"Mind trapping" atau jebakan fikiran sering membuat sesuatu yang tampak sederhana menjadi demikian rumit. Suatu ketika teman dari daerah datang ke Jakarta dan menginap di sebuah hotel kelas tiga di pinggiran kota, entah mengapa setelah dua hari menginap di hotel tersebut baru dia menelpon saya dan mengatakan bahwa dia sudah berada di Jakarta sejak 2 hari yang lewat dan baru bisa menghubungi karena ada urusan keluarga. Sesampainya disana saya pura-pura kaget dan memberitahukan bahwa di kamar tempat dia menginap setahun yang lewat pernah terjadi pembunuhan dimana satu keluarga terbunuh setelah di rampok terlebih dahulu. Mendengar hal tersebut teman hanya mengangguk perlahan tetapi dampaknya malam berikutnya dia tidak bisa tidur nyenyak, seperti di ikuti oleh sesuatu, padahal dua hari sebelumnya tidak ada terjadi apa-apa.
Segala predikat yang melekat pada diri kita adalah pembentukan dari sebuah pengetahuan, mungkin bagi suku badui yang tidak pernah mengakses informasi ketika berhadapan dengan SBY bisa beranggapan bahwa dia bukan siapa-siapa. Pengetahuan tidak hanya membentuk sebuah kesadaran baru tetapi juga bisa mengikat kesadaran tersebut menjadi sebuah hukum sebagai contoh ketika kita tidak tahu bahwa segelas air di meja mengandung alkohol maka halal bagi kita meminumnya dan hukum haram jatuh ketika informasi mengenai kandungan alkohol yang terdapat didalam air tersebut datang kepada kita.
Selain jebakan fikiran, suasana hati juga bisa mempengaruhi keseharian kita, sebagai contoh ketika kita sedang duduk kemudia datang ustdaz kemudian berkata "jadilah orang yang sabar karena Allah bersama orang-orang yang sabar" dan hal ini bisa kita terima dengan senang hati tetapi bagaimana jika ketika muka kita habis di pukul oleh seseorang kemudian sang Ustadz berkata seperti itu, tentu saja situasinya sangat berbeda bukan ? mungkin kita lebih senang saat itu sang ustadz berbicara mengenai keadilan ketimbang kesabaran.
Kesimpulan sederhananya adalah bahwa sangat di perlukan sebuah kebijaksanaan dalam menyaring setiap informasi dan kebijaksaan dalam menyampaikannya sehingga amar ma'ruf nahi mungkar di laksanakan dengan cara yang ma'ruf dan bukan sebaliknya.