Selasa, 09 Juni 2009

Persahabatan


Persahabatan seperti kepompong kata sebuah lagu yang bisa merubah ulat menjadi kupu-kupu, atau merubah orang bejat menjadi taat. Persahabatan seperti lebah yang bisa memberi madu dan menyengat jika ada yang mengganggu. Persahabatan adalah tempat bermuarannya sebuah toleransi dan bukan konspirasi, kata seorang teman.

Ada sebuah kata mutiara cukup bermakna dari Rasulullah shallallahu alaihi wassallam dalam memilih seorang sahabat.
" Kawan pendamping yang sholeh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya." (HR. Bukhari)

Kalau dibilang sholeh, maka temanku ini tidak termasuk diantaranya karena dia terlahir sebagai penganut katolik fanatik. Terlahir dari kedua orang tua yang berasal dari suku Batak, Jonathan Marpaung atau lebih akrab di panggil dengan sebutan Paung sangat santun dalam bergaul, darah bataknya tidak menyebabkannya bersifat kasar seperti anggapan umum terhadap suku ini. Jika ada diantara teman-temannya yang terkena musibah maka dialah orang pertama yang memberikan bantuan. Sifat toleransinya begitu tinggi pada temannya yang hampir semuanya muslim, termasuk saya. Tidak jarang dia selalu mengingatkan kami ketika masuk waktu sholat " eh itu sudah masuk waktu sholat ...sana sholat dulu biar tas dan sepatu kalian aku yang jaga " katanya kepada kami sewaktu jalan-jalan keluar kota.


Berbeda dengan Paung, Yulianto yang terlahir dari suku Jawa dan besar diantara penganut Islam fanatik jauh dari ajaran Islam. Minuman keras dan judi sesuatu yang biasa dilakukannya, ketika dinasehati dia selalu mengelak " Hidayah itu ada ditangan Allah, kalo Dia sudah menyesatkan maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk tapi kalau Allah sudah memberi petunjuk maka sebejat apapun orangnya pasti akan jadi baik ....tenang aja pak" katanya sambil terus minum. Pernah suatu hari dia hendak mentraktir teman-temannya dengan hasil judi , tapi kami tolak , kemudian dia berkata " Tenang aja semua, yang haramkan perbuatannya bukan uangnya, kalo soal haram mah semua uang negara juga uang haram, meminjam dari negara kafir dengan sistem ribawi , lalu kemudian membangun jalan , instalasi listrik dan lain-lainya , berarti kita semua masuk neraka dong....." dan banyak lagi ocehannya yang membuat kesal yang lain. Mungkin orang masih bisa menerimanya karena sifatnya yang ceria dan pandai melawak karena memiliki selera humor yang tinggi.

Walaupun beberapa kali main kerumah Paung, tetapi jika ingin mengajak makan dia selalu membawa kami keluar, dia pondai sekali menjaga perasaan kami yang pasti akan meragukan kehalalan makanan di rumahnya walaupun dia sendiri mengaku tidak pernah mengkonsumsi daging babi. Paung dan Yulianto adalah sosok yang berbeda dalam memahami ajaran agamanya. Idealnya tentu berteman dengan sesama muslim yang taat, tetapi bersahabat dengan non muslim yang membawa kita kepada ketaatan mengapa tidak, walaupun pada saat ini mencari orang yang seperti itu merupakan sebuah kelangkaan. Dan ini terbukti beberapa tahun kemudian tepatnya di penghujung tahun 2005, Jonathan Marpaung meninggal dunia karena sakit yang tidak di acuhkannya sewaktu sibuk dalam menggalang dana membantu korban bencana tsunami di Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar