Selasa, 07 Juli 2009

Isyarat Kebaikan


Didalam sebuah pengajian seorang guru agama bertanya kepada muridnya " apakah kalian sanggup menjadi orang yang bertaqwa ? " , para murid menjawab dengan serempak " sanggup !" , lalu guru tersebut bertanya lagi " tahu dari mana kalian kalo sudah bertaqwa atau belum ?" , suasana hening , tidak ada yang berani menjawab " berusaha sajalah karena memang hanya Allah yang berhak melekatkan predikat taqwa kepada kita, dan jika ada yang merasa telah bertaqwa, itu berarti dia telah ujub pada setiap ibadahnya"


" Jika kalian tidak sanggup melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya sekaligus , mana yang mesti kalian dahulukan ?" lanjut sang guru meneruskan pertanyaannya. Salah satu murid memberanikan diri menjawab " menjauhi laranganNya guru , karena apapun bentuk keburukan akan berakibat tidak baik bagi diri kita maupun orang lain, bukankah dosa kita tidak akan di ampunkan Allah sebelum kita minta maaf kepada sesama ?, jadi menghindar lebih utama guru " jawab sang murid percaya diri , diantara para murid dia memang terkenal paling tenggang rasa, dan sering mengobarkan semangat persatuan.

" tetapi bagi saya yang penting melaksanakan perintahNya dulu guru, hablumminallah baru hamblumminannas, karena jika semua orang berbuat baik tanpa melaksanakan perintah Tuhan untuk apa lagi ada agama, trus perbuatan baiknya karena apa ? , apakah karena hanya ingin dinilai baik sama orang lain ? karena apapun kebaikan tanpa ridho Allah adalah sia-sia, bukankah imam Ali RA pernah berkata jika kalian tidak bisa meninggalkan larangan Allah maka jangan pernah tinggalkan perintah Allah karena pada hakekatnya kebaikan dan keburukan berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan telah menjadi ketetapanNya." jawab salah seorang murid senior di pengajian tersebut.

Sang guru hanya tersenyum , sambil berkata " dua-dua nya masuk akal bukan " para murid mengangguk setuju, sang guru meneruskan " idealnya memang harus di usahakan keduanya yaitu melaksankan perintahnya dan menjauhi larangannya, tetapi para ulama telah memikirkan bahwa kemampuan setiap orang memang berbeda dan di buatlah skala prioritas yaitu melaksanakan dulu perintahnya seperti yang di isyaratkan imam Ali karena ini merupakan masalah aqidah yang membedakan ummat Islam atau tidak, yang membedakan orang beragama atau tidak karena kebaikan itu bersifat fitrah yang dimiliki oleh siapapun termasuk orang yang tidak beragama" para murid hanya diam, ada yang bisa menerima tetapi ada juga yang masih menyanggah walau didalam hati.

Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.(QS 6:135)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar