Rabu, 05 Maret 2008

Relativitas sebuah kesepakatan



Mengapa 'rumah' disebut rumah bukan 'meja' , apakah salah seseorang menyebut 'bangku' dengan 'sepatu', siapa yang pertama kali menetapkan hal ini ? kebenaran terkadang berasal dari sebuah kesepakatan, Jika ada yang bernama Abdul akan tetapi semua orang bersepakat memanggil dia 'Bedul' maka kata 'Bedul bisa berubah jadi sebuah kebenaran (identitas baru) dan hal ini sering terjadi pada masyarakat kita. Tetapi apakah kesepakatan terhadap kedustaan bisa berubah jadi kebenaran ?

Pada hadist mutawatir para ulama bersepakat mengenai keabsahannya dengan asumsi tidak mungkin para sahabat bersepakat berbohong walaupun pembuktian terhadap kejujuran mereka juga merupakan hasil dari sebuah kesepakatan (riwayat), karena hanya Allah sajalah yang paling mengetahui realitas kebenaran yang sesungguhnya. Didalam masyarakat kita nilai-nilai kebenaran yang berasal dari sebuah kesepakatan yang terbentuk secara tidak sengaja sering kita jumpai seperti status ketokohan atau ke ulamaan seseorang yang hanya karena sering muncul ditelevisi dengan memakai atribut yang dia ingin dia menjadi apa maka jadilah ia seperti yang diinginkannya. (maaf hanya sebagai contoh yaitu dorce dengan wig nya , dedy cobusyer dengan rambut kaisar ming nya dan Aa Gym dengan sorbannya). Apakah citra yang tampak adalah sebuah kebenaran ? belum tentu.

Sebuah kebenaran yang berasal dari kesepakatan hanya bisa di rubah dengan kesepakatan baru. Secara acak perubahan-perubahan ini sering dipengaruhi oleh informasi, Sebuah hadist hasan bisa berubah mejadi shahih jika didapati jalur periwayatan baru yang lebih terpercaya atau periwayatan lama yang lebih perkuat oleh informasi baru baik mengenai periwayat atau yang diriwayatkan (matan hadist), sehingga secara sederhana bisa disimpulkan bahwa kebenaran melalui sebuah kesepakatan belumlah mencapai titik final.

Islam tidak mengenal kesepakatan dalam pencitraan fisik para nabi, seperti kita temui pada agama lain. Kesepakatan seperti ini akan sangat rentan mengubah persepsi seseorang, (maaf sebagai contoh bagaimana jika patung yesus dibuat botak dan duduk bersila atau patung budha rambutnya tergerai dan tidak disanggul ) hal ini tentu akan menimbulkan keresahan pada pemeluknya karena opini mereka telah di bentuk oleh kesepakatan yang mereka sendiri tidak pernah tau kapan dimulainya mengenai kondisi maupun posisi fisik tuhannya, dan hal ini berdampak pada objek fikir beribadah..... Lalu jika kesepakatan bisa di rubah mungkinkah 'rumah' bisa jadi 'meja' ?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar