Kamis, 10 Januari 2008

Dibalik Sebuah Nama


Sesuatu dikatakan ada karena ada yang tiada, Seorang buta tidak mengenal warna hitam walupun dia berada dalam kegelapan karena sifat warna telah fana pada dirinya. Ketika kita melempar roti di pabrik tempe maka dia menjadi sebuah nilai dan ketika roti tersebut di lempar ke pabrik roti maka nilainya menjadi hilang fana dalam rupanya sendiri. Berlakulah tiada walau segala penjuru menganggap kita ada, karena jika kita merasa berada lalu orang lain harus dianggap siapa ? Runtuhkanlah bisa walau penjuru menganggap kita segala bisa, jika kita merasa ber-bisa lalu karya orang kita anggap apa ? Keluarlah dari diri untuk mencari sang diri karena cermin sudah lama hanya menampilkan rupa menarik hati. Seorang pemain bola akan selalu merasa benar jika berada dilapangan dan ketika rekaman permainannya ditampilkan ulang maka dia bersembunyi dibalik kata "jika saja" , "andaikata", "umpamanya" dan terus saja menawar waktu.

Jika saja seluruh manusia tanpa nama, maka kita tidak akan pernah tahu siapa diri kita, akan tetapi entitas kebaikan dan keburukan juga ikut menjadi bias sehingga tidak dikenal lagi pejabat maupun penjahat, segala normapun ikut bias dibalik ketidak jelasan sebuah identitas, maka suka atau tidak suka yakinlah kita betapa berartinya sebuah nama walaupun kita juga enggan tenggelam bersamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar