Kamis, 22 Oktober 2009

Melihat Bencana Dengan Kacamata Siapa ?

" Ustadz , prediksinya nanti mau terjadi gempa lagi, kira-kira siapa lagi yang terkena azabNya, terus ayat mana lagi yang hendak di cocok-cocokan dengan kejadian gempa " kata Subur kepada Ustadz Abbas dengan antusias karena berita mengenai gempa memang sedang hangat di bicarakan selain berita mengenai pembentukan kabinet presiden. " Jika sudah bisa di prediksi bukan azab lagi namanya tetapi keteledoran manusia, Ketika kita sudah tahu daerah itu sering terkena banjir tetapi kita tetap mendirikan rumah disana dan sewaktu kita kebanjiran lalu kita mengatakan ini azab Allah maka hal itu adalah benar tetapi yang diazab adalah kebodohan kita dalam menantang sinyal yang telah di berikan lewat ilmu pengetahuan" kata Ustad Abbas dalam sebuah pengajian
 
Sinyal masalah gempa dan daerah yang di perkirakan akan terkena bencana alam ini telah dilakukan beberapa tahun lalu oleh badan geologi, hanya saja kepastian kapan terjadi hanya Allah yang mengetahui. Jika sebuah informasi telah di terima lalu kira-kira tindakan apa yang mesti dilakukan kita sebagai masyarakat atau pemerintah sebagai penyelenggara negara ? Pada kenyataannya kita sebagai masyarakat tidak pernah mau mengeluarkan biaya untuk sesuatu yang belum pasti terjadi walaupun peringatan telah di berikan seperti pindah lokasi atau memperkuat pondasi rumah. Lalu mengapa ketika bencana terjadi kita masih bertanya "mengapa" ?
 
" Ustadz , apakah benar bencana diakibatkan oleh dosa-dosa manusia, karena logikanya negara Israel atau Amerika Serikat yang lebih banyak dosanya tidak terkena kok malah tempat-tempat yang terlihat Islami seperti serambi mekah Aceh, atau Padang yang mayoritas penduduknya muslim yang terkena gempa " tanya Farid, seorang anak muda yang sering menjadi imam di masjid karena suaranya yang bagus.
 
" Bencana adalah musibah dan musibah tidak melulu disandang para pendosa tetapi bisa di kenakan kepada siapa saja yang Allah mau  seperti kata Allah dalam surah Al Baqarah ayat 155-156 "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Itulah yang disebut musibah sebagai ujian namun disisi lain bencana juga bisa sebagai peringatan agar yang tekena musibah kembali kejalan Allah dan segera meminta ampun kepadaNya seperti kata Allah lewat surah Al A'raaf ayat 168  "Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)." kata Ustadz Abbas sambil menarik nafas. Usianya yang sudah kepala tujuh membuat bicaranya terdengar pelan.
 
Terlalu sering kita membanding-banding kan sesuatu yang kasat mata terlihat tanpa meneliti lebih jauh lagi, kita mungkin belum sadar  bahwa disetiap negara yang kita anggap kafir pasti ada umat muslim yang bermukim disana yang keterpojokan mereka bisa jadi membuat doa mereka lebih mustajabah di banding negara yang mayoritas muslim tapi sering lupa kepada Tuhannya. Seperti teriakan anak-anak palestina ditanah yang di jajah oleh Israel atau himpitan warga muslim kulit hitam di Amerika Serikat, atau penindasan minoritas muslim di Cina dan Thailand. Bukankah doa-doa orang yang teraniaya lebih di ijabah oleh Allah. Bagaimana mungkin Allah menimpakan bencana alam, sementara bencana yang lebih besar seperti bencana Aqidah telah mendera mereka terlebih dahulu.
 
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.  ( At Thaagabun ayat 11)
 

Di alam semesta ada sunnatullah yang menempel kepada  taqdir Allah. Jika kita menyakiti seseorang maka kita pasti akan disakiti oleh orang lain itu adalah sunnatullah sedangkan kapan kita akan disakiti adalah masalah taqdir Allah. Jika kita tidak menjaga kelestarian alam sekitar kita maka alam akan berbalik menyerang kita dan itu adalah sunnatullah, sedangkan kapan alam akan memuntahkan "amarahnya" adalah masalah taqdir Allah. Sebaliknya jika kita berbuat baik maka kitapun akan mendapatkan kebaikan ( hal jaza'ul ikhsani illal ikhsan (QS 55:60) itu adalah sunnatullah kapan kita akan memperoleh kebaikan ? itu adalah masalah taqdir Allah. Semua itu bukan tentang apakah kita bisa mengubah taqdir Allah atau tidak, tetapi lebih pada masalah apakah kita bisa memahami sunnatullah atau tidak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar