Pada suatu pagi terdengar suara mendayu-dayu mengagungkan asma Allah yang berasal dari sebuah majelis dzikir " Subhanallahi walhamdulillah walaila ha illallahu Allahu Akbar" , saling sahut menyahut antara sang ustadz dan makmumnya, namun pada siang harinya di sudut lain kota ini kembali asma Allah dikumandangkan tetapi dengan nada garang "Allahuakbar! ", " Allahuakbar!" seru para peserta pada acara demontstrasi menentang kebijakan pemerintah, pun di tempat lain kembali kembali kalimat kepsarahan kepada Allah di perdengarkan "Insya Allah deh saya datang " seru seorang ibu ketika diundang datang ke acara arisan sebagai tanda bahwa sebenarnya dia malas datang dan kembali puji syukur yang dipanjatkan petugas kelurahan " Alhamdulillah" ketika ada seseorang yang memberikan uang pelicin agar pembuatan KTP nya cepat selesai.
"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan " (QS 7:180)
Kita terkadang sering menempatkan Allah pada posisi yang kita mau, pada saat kita sedang susah kita sering memanggil Allah "ya Rahmaaan ....", "Yaa Rahiiimm..." , pada saat kita merasa berdosa kita sering memanggil Allah " Yaa goffar.....", " Ya Goffur", pada saat marah kita memanggil Allah " Allahu Akbar !!!!" terus saja seperti itu tanpa kita mau perduli apa sih sebenarnya maunya Allah pada diri kita. Apakah kita bertindak dulu baru berharap kita mendapat ridho Allah atau kita cari tau dulu sesuatu yang akan kita lakukan mendapat ridho atau tidak baru setelah itu bertindak, susah memang untuk diterangkan karena selama ini kita selalu bermain dengan prasangka-prasangka. Ketika kita menemukan orang lain menempatkan Allah pada posisi yang berbeda dengan kita, kita merasa aneh seolah-olah posisi kitalah yang paling benar padahal Allah mempunyai lebih dari 99 nama , artinya akan lebih dari 99 cara orang akan memposisi Allah secara berbeda pula walaupun tuhan yang diseru tetaplah satu, lalu apanya yang salah ?
Allah Subhanahu wa Ta'ala sering kita buat tersembunyi dibalik perasaan kita yang notabane nya perasaan minor (sedih, marah kesal, putus asa) dan mungkin kita sering lupa ketika sedang dalam perasaan bahagia, gembira atau sedang bercanda dengan teman, sedang tertawa dengan relasi. Jadi salahkah Allah jika Dia ingin dingat dengan membuat kita sakit, menghadirkan kita bencana dan sebagainya ?