Senin, 22 Juni 2009

Dua Sisi Koin


" Nak sudah mau maghrib ayo cepat pulang...." Kata ibu Yuslinar kepada anaknya. Pian, terlihat masih asyik bermain dengan temannya. Dia melempar koin yang berlambang burung cendrawasih pada satu sisi dan nilai mata uang pada sisi yang lain. Beberapa kali melempar, Pian  selalu saja yang melihat hanya satu sisi koin sedang satu sisi lain tertutup. " Ayo pulang nak..." kata sang ibu yang ternyata sudah berada didekatnya. " Pian tahu mengapa hanya satu koin yang terlihat dan yang lain tertutup ? " tanya sang ibu sambil menggandeng tangan anaknya pulang, dan Pian hanya menggelengkan kepalanya. " Sama seperti koin itu yang mempunyai dua sisi , manusia juga mempunyai dua sifat yang bertolak belakang yaitu sifat baik dan buruk, dan ketika Pian melemparkan koin tersebut keatas , maka akan terlihat koin tersebut berputar-putar , begitu pula ketika kita berada di tengah masyarakat, suasana sekitar kita mempengaruhi perubahan sifat kita yang bisa berubah setiap saat, oleh sebab itu hati-hatilah dalam bergaul...suatu ketika nanti kamu akan mengerti lebih banyak lagi....."
 
Dua puluh lima tahun kemudian segalanya nampak berubah. Seperempat abad berlalu demikian singkat. Goresan coreng moreng dimuka tidak lagi berhiaskan lumpur dan noda tinta, tidak lagi bisa berlari bebas menerbangkan layangan sambil berteriak.."ooooiiii tunggu pesawatku akan segera terbanggg.!!!.......", tidak lagi bisa meninggalkan rasa malu bersama pakaian di tepi dermaga dan melompat berenang beramai-ramai menyaingi ikan lumba-lumba yang tertawa melihat tingkah anak-anak pantai. Koin itu tidak lagi berputar diatas tetapi sudah sampai di tanah, tempat berakhirnya kisah segala mahluk. Surat As Syams ayat kedelapan ini sering diperdengarkan para ustadz yang menunjukkan potensi bawaan ini sering membolak balik hati manusia ...fa'alhamaha fujuraha wataqwaha..... Permasalahannya koin itu berhenti pada sifat fujur atau sifat taqwa..."Ya muqaallibal qulub tsabit qalbi 'ala dinika"  kata Rasulullah.." Wahai Tuhan yang membolak balik hati..luruskan aku akan agamaku". Doa yang mengajarkan kita bahwa perputaran koin hanya akan berhenti atas kehendak Allah , sampai kita bersimpuh dan berteriak " La hawala wa quwwata ila billah......tiada daya dan upaya  selain atas kemauan dan kehendak mu ya Allah"
 
Hari itu Pian berada di pusara ibunya. Koin ibunya telah berhenti. Perlahan-lahan dibukanya kain kafan penutup muka ibunya yang terbaring miring menghadap arah sujud umat Islam seluruh dunia. Terakhir kali ditatap muka ibunya sambil menciumkan tanah kemuka jasad yang telah berpulang tersebut. Para pelayat masih berdiri diatas , melingkar, mengelilingi pusara sambil tertunduk takzim memberikan penghormatan terakhir kepada ahli kubur. Suatu hari kelak semua yang ada disana pun akan mengalami cerita yang sama, semua sadar, tetapi mengapa airmata itu tetap saja tumpah ?
 
Koin ini masih terus berputar, terkadang iman itu naik melambung tinggi dan bermain dengan cerita akhirat, cerita warisan para nabi , tetapi terkadang iman itu terdampar pada ribuan keinginan yang mecekik leher, terlena dan hilang diantara kepala-kepala pecinta dunia. "Rabbanaa wala tukhammilnaa maa la thoo qotolanabih......wa'fuanna... wa'firlanaa... warkhamnaa ....Ya Tuhan kami janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya , maafkanlah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar