Jumat, 20 Agustus 2010

Aqidah Dalam Ahlaq

Ilmu seperti gerbang pintu menuju sebuah alam misteri. Munculnya temuan-temuan yang bermanfaat bagi kehidupan merupakan pijakan dari ilmu, namun dibalik itu ada juga ilmu yang bersifat pengetahuan yang penyingkapannya memerlukan bukti atau ilmu tambahan dalam menegaskan keyakinan. Perang opini sering terjadi pada ilmu terakhir ini dengan membawa 'perasaan' sebagai embel-embelnya.


Masih terus terngiang di telinga Bintang suara keributan di masjid tempat dia mengaji, berbagai argumen bertebaran dalam memperkokoh ego masing-masing yang selalu bersembunyi di balik kebenaran. Semua tampak sholeh dan baik, dengan busana-busana ala nabi atau wali yang mereka coba citrakan pada diri mereka. Cinta sirna tanpa bekas, menguap dalam panasnya hati, mendidihkan aliran darah yang membuat banyak orang terkena penyakit. Penyakit itupun sering di celotehkan sebagai ujian padahal bakterinya di produksi sendiri secara sukarela oleh hawa nafsu. 

Gelombang air laut terus mengayun perahu tempat ayah dan anak itu mencari karunia ilahi. Angin berhembus semilir seperti berbaur dalam menjalankan amanah. Anak itu berdiri dekat tiang sampan sambil memandang jauh kedepan, laut seperti tidak bertepi. " Ayah, apakah Allah suka berpihak kepada sesuatu ?" tanya anak itu kepada ayahnya yang masih sibuk mengatur jala ikan dan membuang beberapa terumbu karang yang menempel pada jaring tersebut.
" Bintang.....bintang tidak percuma kau kuberi nama Bintang dengan harapan kelak kau berperilaku dan berfikir setinggi bintang dilangit. Tidak anaku, Allah tidak pernah berpihak pada siapapun karena Allah berdiri sendiri, dan itu adalah sifat yang melekat pada diriNya" jawab ayahnya tanpa menoleh sedikitpun dan tetap sibuk dengan jaring ikannya. Si anak menoleh kepada ayahnya " Loh bukannya Allah memihak kepada yang benar yah?"
" Kelihatannya memang seperti itu tetapi sebenarnya tidak anakku. Allah maha berkehendak. Jika Allah berkehendak menciptakan semuanya baik maka siapa yang bisa membuatnya menjadi buruk atau jika Allah berkehendak membuat segalanya menjadi buruk lalu siapa yang mampu membuatnya menjadi baik ? tidak ada kerugian atau keuntungan yang di peroleh Allah atas pilihan manusia. Allah membuat aturan untuk kepentingan manusia itu sendiri, dan Allah memberikan konsekwensi atas setiap pilihan manusia. Jika berbuat baik dapat pahala dan berbuat buruk dapat dosa , jika tidak ada konsekwensi tentu tidak perlu ada aturan dan jelas itu tidak mungkin karena salah satu sifat Allah adalah sang maha Pengatur segalanya." jawabnya ayah anak itu sambil tersenyum karena pertanyaan tersebut sangat berkaitan dengan masalah ketuhanan, masalah tauhid, masalah yang paling penting dalam agama.
Bintang terdiam mendengar jawaban ayahnya, dia tidak mau melanjutkan lebih jauh, hari telah senja dia hendak bergegas pulang berkebalikan dengan nelayan pada umumnya yang kebanyakan mencari ikan di waktu malam, Bintang bersama ayahnya mencari ikan mulai pagi hari karena hari itu adalah hari libur,  jika hari biasa, ayahnya berangkat sendiri pada malam hari dan terkadang di temani oleh paman atau adik ayahnya.
------------------
"Mengapa jika batu di lempar keatas maka batu tersebut akan kembali ke bawah ?" tanya Bu Ratmi guru IPA kepada anak-anak dikelas lima sekolah dasar Merpati 01, tempat dimana Bintang menuntut ilmu. " Karena adanya daya gravitasi bumi bu " jawab Anita dari bangku paling depan. Anak yang memakai kaca mata itu memang terlihat suka membaca, tetapi jawaban itu tentu terlalu mudah bagi seorang kutu buku. " Karena Allah yang menghendaki seperti itu bu " jawab Bintang dari samping kiri kelas. Tentu saja jawaban ini sangat bias dan universal apalagi dikaitkan dengan mata pelajaran IPA, tetapi Ibu guru juga tidak bisa menyalahkan.
" Yang benar jawaban Anita bukan kamu Tang ! " kata Rusdi, anak yang selalu ingin terlihat pintar dengan rambut kelimis disisir kebelakang.
" Loh kok gitu, teori itu kan yang buat manusia yang bernama Isaac Newton, hanya karena apel jatuh di kepalanya, mengapa disebut daya tarik bumi ? mengapa tidak disebut daya tolak langit bukankah hasilnya sama-sama kebawah ? lalu apakah setiap teori itu tidak ada hubungannya dengan ketetapan dari Allah ?" jawab Bintang dengan lantang yang membuat suasana hening. Tentu saja hal ini menyiratkan bahwa Bintang bukannya tidak tahu tentang teori itu tetapi dia hanya ingin menegaskan sesuatu di balik teori, bahwa ada yang Maha berkehendak. Lagi-lagi pelajaran tauhid telah mewarnai setiap mata pelajaran yang di terima oleh anak itu yang membuat gurunya merinding mendengarnya.
" Benar Bintang ! semua memang telah ditetapkan oleh yang maha kuasa, dan untuk memudahkan setiap ketetapanNYa maka harus di beri nama untuk memudahkan dalam mempelajari dan kebetulan yang di bukakan fikirannya untuk memahami masalah ini pertama kali adalah Newton jadi penamaan itu hanyalah proses menghagai hasil usahanya menerima ilmu Allah" jawab Ibu Ratmi sebijak mungkin, dan hal ini mengena dihati Bintang.
Penanaman nilai-nilai aqidah dan ahlak telah sejak dini di rasakan oleh Bintang di keluarganya, baginya ayat-ayat kauniyah yang ada pada alam semesta sama pentingnya dengan ayat-ayat qauliyah yang telah dibakukan dan di tafsirkan bermacam-macam oleh banyak orang. " Tujuan utama Rasulullah itu di utus selain untuk mengesakan Allah juga untuk merubah ahlak anakku" kata ayahnya dalam beberapa kali kesempatan karena yang belakangan ini berkembang adalah banyak orang yang melupakan tujuan utama dan mengedepankan aksesorisnya. Yang terlihat adalah topeng-topeng berjalan, bumi pun resah dan gejolak bencana terjadi dimana-mana.
------------------------------
Setelah melewati ujian untuk kenaikan kelas , sekolah Bintang mengadakan acara dharma wisata ke candi Borobudur. Tabungan siswa selama belajar setahun di pergunakan sebagai biaya keberangkatan dan akomodasi. Sebagai siswa kelas lima dan akan segera memasuki kelas enam, anak-anak telah mempelajari berbagai kebudayaan yang ada di Indonesia, termasuk situs-situs bersejarah bahkan salah satunya tercatat sebagai keajaiban dunia seperti Borobudur tersebut.
Hari itu matahari begitu menyengat kulit. Berdiri diantara patung-patung candi yang tinggi membuat beberapa siswa merasa kepanasan dan berlari kearah pepohonan di luar area candi. Pedagang nampak hilir mudik menjajakan dagangangannya. Seorang bapak penjual barang pajangan menghampiri Bintang yang duduk santai di bawah pohon bersama beberapa temannya. " Beli oleh-oleh dek, buat di rumah ?" tanya bapak itu. Bintang hanya menggelengkan kepala karena memang dia tidak punya uang untuk membeli apapun. Jika bukan karena tabungan siswa, belum tentu Bintang bisa ikut serta. Tiba-tiba Bintang teringat dengan ayahnya. Dia ingin membelikan sesuatu dan matanya tertuju pada penjual batik warna warni dengan bahan kain tipis, mungkin disesuaikan dengan harganya yang murah. Tetapi bagi Bintang harga itu tetap mahal karena dia tidak mengantongi uang sedikitpun.
" Pak boleh tau bapak mengambil barang ini dari mana, maksud saya agennya ?" tanya bintang kepada bapak yang menawarkan barang pajangan itu.
" Memangnya jamu mau beli banyak, ya udah beli sama saya saja, nanti saya bisa sediakan berapapun yang adek mau" sahut bapak itu penuh selidik. Bintang hanya menunduk, kemudian menatap kesegala arah , seperti mencari sesuatu.
" Ngga pak justru saya mau jualan seperti bapak, saya ngga punya uang pak, tapi saya mau beli oleh-oleh buat ayah dirumah nah mungkin waktu yang sedikit ini saya gunakan untuk jualan, siapa tau ada rezeki" balas Bintang. Bapak itu diam sejenak, dia melihat mimik keseriusan pada wajah Bintang, ada rasa kasihan muncul sehingga bapak tersebut mencoba membantu Bintang.
" Kalo Agennya jauh dek, kamu gak bakal punya waktu banyak, begini saja , kamu jual punya saya ini dan keuntungannya kita bagi dua, saya masih punya banyak stok yang belum laku di kardus sana " kata bapak itu sambil menunjuk ke sebuah tumpukan karton didekat warung-warung pinggiran.
Selang beberapa waktu kemudian Bintang telah berdagang ke pada teman-temannya sendiri benda-benda pajangan seperti ukiran candi mini dari kayu atau pernak-pernik lainnya. Temannya bingung, tapi mereka paham dengan karakter bintang yang selalu bisa memanfaatkan situasi dengan berusaha atau berkarya. Dukungan sebagai bentuk solidaritas membuat dagangan Bintang cepat habis hanya dalam beberapa jam oleh teman atau guru-gurunya sendiri disamping sekolah lain yang kebetulan mengadakan acara yang sama pada hari itu. Telah terkumpul keuntungan sebesar dua puluh lima ribu rupiah setelah di bagi dua dengan bapak pemilik dagangan. Uang tersebut cukup untuk membeli sebuah baju batik untuk ayahnya.
Setengah jam menjelang pulang,  tiba-tiba hari menjadi gelap, hujan mulai turun dengan deras. Bintang mencoba mencari penjual baju batik yang agak murah dengan kualitas yang bagus. Matanya menatap sebuah baju batik dengan corak warna biru muda cocok dengan kulit ayahnya yang gelap karena terbakar sinar matahari. " Mas beli kue mas, masih hangat" seru seorang anak kecil, kira-kira empat tahun dibawahnya atau sekitar kelas satu SD.
" sssst jangan beli, dia itu beragama hindu" bisik temannya dari samping. " Memangnya kenapa ?" tanya Bintang heran. " Ya berarti makannannya tidak terjamin, lagi pula kalo mau beli dan aman, beli yang beragama islam saja " jawab temannya masih sambil berbisik. Entah mengerti atau tidak, anak pedagang kue itu pergi berbalik arah dengan payungnya. Tiba-tiba kaki kecilnya tersenggol batu koral yang menancap ketanah, sehingga dia terjatuh dan kakinya luka. Kuenya basahnya, benar-benar basah terkena air hujan dan sebagian lagi berserakan diatas tanah yang berair. Bintang dan temannya segera menolong, beberapa orang yang melihat juga ikut membantu mengangkat barang dagangnnya yang masih bisa di selamatkan.
"Bintang!...Andy!...cepat Bis mau berangkat" teriak temannya dari kejauhan. Andy segera berlari diantara air hujan menuju parkiran bis. Bintang menatap anak itu dengan iba, hajatnya untuk membeli batik belum terpenuhi, akhirnya uang itu di masukan kekantong baju anak itu dengan tiba-tiba sambil berbisik" nih ada sedikit bekal unutk membeli obat dan mengganti daganganmu yang rusak "  . Belum sempat anak itu membalas, Bintang sudah berlari kencang kearah bis.
Didalam Bis guru bercerita tentang kemegahan ibu pertiwi dimasa lalu " Anak-anak apa yang kalian lihat tadi adalah prasasti tentang sebuah kejayaan kerajaan dimasa lalu, kalian juga bisa membuat prasasti kalian masing-masing di muka bumi dengan apaaaaa?" tanya guru tersebut kepada muridnya. "Dengan berbuat baik buuuuuu!!!!" jawab anak-anak secara serentak kecuali Bintang yang hanya diam sambil memandang keluar jendela, masih terbayang baju batik untuk ayahnya yang berwarna biru itu.
-------------------------------
Setiba dirumah ayah dan ibunya menyambut dengan gembira dan menanyakan pengalaman Bintang dalam berwisata ke candi Borobudur. Bintang menceritakan semuanya kecuali niatnya untuk membeli batik, takut ayahnya kecewa. " Oh ya Bintang tadi ada teman lama ayah yang memberikan baju batik kepada ayah, kami sudah lama tidak jumpa , eh dia bawa oleh-oleh rupanya" kata ayahnya sambil membuka sebuah bungkusan. Setelah dibuka , Bintang kaget karena baju batik itu sama persis dengan baju yang akan dia belikan untuk ayahnya. " Subhanallah !!! Aku tahu Engkau Maha Melihat Ya Allah"  teriaknya dalam hati. Keteguhannya akan keberadaan Allah semakin kokoh, lewat sikap dan perbuatan.
Salam
David Sofyan

3 komentar: