Selasa, 12 Februari 2008

Men "Spritualkan" agama


Belakangan ini dunia spritual begitu digandrungi, banyak buku-buku mengenai spritualitas bertebaran dan asimilasi kultur pun tidak bisa dihindarkan. titik sentral permasalahan di fokuskan pada keseimbangan otak (Balancing Brain). Sejak di tekemukakan sebuah penelitian bahwa otak terbagi menjadi dua bagian yaitu otak kanan dan otak kiri dimana proses mengingat , perhitungan dan logika berada pada otak sebelah kiri sedangkan otak sebelah kanan berfungsi sebagai pengendali (controlling) baik itu pengendali kecepatan berfikir, pengendali emosi dan pengendali arah berfikir (fokus), maka ruang otak sebelah kanan inilah yang menjadi pokok pembahasan karena fungsinya yang jarang di optimalkan sehingga seseorang sering tidak bisa menemukan kekhusyuan beribadah dan sering dilanda stress.

Didalam surat Ar rad ayat 28 Allah SWT memberikan solusi agar hati menjadi tenang yaitu dengan banyak berzikir (yaitu) "orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram"

Permasalahannya adalah mengingat Allah SWT yang seperti apa yang membuat hati menjadi tenang, karena logikanya jika berhadapan 5 kali sehari saja hati belum juga tenang apalagi hanya sekedar mengingat. Inilah yang menjadi titik fokus merebaknya metode-metode spritual yaitu penyeimbangan pikiran dan perasaan. Ramuan metode yang disajikan tidak hanya bernuansa islam tetapi juga budha dan hindu seperti meditasi dalam yoga dan reiki bahkan lebih jauh dunia spritual belakangan ini telah merambah dunia magic dan hynoterapy dengan tujuan masuk ke alam bawah sadar (alpha , theta state) agar bisa mensugesti diri (self affirmation) terhadap keinginan-keinginan yang hendak ditanamkan didalam diri.

Ada 3 hal yang bisa mengkondisikan seseorang masuk kegerbang kekhusyukan yang dalam bahasa ilmiahnya disebut dengan 'alpha state ' 1. suasana hati yaitu seseorang yang sedang dalam kondisi bermasalah atau sedang menunggu seseorang ketika beribadah dia tidak akan mengalami ketenangan karena akan selalu ada gangguan dari luar dan solusinya adalah pasrah yaitu menyerahkan segalanya kepada Allah

al An Aam ayat 162. "Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam"


2. Suasana diri yaitu kondisi badan, seseorang akan sangat sulit khusyuk ketika berada dalam keadaan letih atau badan sakit atau pegal linu, solusinya adalah mandi dan memakai pakaian yang longgar serta wangi-wangian (parfum). dan halini sering dilakukan oleh Rasulullah SAW.
3. Suasana lingkungan yaitu kondisi ketenangan, susana yang ramai seperti dipasar akan menyulitkan seseorang untuk bisa konsentasi dalam beribadah solusinya dalah mencari tempat yang bisa menenangkan diri dan jika tidak bisa maka biarkan telinga kita mendengar bacaan yang kita lantunkan.

Hal tersebut diatas merupakan kondisi awal ketika memasuki 'alpha state' atau kondisi sangat rileks dan selanjutnya di ikuti dengan pengisian afirmasi atau niat yang merupakan keinginan hati dan bukan karena sesuatu yang bersifat dari luar, seperti niat mengerjakan PR (pekerjaan rumah) yang di suruh oleh guru disekolah. Niat seperti ini tidak akan menghasilkan sesuatu secara maksimal karena bukan dari dalam diri. Bagitu juga sholat atau ibadah-ibadah lain yang bukan dari keinginan hati yang paling dalam akan sangat susah dihayati. Pernahkah kita sedang lapar dan terpikir makanan kesenangan kita dan berkeinginan memperolehnya, selanjutnya apa yang kita rasakan jika makanan itu ada didepan kita, bukankah sangat antusias, dan pernahkah rasa seperti itu datang pada kita sewaktu beribadah, pastilah jawababnya tidak karena bagi sebagian orang, beribadah itu selamanya akan menjadi sebuah kewajiban tidak lebih.

Sebagian diantara kita juga banyak terjebak dalam menempatkan spritualitas hanya sebagai sarana menenangkan diri atau mencari ketenangan, padahal ketenangan bukanlah ahir dari perjalanan akan tetapi ketundukan dan kepasrahan (ikhlas) pada semua ketentuan Allah SWT atas diri kitalah yang menjadi landasan akhir dan itupulalah yang membedakan spritual islam dengan agama lain yang sekarang justru lebih mendominasi bahkan disisipkan terhadap ritual kita sendiri seperti meditasi, yoga, reiki dan pernafasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar