Jumat, 17 Oktober 2008

Kekuatan Niat atau Hanya Prasangka Semata

Tidak banyak yang di peroleh Ina hari dari berjualan kue kering hasil masakan ibunya. Rutinitas seperti ini memang harus dilakukan Ina sepulang sekolah dalam membantu ibunya untuk menambah penghasilan keluarga, wajarlah karena sang ayah telah lama meninggalkan mereka yang telah meninggal dunia karena penyakit demam berdarah. Sebagai anak satu-satunya Ina merasa terpanggil untuk membantu ibunya berjualan kue, sementara ibunya membuka jasa jahitan dirumah. Hari itu tidak seperti biasanya, hujan yang terus menerus mengguyur jakarta berimbas juga pada dagangan Ina, hampir separuh dari dagangannya belum laku terjual sementara hujan belum juga berhenti. Sambil menunggu hujan Ina duduk di pojokan halte bis sambil berharap ada calon penumpang yang berkenan membeli dagangannya. Disisi lain halte tersebut nampak seorang ibu sedang menggendong anaknya yang terus saja menangis entah karena kedinginan atau kelaparan, terbersit keinginan Ina bersedekah dengan memberi kue dagangannya kepada ibu tersebut. Baru saja Ina hendak memberikan kue kepada sang ibu ada seorang lelaki separuh baya mendahuluinya, lelaki tersebut memberikan sebungkus roti kemasan  dan makanan fast food kepada ibu tersebut mungkin sebagai tanda ke prihatinan juga dan hal ini tentu saja membuat Ina menjadi ragu karena kue yang dimilikinya hanyalah kue kering biasa sehingga muncullah rasa rendah diri untuk bersedekah " ya sudahlah ..kan sudah ada yang membantu.." pikir Ina sambil menatap kosong kejalan yang masih di penuhi dengan genangan air.
 
Belum jauh pikiran Ina melayang tiba-tiba cipratan mobil yang berjalan dengan kencang membasahi sebagian baju dan kue Ina. Tidak ada yang bisa di perbuat, mobil itu sudah beralalu menjauh tanpa ada yang bisa menghentikan dan tinggal Ina yang di rudung kesedihan karena hampir semua sisa kuenya tidak bisa dimakan karena telah tercampur air kotor cipratan mobil tadi. "mungkin ini ganjaran sesuatu yang telah diniatkan tapi tidak dilaksanakan...." gumam Ina dalam hati  "..ya sudahlah mungkin Allah memang hendak memberikan sebuah hikmah atas kejadian ini...". Tanpa disadari oleh Ina lelaki yang tadi memberikan makanan kepada Ibu yang menggendong anak , mendekat kearahnya " Kue nya basah semua de..." sapa lelaki tersebut perlahan ....Ina hanya mengangguk " bagaimana kalo sisa kue tersebut saya bayar "   Ina hanya menggeleng " Saya diajarkan oleh ibu untuk membiasakan diri bersedekah bukan menerima sedekah " balas Ina " saya bukan hendak bersedekah tetapi membeli...apakah itu salah", Ina lalu melirik kearah lelaki paruh baya tersebut " tetapi setelah itu di buangkan ?" , mendengar pertanyaan Ina lelaki tersebut tersenyum "bukankah ade juga akan membuang kue yang telah kotor tersebut setelah sampai dirumah , jadi biarkan saja saya membelinya , masalah kue itu akan saya apakan ade sudah terlepas dari tanggung jawab " "masuk akal juga pikir Ina " Ina hanya mengangguk perlahan sambil menyerahkan kue tersebut
 
Terkadang kita sering terkecoh oleh berbagai prasangka yang mewarnai niat kita ketika kita hendak memulai sesuatu dan mengaggap bahwa prasangka itu juga merupakan bagian dari niat, namun demikian juga kita sering di buat takjub oleh jawaban Allah terhadap niat dan prasangka kita tanpa kita duga sebelumnya.
 
Tidak jarang juga kita menggadaikan niat kita ketika berbuat baik dengan berparsangka bahwa kita telah berubah jadi orang baik, padahal Rasulullah telah mengisyaratkan bahwa cermin kita adalah tetangga atau lingkungan artinya jika kita ingin menilai seseorang bertanyalah kepada tetangga atau lingkungannya. terus apakah memang kita beribadah karena kita menyangka akan mendapatkan syurga ? atau sebagai wujud penghambaan kita kepada sang khalik ? Namun apapun itu kita memang tidak pernah dilarang utnuk berharap  karena seperti kata pepatah kita harus menjagkau lebih tinggi dari apa yang telah kita genggam agar kita menyadari bahwa diatas langit masih ada langit. diatas kebaikan masih ada yang lebih baik.