Rabu, 24 Juni 2009

Hasil Kerja Media Setengah Hati


......Apakah kuku diri ini harus selalu hitam pekat, apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan, Tuhan  bimbinglah hambamu ini agar tak gelap mata, dan tolong sampaikan rasa ingin ku kembali bersatu ...."
 
Potongan lagu Ebiet.G.Ade tersebut dahulu cukup populer dalam menggambarkan betapa susahnya ketika menjadi narapidana, seperti cap hitam yang menempel terus  didahi yang menjadikan jarak mereka dengan segala prasangka buruk orang lain ketika terjadi tindak krimal, sangat dekat. Status narapidana begitu di agungkan para preman. Semakin sering mereka berkunjung kesana semakin seramlah nama mereka. Sedangkan untuk orang yang ingin bertobat, status tersebut seperti menjadi momok yang amat menakutkan. Tatapan mata orang lain seperti pedang yang menghujam jantung dan keluarga mereka seperti ikut terseret oleh bayang-bayang masa lalu.
 
Drama kehidupan terus berlangsung. Paradigma masyarakatpun banyak berubah, seiring perputaran waktu. Opini tidak lagi berdiri sendiri. Media membantu dengan senang hati. Sekarang semua tampak samar. Untuk orang tertentu, keluar dari jeruji besi bisa membuat mereka lebih terkenal dibandingkan sebelum mereka menginap disana. Media sanggup membentuk para pendusta jadi tampak tanpa dosa. Untuk masyarakat bawah, status inipun sudah  mulai bisa diterima, kecuali mungkin untuk desa atau kampung yang penduduknya sedikit. Media informasi seperti lidah bertuah yang mempu menghipnotis para pembaca atau penontonnya menjadi lebih ' bijaksana '.
 
Segala wacana yang berkembang di masyarakat, baik itu masalah politik, budaya, olah raga, sampai infotainment merupakan produk media informasi. Lihatlah para calon presiden kita di televisi tampak ramah-ramah dan baik hati, murah senyum dan pintar nyanyi. Pada koran-koran cara berfikir kita digiring oleh para pendukungnya. Yang pro jk-win menjatuhkan lawannya dengan issue neolib. Di lain sisi para pendukung sby lebih menfokuskan dalam memamerkan hasil-hasil yang telah dicapai mereka selama satu periode. Sebagai orang yang berfikir biasa-biasa saja, pertanyaan saya sering membuat kesal para pemikir hebat yang berfikir jauh kedepan, seperti " memangnya kalo milih neolib lalu semua orang jadi neolib, trus selama lima tahun kedepan memangnya si neolib itu mau ngapain saja ? atau memangnya hasil yg bisa didapat sekarang gak bisa didapat oleh jk-win bukankah dulu wakilnya adalah jk yang berarti hasil tersbut juga hasil kerja dari jk ? dengan kesal teman menjawab " kalo asal pilih umat Islam bisa terpinggir tahu !!"
 
" Eh To siapa yang menang pertandingan bola semalam , kamaren debat sama si yanuar ngotot bangat " tanya saya basa-basi ketika ketemu dengan Anto. " Kalo belum bertanding gak debat gak seru, kalo sudah ketahuan kayak gini mau ngapain lagi hehehe" jawab Anto sambil lalu. Ya segala analisis, segala wacana memang serunya di awal pertandingan sama seperti ketika akan berbuka puasa maunya macam-macam, eh pas sudah buka, kesan wah hilang seketika. Media memang pintar mengarang cerita, mencari tema membuat semua orang bebas bicara, dan pendapatan yang akan mereka dapatkan pun sudah bisa dikira-kira.
 
Kita semua adalah narapidana dari penjara pikiran kita  masing-masing. Media informasi berhasil memenjarakan kita dengan opini pembuka yang membuat pikiran kita liar entah kemana. Tidak semua media dengan senang hati membantu kita membentuk pemimpin-pemimpin baru tanpa tendensi, kita selalu saja di sajikan pemimpin yang kadaluarsa untuk di imami apalagi di 'amini'. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wata'ala memberikan kita pemimpin yang bisa membawa bangsa ini ke jalan yang di ridhoiNya. aaamiiinnn
 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar