Jumat, 14 November 2008

Samudra Tanpa Tepi

"Jika bukan karena aku takut melukai tangan ibuku, akan ku biarkan beliau memukul punggung badak ku sampai puas karena aku membolos sekolah. Aku takut membuat susah hati ibuku karena akan di panggil kepala sekolah untuk melunasi biaya SPP yang hampir 4 bulan belum terbayar dan membolos adalah satu-satunya jalan bagiku untuk mencari tambahan rezeki membantu ibu"
 
Tergenang air dikelopak mata sahabat ketika menceritakan masa kecilnya yang penuh liku. Dia dulu sering menangis di setiap sholat bukan karena ketidak ikhlasan menerima  taqdir yang Allah tetapkan untuknya tetapi ia menangis agar di beri kesabaran agar tidak berburuk sangka kepada Allah terhadap jalan hidupnya. Dan  semua telah terbayar karena dia sekarang berada di salah satu posisi penting pada sebuah perusahaan swasta di Jakarta.
 
Jika tahu suatu ketika kepala anaknya di minta untuk di penggal tentulah Nabi Ibrahim tidak akan pernah berdoa meminta anak tetapi siapa yang tahu kedalaman samudra pengetahuan Allah. Kita sebenarnya berjalan dari ketidak tahuan lama menuju ketidak tahuan baru. Jika kemaren kita tidak tahu apa yang dilakukan hari ini, maka hari ini kita tidak tahu apa yang kan kita kerjakan esok hari. Manusia bisa saja berencana tetapi Allah lah yang merealisasikan segala rencana  "wa 'akidu kaida "  kata Allah dalam surat At Thariq
 
Tidak pernah sahabat tersebut bisa membalas kasih ibunya menurut ukurannya karena keberhasilan datang setelah sang ibu meninggalkannya kecuali lewat doa, sesuatu yang merupakan senjata para mukmunin menembus rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala