Jumat, 15 Februari 2008

Jika Tidak Memandang Dari Sini


"Akulah yang paling benar karena aku ada disini, segala yang disana pasti berakhir disini, segala arti baru bisa berarti jika berasal dariku, jika kau ingin melihat keutuhan jiwamu bercerminlah kepadaku, kemewahan yang tersedia sebenarnya untukku hanya terkadang sering dipinjamkan untukmu, menjelmalah menjadi aku karena aku segala tahu, Akulah yang beragama"

Segala ilmu yang kita pelajari akan berujung pada pencitraan diri baik bagi oranglain maupun bagi diri sendiri, hakekat kebenaran bagi kita bisa jadi dianggap sekedar pembenaran bagi orang lain karena logika setiap kepala selalu berbeda. Apakah yang kita anggap selama ini benar adalah kebenaran sejati atau kita sedang terperangkap pada sebuah pembenaran. Seorang ibu menyayangi semua anak-anaknya, hanya prasangka sang anaklah yang mengira hanya dirinya yang perhatikan.

Kebenaran terkadang bisa ditinjau dari sebuah negasi walau akan mengundang berbagai penafsiran, sebagai contoh apakah sama jika dikatakan "sapi akan melahirkan sapi " dengan " sapi tidak mungkin melahirkan kambing" . Semua agama akan selalu mengklaim agamanyalah yang paling benar, lalu muncul pertanyaan sederhana "mengapa ada agama yang salah ?" , "apakah kesalahan agama lain karena kebenaran agama kita atau sebaliknya ?" , "bagaimana jika aku ada disana apakah sikapku sama seperti jika aku ada disini ?" , "mengapa sebelum dilahirkan manusia tidak dizinkan memilih dirahim siapa dia dilahirkan, bukankah hal tersebut merupakan salah satu dari sebab akibat yang akan di pikulnya kelak ?", seribu pertanyaan akan selalu menghadang suatu kebenaran, apalagi hanya sebuah pembenaran.

Tidaka ada satupun ciptaan Allah SWT yang sia-sia dan tanpa arti, hanya saja rahasiaNya tidak semuanya ditampakkan kepermukaan. Islam adalah rahmatan lil 'alamin, bukan sekedar rahmatan lil muslimin atau mukminin, dan cermin itu harus dipantulkan kesegala arah, beranjaklah dan lihatlah kebenaran dari arah berbeda, seketika kita akan tahu bahwa kita memang punya mata, segala sangka tidaklagi bermakna karena dada kita telah terbuka dengan begitu indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar