka tahu kalau agama mereka salah. Lalu apakah itu berarti seluruh bayi muslim mendapat dispensasi hanya memperdalam agamanya sendiri, tanpa perlu mempelajari agama orang lain karena sudah pasti benar. Jika kita kembalikan kepada sandaran awal bahwa kita tahu agama kita benar karena kita mengetahui kesalahan agama orang lain dan dari mana kita mengetahui kesalahan tersebut jika tidak di pelajari, maka seluruh bayi muslimpun terkena kewajiban mempelajari agama lain sebagai tolak ukur.

Jika seluruh bayi dimuka bumi ini setelah dewasa tidak mempelajari agama lain hanya fokus pada agamanya sendiri secara baik menurut fikirannya yang diambil dari dalil-dalil agamanya dan mengamalkannya secara benar menurut fikirannya atau menurut dalil-dalil agamanya maka siapakah yang dapat dispensasi syurga ? Manusia bisa saja berpendapat tapi Allah lah yang maha menentukan. Harus kita sadari bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam semesta bukan milik agama-agama tertentu. Setiap ada yang benar pasti ada yang salah demikian juga terhadap agama. Hak menentukan yang benar dan salah adalah hak Allah, keadilan Allah tidak bisa disamakan dengan keadilan mahluknya. Sebagai mahluk kita diwajibkan berikhtiar mencari kebenaran menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah atas diri kita yaitu agama orang tua, karena tidak ada sesuatu kejadian yang tanpa sepengetahuan Allah, termasuk pemilihan rahim tempat ruh bersemayam. Semuanya tentu saja untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( Ali Imran, ayat 18 )