Kamis, 03 April 2008

Membalik Sisi Gelap Dalam Diri


Manusia di ciptakan dengan memiliki dua potensi diri yaitu kebaikan dan keburukan, penyemaian bibit potensi tersebut kita lakukan setiap hari melalui adaptasi diri dan lingkungan yang kemudian membentuk suatu kebiasaan oleh sebab itu orang yang paling jahatpun pasti mempunyai nilai kebaikan dalam dirinya. Nilai kebaikan dan keburukan sering bertambah pada diri seseorang tanpa disadari seiring dengan volume aktifitas orang tersebut. Sensasi rasa yang dimunculkan ketika berbuat baik maupun berbuat tidak baik hanya terjadi sesaat sampai kita meningkatkan volumenya. sebagai contoh ketika kita terbiasa bersedekah dengan uang lima ribu rupiah dan kita tingkatkan menjadi lima puluh ribu rupiah maka ada rasa yang timbul didada tanpa kita sadari namun semakin sering kiita bersedekah dengan nilai tersebut rasa tadi semakin hilang dan akan muncul kembali ketika kita tambahkan nilainya. Demikian juga halnya dengan keburukan, orang yang pertama kali menerima suap pasti akan mengalami rasa yang tidak nyaman namun ketika suap telah membudaya maka rasa tadi pun menjadi hilang secara perlahan

Ketika Allah menurunkan peringatan lewat bencana maka hati kita merasa ketakutan, namun ketika bencana terus menerus terjadi, sepertinya wajah ketakutanpun mulai memudar, dan inilah bencana yang sesungguhnya dimana Allah mencabut rasa takut dihati kita terhadap laknatnya dan mencabut rasa syukur dihati kita terhadap nikmatnya. Sisi gelap diri menjadi lebih dominan tanpa kita sadari walaupun setiap hari kita sibuk membolak-balik ayat-ayat suci. Setinggi apapun ilmu yang kita miliki baik ilmu Al Qur'an maupun hadist hanya akan berujung pada pengindetifikasian masalah dan bukan pada penyelesaian karena penyelesaian membutuhkan tindakan dari dalam diri yang harus dilakukan dengan secara sadar dan contoh yang sering saya kemukakan adalah pecandu rokok, dimana pengetahuan mengenai bahaya rokok sudah sering di publikasikan dimana-mana dan para dokterpun sering melontarkan kiat agar bisa berhenti merokok tapi apakah masalah selesai ? tidak selama sang perokok belum bergerak membalik sisi gelap diri nya secara sadar maka selama itupula semuanya hanya sekedar wacana ,tidak lebih.

Di negeri kita para Da'i atau penceramah naik turun silih berganti, pertanyaannya adalah apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi , apakah kualitas mereka menurun atau materi yang mereka sampaikan sudah tidak menarik ? Pertanyaan selanjutnya adalah apakah ada pengaruhnya khutbah jumat yang telah kita dengarkan pada ahlak keseharian kita, bukankah kita telah mendengarkan khutbah juma'at hampir 50 kali dalam setahun belum lagi diluar itu, lalu apa amal apa yang membedakan ahlak kita dari tahun kemaren, bukankah ilmu yang kita miliki telah bertambah, bukankah nasehat yang telah kita dengar sangat banyak, bukankah buku yang kita baca juga telah berlimpah. Harus kita akui bahwa mata, telinga bahkan lidah kita mempunyai titik jenuh yang ketika sudah sampai pada puncaknya maka akan terjadi penolakan tubuh, dan secara fitrah tubuh akan mencari yang baru, yang enak dilihat, yang enak didengar bahkan yang enak untuk dirasakan, kecuali hati. Maka melihat, mendengar dan rasakanlah dengan hati.

"maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. " (QS 22:46)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar