Apakah kita mencintai pasangan kita karena kecantikan atau kegagahannya ? atau cinta yang membuat pasangan kita terlihat cantik atau gagah, lalu apa yamg membuat orang buta jatuh cinta ? Apakah cinta bisa mempersatukan dua jiwa atau cinta baru muncul setelah bersatunya dua jiwa ? . Semua tubuh perempuan adalah aurat bagi lelaki yang punya mata tetapi ada saat tertentu suara perempuanpun bisa jadi aurat dan hal ini juga berlaku bagi orang buta. Sebaliknya aurat laki-laki tidak terlalu banyak di permasalahkan selain dalam kaidah fiqih sholat, semua serba normatif dan relatif. Apa jadinya manusia tanpa birahi tentulah kita berkembang biak seperti robot dan jika itu terjadi maka rutinitas ini bisa jadi bagi sebagian orang begitu membosankan.
Sifat dan hawa negatif dalam tubuh adalah anugrah Allah yang tidak mungkin bisa dihilangkan dan sebagai penyeimbang maka disusupkan juga sifat dan hawa posistif dan tidak hanya itu pengendalian sifat negatif yang notabane nya untuk kepentingan diri sendiri masih di ganjar pahala oleh Allah, dan kitapun di beri wadah untuk mengendalikannya seperti Sholat, Puasa, Zakat, Haji, dan lain-lain yang secara mikro tampak seperti pengabdian secara vertikal tetapi secara makro berdampak pada kesetaraan secara horisontal, lalu masalahnya dimana ? masalahnya tidak setiap orang mampu menahan gejolak dan lonjakan hawa negatif ini bahkan nabi Yusuf hampir tidak sanggup menahan lonjakan hawa tersebut jika tidak mendapatkan pertolongan dari Allah
"Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih". (QS 12:24)
dan hal ini diakui pula oleh nabi Yusuf, bahwa sebenarnya kita akan sangat sulit mengendalikan hawa negatif ini jika tidak meminta pertolongan dari Sang Pemberi hawa negatif tersebut.
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang" (QS 12:53)
Lalu dimana letak usaha kita ? jika kita mau jujur sebanarnya usaha kita hanya menjauhi pemicu hawa negatif atau kemungkaran ini karena jika kita telah masuk kedalam perangkapnya maka sulit bagi kita untuk menghindar bahkan sangat sering kita mendengar kata "Astagfirullah" terucap setelah kejadian berlangsung (marah, memandang yang bukan haq, berdusta, iri, dan sebagainya dan sebagainya) lalu bagaimana caranya menjauhi pemicu tersebut ? jawabannya sederhana yaitu banyak -banyak mengingat Allah (berdzikir) karena "la hawla wa la quwwata illa billah". Namun jawaban sederhana tersebut tidak cukup sederhana untuk diterapkan bukan ?