Rabu, 30 April 2008

Riwayat Yang Terkubur

Sudah sejak lama Abu salam menghafal surat yang diberikan sahabatnya yang berkebangsaan belanda mengenai suatu rahasia. Walaupun tidak mengerti bahasa belanda, namun Abu salam setiap hari tetap rajin membaca surat dari sahabatnya tersebut sambil tetap berusaha mencari makna yang terkandung didalamnya. Suatu hari Abu salam berteriak keluar rumah sambil mengacungkan surat dari sahabatnya sambil berkata " horeee.....aku telah bisa mengartikan seluruh surat ini ! ". Nasruddin yang sedang tertidur sampai terbangun sambil menoleh kearah jendela melihat Abu salam melompat-lompat kegirangan. Nasruddin kemudian menghampiri si Abu salam " hai Abu salam mengapa kamu begitu gembira" , tanya Nasruddin " Akhirnya aku berhasil mengartikan seluruh dari surat sahabatku ini, Din " jawab si abu , "lalu apa isi dari surat itu " tanya Nasuruddin semakin penasaran " ini adalah peta menuju harta karun yang disimpan oleh temanku, letaknya ada di negeri belanda". Nasruddin mulai paham akan tetapi justru tidak mengerti maunya si Abu salam, " Wahai Abu salam temanku, lalu apa yang meyebabkanmu begitu gembira , apakah karena kemampuanmu mengartikan surat tersebut atau kegembiran karena menemukan harta ?", Abu salam terdiam, " sebenarnya tadi aku gembira karena kemampuanku dalam megartikan bahasa belanda, tetapi setelah engkau bertanya aku jadi sadar bahwa ada yang lebih menggembirakan lagi yaitu harta karun.....benar Nasruddin....harta....harta...ha..ha..ha" sahut Abu salam semakin gembira. Nasruddin kembali geleng-geleng kepala " Kau ternyata masih belum sadar Abu , perjaananmu masih lah sangat panjang, kau mesti bergerak melintasi negeri belanda dengan perbekalan yang cukup, belumlagi perbekalan pengetahuan mengenai negeri belanda mengenai dimana persisnya lokasi harta tersebut dan banyak masalah lain yang tidak bisa dicapai hanya dengan berdiam diri " jawab Nasruddin dengan panjang lebar. Mendengar hal tersebut kembali si Abu terdiam, rona kebahagian seperti tercabut seketika, namun secercah senyuman kembali muncul " ya sudahlah gak apa-apa, lagian bisa mengartikan saja aku sudah senang" sahut si Abu sambil ngeloyor pergi.

Al Qur'an adalah petunjuk dari Allah dengan kata lain Allah menginginkan kita berperilaku sesuai dengan cara pandangNya yaitu Al Qur'an. Rasulullah merupakan prototype dari ke pribadian Al Qur'an sehingga beliau dikenal sebagai Al Qur'an yang berjalan. Keyakinan kita terhadap satu ayat Al Qur'an jauh lebih baik dari ketidak yakinan kita terhadap seribu ayat yang telah kita hafal. Sering mulut kita komat-kamit mencari ayat-yat yang pas ketika kita berjalan di pekuburan pada malam hari seorang diri, padahal keyakinan kita terhadap satu surat Al Ikhlas saja sudah cukup bagi kita untuk ditakuti sesuatu yang biasa ditakuti oranglain di pekuburan tersebut. Sebuah jawaban sangat di tentukan oleh pertanyaannya, sehingga untuk melihat secara jelas segala jawaban Al Qur'an , maka lihatlah sekeliling kita atau melopatlah kebelakang sebelum Al Qur'an di turunkan kemudian runtunlah satu-persatu lewat hubungan sebab akibat (sababun nuzul) dan kita akan melihat bahwa jawaban masalah kita sekarang ini bukanlah akibat dari pertanyaan masa lalu tetapi bisa jadi ada kaitan sebab dari pertanyaan tersebut diajukan. sebagai contoh surat At Tahrim ayat 1
"Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" dalam suatu riwayat bukhari diceritakan bahwa rasulullah mengharamkan dirinya meminum madu demi menyenangkan hati istri-istrinya sehingga di tegur oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. sehingga larangan mengharamkan yang telah di halalkan oleh Allah adalah sebab dari turunya ayat tersebut dan sebab itulah yang bisa kita bawa pada masa sekarang ini.

Rahasia besar Al Qur'an akan tetap terkubur selama kita belum bergerak menjadikannya bagian dari diri kita dan lebih suka melihat rangkuman cerita dari orang lain. Nama-nama besar seperti Nabi Muhammad Shallallahu 'Alahi wa Sallam, Albert Einstain, Thomas Alpha Edison, Isac Newton dan lain sebagainya adalah hanya sebagai peletak dasar dari kaidah ilmu yang mereka sampaikan dan kita yang harus mengembangkannya yang disesuaikan dengan tantangan pada masa sekarang, Jika tongkat estafet dari penemu-penemu besar tersebut telah diteruskan lalu tongkat estafet dari Rasulullah nampaknya seperti terlempar ke udara dan entah siapa yang akan meneruskannya karena sekarang kita masih sibuk membicarakan bayang-bayang tongkat tersebut yang seharusnya telah kita raih sejak dahulu.