Selasa, 07 April 2009

Pendekatan Akal

" Jangan pernah letakan dalil di bawah akal, karena tidak setiap wahyu yang di turunkan kepada kita bisa ditimbang dengan akal" kata seorang teman. Teman lain menimpali " loh bukannya mencari dalil yang tepat harus menggunakan akal ?"
 
Akal adalah bagian tubuh yang tidak bisa dipisahkan dari perilaku kita sehari-hari, sehingga jika ada yang menafikan akal berarti itu adalah sebuah paradoks karena tentu saja pendapat agar tidak menggunakan akal mempunyai alasan tertentu dan alasan tersebut sudah pasti dibuat dengan menggunakan akal. Tetapi jika yang dimaksud adalah membatasi pada masalah-masalah tertentu seperti memikirkan wujud sang maha pencipta, atau membayangkan kondisi yaumil akhir.
 
Masih dalam perbincangan dengan teman mengenai masalah akal ini, Helmi yang terlihat sangat antusias mengajukan pertanyaan ketengah forum " hampir rata-rata akal tidak mampu menjangkau masalah keimanan atau tauhid untuk itulah di butuhkan keyakinan tetapi apakah ada yang tidak masuk akal dalam masalah fiqih ?" , sejenak yang lain terdiam sampai saya  berbicara " ada " . Hampir semua mata memandang kerah saya " ini berhubungan dengan masalah berwudhu, apakah masuk akal jika kita kentut wudhu batal terus yang di basuh bukan yang mengeluarkan gas tapi malah tangan, kaki yang tidak ada hubungannya dengan saluran pembuangan tersebut "  semua tertawa mendengar penjelasan saya yang terlihat konyol tapi memang faktanya seperti itu. 
 
Rasulullah bersabda "Jika kamu berbicara (menyampaikan ucapan) tentang sesuatu perkara kepada suatu kaum padahal perkara itu tidak terjangkau (tidak dipahami) oleh akal  pikiran mereka, niscaya akan membawa fitnah di kalangan mereka." (HR. Muslim)
 

Renungan Pendek -Jakarta 08/04/09